Pages

Ads 468x60px

Labels

Selasa, 20 Desember 2011

Perkandangan dan Penyakit Unggas


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi akhir-akhir ini sangat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya, seperti kehadiran teknologi terbaru pada sistem perkandangan ayam broiler, yaitu sistem kandang dengan ventilasi yang bisa diatur atau yang sering dikenal dengan sistem kandang tertutup (Close House). Sistem kandang tertutup merupakan kandang yang ramah lingkungan, karena bau dari polusi yang ditimbulkan kotoran ayam dapat dikurangi dengan bantuan kipas didalam kandang dan angka penyebaran penyakit melalui udara dapat ditekan seminimal mungkin, yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil produksi.
Berbagai jenis penyakit virus mudah sekali menular, dan banyak diantaranya sangat ditakuti peternak karena keganasannya. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhan penyakit yang disebabkan oleh virus.
Ayam mudah diternak, tapi sangat rawan terhadap penyakit. Di antara berbagai jenis penyakit menular yang banyak mengancam, penyakit menular yang disebabkan oleh virus merupakan jenis penyakit yang paling ditakuti. Virus lebih lembut dari bakteri, karena jasad renik inibisa tembus dari saringan bakteri. Ia tidak bisa dilihat dengan mikroskop biasa. Untuk melihatnya secara jelas diperlukan foto dengan mempergunakan mikroskop elektron.

Penyakit virus mudah sekali menular. Baik secara kontak langsung maupun lewat perantara benda-benda lain. Misalnya udara, air minum, makanan, dan alat-alat peternakan yang tercemar. Di antara berbagai jenis penyakit akibat virus yang sering merugikan peternakan ayam antara lain adalah tetelo alias ND (New Cattle Desease), cacar unggas alias Fowl Pox, leukosis, lumpuh marek alias marek's disease, gumboro alias infectious bursal disease, salesma ayam alias infectious laryngotracheitis, dan kini flu burung, dll. Berikut akan dijelaskan beberapa penyakit yang diakibatkan oleh virus.

B.    RUMUSAN MASALAH

1.    Apa syarat untuk mendirikan kandang?
2.    Dimana lokasi yang cocok untuk mendirikan kandang?
3.    Apa fungsi dari kandang tersebut dan berapa kapasitas yang baik untuk mengoptimalkan kandang tersebut?
4.    Apa saja tipe kandang dan keuntungan menggunakan kandang close house?
5.    Apa yang dimaksud penyakit ND / tetelo ?
6.    Bagaimana cara pencegahan dan penanganan penyakit ND / tetelo ?

C.    TUJUAN

1.    Mengetahui syarat untuk mendirikan kandang.
2.    Mengertahui lokasi yang cocok untuk mendirikan kandang.
3.    Mengetahui fungsi kandang dan mengetahui kapasitas kandang yang baik.
4.    Mengetahui tipe kandang dan mengetahui keuntungan menggunakan kandang clode house.
5.    Mengetahui penyakit ND / tetelo.
6.    Mengetahui cara pencegahan dan penanganan penyakit ND / tetelo.








BAB II
PEMBAHASAN

1.Syarat untuk Mendirikan Kandang

Salah satu aspek penting dalam bisnis ayam pedaging adalah bagaimana merencanakan kebutuhan kandang dan peralatan kandang agar kegiatan usaha bisa berjalan efektif dan efisien.
1. Syarat, Lokasi, Fungsi, Sistem dan Konstruksi Kandang
Ayam pedaging komersil pada umumnya dipelihara secara intensif dengan system pemeliharaan ayam selalu dikandangkan dari mulai ayam datang sampai ayam siap dipanen. Adapun syarat–syarat kandang yang baik agar social walfare ayam terjaga adalah :
a. Dinding kandang dapat terbuat dari papan, bilah bambu, ram kawat. Dinding kandang tidak boleh terlalu rapat, hal ini dimaksudkan untuk keleluasaan sirkulasi udara kandang,dan tidak boleh terlalu jarang sehingga predator tidak dapat masuk kedalam kandang.
b. Arah kandang sebaiknya membujur timur-barat. Hal ini dimaksudkan agar ayam tidak terlalu kepanasan, tetapi pagi hari masih dapat memperoleh sinar mata hari,
c. Tinggi tiang tengah keatap minimal 6-7 meter dan tiang tepi minimal 2.5 - 3 meter, hal ini berhubungan dengan sirkulasi udara dalam kandang, lebar kandang maksimal 6-8 m.
d. Atap kandang dirancang sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi bangunan beserta isinya dari hujan, panas matahari atau angin.
e. Lantai kandang sebaiknya disemen kasar sehingga mudah dibersihkan dan akan mengurangi dari bahaya penyakit coccidiosis.
2. Lokasi Kandang

Pemilihan lokasi kandang, lokasi kandang yang baik adalah:
a. Sumber air bersih mudah diperoleh
b. Topografi
c. Tekstur tanah
d. Sarana transportasi mudah terjangkau
e. Sirkulasi udara lancar
f. Jarak dari lingkungan perumahan penduduk tidak terlalu dekat
3. Fungsi Kandang dan Kapasitas Kandang

Fungsi kandang bagi ternak, ada dua fungsi kandang bagi ternak yaitu sebagai fungsi primer dan fungsi sekunder.
a. Fungsi Primer. Secara makro, kandang untuk tempat tinggal dan berlindung dari cuaca, dan gangguan predator. Secara mikro, kandang berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari cekaman (stress).
b. Fungsi sekunder, kandang berfungsi tempat bekerja bagi peternak untuk melakukan kegiatan harian dalam melakukan pemeliharaan ternak.
Tipe dan sistem kandang, ada beberapa macam tipe kandang untuk budidaya ayam pedaging yaitu :
a. Kandang terbuka atau disebut open house
b. Kandang terbuka bagian depan
c. Kandang dengan dinding tirai
d. Kandang tertutup
e. Kandang disertai bak penampung kotoran
f. Kandang dengan tiang / atap yang tinggi
g. Kandang dengan koridor ditengah
Tetapi untuk kondisi di negara Indonesia yang merupakan negara tropik maka tipe kandang yang paling sesuai adalah tipe open house, dengan menggunakan sistem litter atau slat. Bentuk atap kandang biasanya :
a. Monitor
b. Semi monitor
c. Shade/ miring
d. Gable
e. Sawtooth
Bentuk atap kandang yang ideal untuk kondisi negara tropis seperti Indonesia adalah bentuk atap monitor untuk kandang kapasitas sedang sampai besar dan bentuk atap semi monitor untuk kandang kapasitas kecil.
Kapasitas kandang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan kebutuhan kandang karena erat hubungannya dengan kepadatan kandang, dan kondisi ini juga berhubungan dengan iklim mikro kandang. Penggunaan kandang harus disesuaikan dengan kapasitasnya. Populasi yang terlalu padat menyebabkan ayam akan stress, sehingga menurunkan produksi, disamping ini juga akan berpengaruh pada efisien penggunaan pakan. Sedangkan populasi yang terlalu kecil akan menyebabkan kandang kurang efisien penggunaannya dan akan berpengaruh juga pada pertumbuhan bobot badannya yang kurang optimal disebabkan ayam banyak bergerak/ jalan-jalan.
Kapasitas kandang ayam pedaging sesuai dengan tingkat umur ayam pedaging yaitu;
a. Umur 1 hr -1 minggu = 40-50 ekor DOC/ m2
b. Umur > 7 hr- 2 minggu= 20-25 ekor ayam/ m2
c. Umur > 2 minggu 8-12 ekor ayam/
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan kandang yaitu:
a. Temperatur lingkungan
b. Tipe kandang
c. Ukuran ayam
d. Umur ayam
Jenis peralatan kandang yang digunakan selama proses produksi ayam pedaging adalah :
a. Tempat pakan.
Tempat pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1 hari sampai panen terdiri dari chick feeder tray digunakan umur 1 hari sampai satu atau dua minggu dengan kapasitas 100 DOC / buah. Setelah ayam berumur dua minggu maka tempat pakan untuk anak ayam diganti seluruhnya dengan tempat pakan ayam ayam dewasa. Pada umumnya menggunakan round feeder (tempat pakan bundar) dengan kapasitas yang berbeda-beda. Tempat pakan kapasitas 3-5 kg dengan diameter 40 cm digunakan untuk 20 ekor ayam pedaging. Sedangkan tempat pakan kapasitas 7 kg digunakan untuk 15 ekor ayam pedaging. Kapasitas tempat pakan berhubungan dengan eating space seekor ayam. Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu bundar dan panjang.
Standar kebutuhan eating space untuk Negara-negara tropis seperti Indonesia adalah untuk tempat pakan manual memanjang eating space standar 5 cm / ekor . Tempat
pakan manual bundar eating space standar 2 cm / ekor .
b. Tempat air minum
Tempat air minum yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai umur 1 hari
sampai satu atau 2 minggu adalah chick found dengan kapasitas 75 DOC/ buah. Selanjutnya untuk ayam yang sudah berumur lebih dari 2 minggu menggunakan tempat air bundar (round drinker) baik yang manual atau secara otomatis. Untuk tempat air minum manual, dengan kapasitas bervariasi: 600 ml, 1 liter, 1 gallon dan 2 gallon, kapasitas 2 gallon untuk 100 ekor ayam pedaging, sedangkan tempat air minum otomatis yang circumference 110 cm untuk kapasitas 50-75 ekor/ buah. Kapasitas tempat air minum berhubungan dengan dringking space.
Ada dua bentuk tempat air minum yaitu berbentuk bundar dan panjang, dengan standar dringking space yang sama yaitu tempat minum manual memanjang standar 1 cm /
ekor, sedangkan tempat minum manual bundar standar 1 cm / ekor
c. Alat pemanas/ Heater
Sumber energy panas dapat diperoleh dari listrik, gas, minyak tanah, batu bara, serbuk / gerjaji kayu yang halus atau menggunakan kayu bakar. Pilihlah sumber energi yang
mudah didapat, dan murah biaya energinya, agar tidak terjadi biaya tinggi, dan gunakan sesuai kebutuhan suhu kandang.
d. Termometer
Termometer yang dapat dipakai untuk mengukur suhu contohnya termometer maximum dan minimum, serta termometer air raksa. Termometer diletakkan tergantung pada dinding kandang/pagar pembatas. termometer
e. Tirai kandang
Tirai ini diatur sesuai kebutuhan yaitu umur anak ayam, dan bahan yang digunakan
secara umum plastik. Tirai ini berfungsi untuk menahan udara, atau angin kencang masuk kedalam kandang, disamping itu untuk insulator agar suhu kandang dapat terjaga kestabilannya
f. Litter/ alas
Bahan alas yang penting dapat menyerap air dan memberi panas dan nyaman pada ayam pedaging seperti; sekam serbuk /gergajian kayu, dll
g. Chick guard/ pagar pembatas
Chick guard digunakan untuk membatasi ruang gerak anak ayam, dan agar lebih mudah dalam mengatur kondisi lingkungan kandang yang nyaman seperti suhu dan kelembaban kandang. Bahan yang dapat digunakan yaitu seng dan plastic tirai, dll. Tinggi pembatas 40-50 cm, prinsipnya tidak mengganggu aktivitas dalam tatalaksana harian kandang
4. Tipe Kandang dan Mengetahui Keuntungan Menggunakan Kandang Clode House

Produktivitas ternak sangat tergantung pada lingkungan dimana ia hidup, produktivitas yang tinggi bisa tercapai apabila didukung oleh lingkungan hidup ternak yang nyaman dan aman sehingga sosial walfare ternak terjamin. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah suhu, kelembaban, curah hujan, angin, gas, dan intensitas cahaya.
1. Temperatur dan Kelembaban Kandang
Indonesia beriklim tropis yang terletak antara 70C lintang utara dan lintang selatan, dengan suhu rataan 27o C. Daerah tropis umumnya mempunyai kondisi lingkungan suhu udaranya panas dan kelembaban yang tinggi, dengan keragaman suhu udara yang sangat rendah, kecuali didaerah ekuator keragaman suhu cukup tinggi dan kering. Tingginya kelembaban udara menyebabkan terhambatnya mekanisme pelepasan/ pembuangan panas tubuh atau penurunan beban panas yang dapat menimbulkan heat stress. Heat stress inilah yang menyebabkan penurunan produktivitas ternak.
Selain itu mikroorganisme juga mudah berkembang, sehingga ternak lebih mudah terinfeksi bibit penyakit. Maka itu diperlukan upaya untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, mengingat lingkungan pemeliharaan di Indonesia cukup beragam. Mulai dari daerah lingkungan cukup panas yaitu daerah pantai sampai daerah sejuk seperti daerah pegunungan. Namun demikian kelembaban udara cukup tinggi. Pada daerah kondisi seperti ini intensitas serangan penyakit cukup tinggi. Hal inilah yang menjadi kendala untuk upaya meningkatkan produksi. Berbicara produksi
ternak, produksi ternak ditentukan oleh interaksi antar genotip dan faktor lingkungan. Lingkungan disini seperti iklim, penyakit dan manajemen. Disamping ini dipengaruhi oleh
keseimbangan dan kualitas pakan yang diberikan.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas dan produksi ternak yaitu:
a. Temperatur
b. Kecepatan angin
c. Kelembaban
d. Gas seperti ammonia
e. Partikel udara
f. Cahaya dan suara
g. Hygiene
Sedangkan faktor yang mempengaruhi iklim lingkungan kandang yaitu;
a. Insulasi atap, dinding dan lantai kandang
b. Ventilasi
c. Pemanas
d. Pendingin
e. Cahaya
f. Hygiene
Kritikal temperatur ternak dipengaruhi oleh:
a. Umur ternak
b. Sistem kandang
c. Level pakan
d. Kelembaban
e. Angin
f. Insulasi kandang
Kondisi suhu lingkungan yang dikehendaki oleh ayam pedaging/ ayam broiler.
Umur (hari) Suhu 0 C Suhu 0 F
1 hr- 7 hr 35 95
8 hr- 14 hr 32 90
15 hr-21 hr 29 85
22 hr- 28 hr 26 80
Apabila terjadi kesalahan atau abnormal dalam temperatur kandang maka akan berdampak pada;
a. Tingkah laku ayam
b. Terjadi abnormal pada pertumbuhan
c. Abnormal pertumbuhan bulu
d. Batuk-batuk/ influenza
e. Aktivitas bisa menurun atau naik
Kontrol kelembaban,kelembaban kandang yang ideal adalah 60-80%. Jika kelembaban terlalu tinggi akan menyebabkan alas kandang basah/wet litter, dan apabila kelembaban terlalu rendah maka kandang berdebu.
2. Kandungan gas dalam kandang ternak ayam pedaging
Ternak unggas dalam hal ini ayam pedaging bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan gas karbondioksida serta air. Dalam hal ini apabila terlalu rendah kadar oksigen didalam kandang kondisi ini berhubungan dengan temperatur dan kelembaban kandang, maka akan perdampak pada produksi dan kesehatan ayam. Gas yang berbahaya dan beracun didalam kandang adalah;
a. Carbon- dioksida(CO2)
b. Ammonia(NH3)
c. Hydrogen Sulphide( H2S)
d. Carbon –monoxide(CO)
e. Sulphur diokside( SO2)
Konsentrasi standar gas dalam kandang ternak unggas Gas Max Konsentrasi(%) Standar konsentrasi dalam kandang
CO 0,01 0
CO2 0,5 2000 ppm
NH3 0,0025 25 ppm
H2S 0,002 0
SO2 0,0005 0
Catatan 0,0001 %= 1 ppm, 1 ppm= 1mm/m3= 1mm/1000 L
Untuk mengeliminir keberadaan konsentrasi gas berbahaya dalam kandang, maka perlu pengelolaan ventilasi kandang, temperatur, kelembaban, kepadatan kandang, dan pemanas kandang.
5. Penyakit ND / Tetelo

Newcastle Disease yang di Indonesia lebih dikenal dengan Tetelo merupakan penyakit lama yang tetap aktual untuk dikaji ulang, karena penyakit ini sangat berbahaya dan sewaktu-waktu dapat menyerang ternak unggas.
ND merupakan masalah besar dan momok bagi dunia peternakan, karena penyakit ini dapat menimbulkan angka kematian yang sangat tinggi (mencapai 100%) dan waktu penyebarannya yang sangat cepat, baik pada ayam ras, ayam buras maupun jenis unggas lainnya. Menurut para ahli, penyakit ini dapat menular pada manusia dengan gejala klinis conjunctivitis (radang konjunctiva mata) walaupun kasusnya sangat jarang dijumpai. Sedangkan pada unggas dan burung liar lainnya dengan gejala klinis berupa gejala syaraf, gejala pernafasan dan gejala pencernaan.
Penyakit Telelo atau Newcastle Disease (ND) biasa juga disebut dengan istilah penyakit Samper Ayam ataupun Pes Cekak. Dimana penyakit ini merupakan suatu infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
Tipe yang lebih ringan disebut degan “Mesogenic”. Kematian pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakangejala seperti gangguan pernapasan  dan saraf.
Tipe lemah (lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
ND sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar. Pada tahap  yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui udara. Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai jangkauan yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari ND tidak akan dinyatakan sebagai “carrier” dan biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.
Penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit dan kotorannya, melalui ransum, air minum, kandang, tempat ransum/minum, peralatan lainnya yang tercemar oleh kuman penyakit, melalui pengunjung, serangga, burung liar dan angin/udara (dapat mencapai radius 5 km). Virus ND ditemukan dalam jumlah tinggi selama masa inkubasi sampai masa kesembuhan. Virus ini terdapat pada udara yang keluar dari pernafasan ayam, kotoran, telur-telur yang diproduksi selama gejala klinis dan dalam karkas selama infeksi akut sampai kematian.
Untuk lebih meyakinkan bahwa suatu peternakan benar atau tidanya terserang ND, maka tindakan bedah bangkai adalah jalan terbaik dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus ND hasil bedah bangkai berupa gejala khas penyakit ini, yaitu adanya bintik-bintik merah (ptechie) pada proventriculus (kantong depan ampela). Selain itu juga terjadi perubahan pada lapisan usus berupa pendarahan dan kematian jaringan (nekrosa). Pada organ pernafasan akan mengalami eksudasi dan kantong udaranya menipis.
Pada infeksi alami, masa inkubasi ND berkisar antara 2-15 hari,sedangkan kecepatan timbulnya gejala bervariasi menurut galur virus ND, jenis unggas, status kekebalan, adanya infeksi campuran dengan organ-organ lain, faktor lingkungan, rute infeksi dan dosis virus.
Gejala yang nampak pada ayam yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut: Excessive mucous di trakea, gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas, ayam tampak lesu, napsu makan menurun, produksi telur menurun, mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah, jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan leher terpuntir.
6.Cara Pencegahan dan Penanganan Penyakit ND / tetelo

Pengendalian ND adalah mencegah ayam yang peka agar tidak terinfeksi oleh virus tersebut atau mengurangi jumlah ayam yang peka dengan cara vaksinasi. Tindakan pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian antibiotik tetapi pemberian antibiotik ini hanya untuk mengobati infeksi sekunder karena bakteri.
Ayam yang tertular harus dikarantina atau bila sudah pada stadium berbahaya maka harus dimusnahkan. Vaksinasi harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Vaksinasi pertama, dilakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata pada hari ke 2. Untuk berikutnya pemberian vaksin dilakukan dengan cara suntikan di intramuskuler otot dada. Untuk memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin, seorang pakar menyarankan agar memberikan vaksin ini dilakukan dengan pola  444. maksudnya vaksin ND diberikan pada ayam yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali. Akan tetapi pola pemberian ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan efektivitas terbaik dari hasilnya.
Pengedalian penyakit tetelo dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan vaksinasi secara teratur dan berkelanjutan yakni sejak ayam berumur 1-3 hari (DOC), 4 minggu (1 Bulan) dan setiap 4 bulan sekali, hal ini harus dilakukan secara rutin. Adapun Vaksin yang digunakan adalah jenis starin F atau strain K yang sudah banyak dijual dengan merk yang bermacam-macam di toko-toko pertanian (poultry). Namun cara yang paling penting dari semua upaya pengendalian terhadap penyakit ayam (unggas umumnya) adalah kebersihan lingkungan kandang yang harus tetap terjaga. Khusus untuk melaksanakan Vaksinasi terhadap penyakit tetelo, saat yang paling baik adalah pada saat cuaca tidak terlalu panas yakni, pagi, sore atau malam hari. Yang perlu di ingat adalah, jika dalam satu kandang sudah ada ayam yang diduga terserang tetelo (atau penyakit lainnya) hendaknya ayam tersebut harus segera di pisahkan dari ayam yang sehat (di Isolasi, agar penyebaran penyakit tidak meluas.
Berhubung penyakit ND disebabkan oleh virus maka sampai saat ini belum ada satu jenis obat yang efektif dapat menyembuhkan penyakit ini. Penanggulangan penyakit ND hanya dapat dilakukan dengan dengan tindakan pencegahan (preventif) melalui program vaksinasi yang baik. Ada dua jenis vaksin yang dapat diberikan yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif berupa vaksin hidup yang telah dilemahkan, diantaranya yang banyak digunakan adalah strain Lentogenic terutama vaksin Hitchner B-1 dan Lasota. Vaksin aktif ini dapat menimbulkan kekebalan dalam kurun waktu yang lama sehingga penggunaan vaksin aktif lebih dianjurkan dibanding vaksin inaktif.
Program vaksinasi harus dilakukan dengan seksama dan diperhatikan masa kekebalan yang ditimbulkan. Vaksinasi pertama sebaiknya diberikan pada hari ke-empat umur ayam. Vaksinasi lanjutan pada umur empat minggu, dan selanjutnya tiap empat bulan sesuai kebutuhan.
Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan :
- cara semprot,
- tetes (mata, hidung, mulut),
- campur air minum
- suntikan.
(Dosis dan cara pemakaian masing2 silakan dilihat pada leaflet yg ada dalam vaksin).
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan vaksinasi diantaranya :
• Vaksinasi hanya dilakukan pada ternak yang benar-benar sehat
• Vaksin segera diberikan setelah dilarutkan
• Hindari vaksin dari sinar matahari langsung
• Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan stress berat pada ternak
• Cuci tangan dengan detergen sebelum dan sesudah melakukan vaksinasi
Jadi, obat yang diberikan disesuaikan dengan infeksi sekunder yang muncul. Selain itu bisa juga dilakukan dengan pengobatan suportif untuk mempercepat kesembuhan jaringan yang rusak dengan cara pemberian multivitamin.


























BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
    Dari uraian di atas dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa :
1.    Kandang sangat banyak funsi yang di berikan jika dioptimalkan.
2.    Dalam mendirikan sebuah kandang harus dilihat lokasi, dimana hal tersebut sangat perlu di perhatikan agar kenyamanan ayam serta lingkungan sekitar tetap terjaga baik.
3.    Tipe kandang saat ini yang paling bagus dan baik untuk produksi ayam pedaging adalah kandang close house yang memiliki banyak keuntungan, diantaranya kandang close house yang dapat diatur suhunya sehingga kepadatan dari kandang tersebut dapat lebih banyak di bandingkan dengan kandang open house.
4.    Pengendalian ND adalah mencegah ayam yang peka agar tidak terinfeksi oleh virus tersebut atau mengurangi jumlah ayam yang peka dengan cara vaksinasi.














DAFTAR PUSTAKA


Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. UB PRESS. Malang
Atmomarsono, Umiyati. 2007. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Jakarta
Murni, Mazia Centia. 2009. Mengelola Kandang Dan Peralatan Ayam Pedaging. Pusat Pendidikan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pertanian. Jakarta
Pribadi, Sad Utomo. 2008. Kandang Unggas Untuk Mencegah Penyebaran Penyakit. Tabloid Sinar Tani. Jakarta

Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates