Pages

Ads 468x60px

Labels

Jumat, 18 November 2011

Kunjungan ke Peternak Kelinci

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
                        Kelinci  merupakan  salah  satu  ternak  alternatif penghasil  daging sebagai sumber protein karena kelinci mempunyai  laju  perhunbuhan  dau  perkembangbiakan yang relatif  cepat. Kelinci mampu  memproduksi daging yang  berkadar  lemak  sangat  rendah  dan  disamping  itu kelinci juga merupakan ternak penghasil bulu yang  potensial.
                        Kelinci merupakan hewan pseudoruminansia. Lambungnya tidak sespesifik seperti pada hewan ruminansia yang memilik 4 lambung (rumen, reticulum, omasum, abomasum). Lambung pada kelinci hanya ada satu, yang terbagi menjadi bagian kardiak, fundus dan pylorus.
                 Agar lebih mengerti mengenai spesifikasi kelinci ini, baik dalam hal nutrisi (pakan), reproduksi, perkandangan, dsb, maka dilangsungkanlah kegiatan kunjungan ke peternakan kelinci ini dalam rangka kegiatan praktikum ilmu nutrisi ternak nonruminansia.

Senin, 14 November 2011

Penelitian Sapi Perah

PENDAHULUAN
    Sapi ini juga dikenal dengan nama Fries Holland atau sering disingkat FH Di Amerika bangsa sapi ini disebut Holstein, dan di negara-negara lain ada pula yang menyebut Friesien. Tetapi di Indonesia sapi ini popular dengan sebutan FH.Sapi FH menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh dunia, baik di negara-negara sub-tropis maupun tropis.Bangsa sapi ini mudah beradaptasi ditempat baru. Di Indonesia populasi bangsa sapi FH ini juga yang terbesar diantara bangsa-bangsa sapi perah yang lain. Di Indonesia, kecuali menggunakan sapi FH murni sebagai sapi perah, khususnya di Jawa Timur.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorthorn (dari Inggris) Produksi susunya 5.126 kg per laktasi, Friesian Holstein (dari Belanda) Produksi susu sapi FH di Indonesia rata-rata 10 liter/ ekor per hari atau lebih kurang 30.050 kg per laktasi. , Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis) dengan produksi susu 2500 liter dalam 1 masa laktasi, Brown Swiss (dari Switzerland) Produksi susu rata-rata 5.939 per laktasi, Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia) Produksi susu rata-rata 7 liter per hari dengan kisaran produksi susu 1.445 - 2.647 kg per 330,5 hari. Namun ada yang berproduksi hingga 4.858 kg per 330,5 hari atau 16 liter per hari. Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

Rabu, 02 November 2011

Kebijakan Pemerintah Tentang Pengembangan Sapi Perah

Mulai tahun 1977, Indonesia mulai mengembangkan agribis sapi perah rakyat ditandai dengan SKB 3 Menteri. SKB ini merumuskan kebijakan dan pengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia. Paling tidak aa dua dasar yang digunakan yakni agribis sapi perah dikembangkan melalui koperasi/KUD sapi perah dan pemasaran susu diatur oleh koperasi dan IPS. Dalam SKB itu tidak menyinggung sama sekali usaha sap perah swasta, mereka terabaikan. Salah satu kebjakan produksi susu dalam negeri ini adalah desentralisasi pengembangan sapi perah. Sejak awal perkembangan sapi perah di Indonesia hanya terpusat di pulau jawa saja.

Selasa, 01 November 2011

Kebutuhan Susu Nasional

"Berdasarkan data Kementerian Pertanian , konsumsi susu di Indonesia saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga . Tingkat konsumsi susu di tanah air baru mencapai 11,9 liter per kapita setiap tahunnya," kata dirjen pengolahan dan pemasaran hasil pertanian , kementerian pertanian, Zaenal Bachruddin. Dirjen Zaenal Bachruddin menyatakan minimnya tingkat konsumsi di Indonesia antara lain disebabkan masih rendahnya produksi susu nasional yang baru mencapai 26,5 persen dari kebutuhan. "Sisa kebutuhan nasional sebesar 73,5 persen masih harus diimpor ," katanya. Jika konsumsi susu lokal baru mencapai 11,9 liter per kapita per tahun , maka catatan Tetra Pak Indonesia tahun 2010, memperlihatkan konsumsi Thailand mencapai 31,7 liter. Impor susu sebagai bahan baku Industri Pengolahan Susu (IPS) dari Australia semakin gencar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor susu pada Januari-April 2011 sebesar US$ 30,05 juta. Nilai ini naik 96,48% dibandingkan 4 bulan pertama 2010 yang sebesar US$ 15,29. Teguh Boediyana, Ketua Dewan Persusuan Nasional menuturkan, kenaikan nilai ini banyak ditopang oleh kenaikan harga susu dunia. Pada Februari lalu misalnya, harga susu bubuk skim menembus US$ 3.800 per ton.
 
 
Blogger Templates