Pages

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 11 Desember 2013

Proposal Pengabdian Masyarakat "Ketahanan dan Keamanan Pangan"

PROPOSAL
MATA KULIAH PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN DI DAERAH PAPUA BARAT




DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4/KELAS B
ANGGOTA :

LESTARI KUSUMAH DEWI        (105050100111010)
FERDIANSYAH R                          (105050100111014)
YULIANTO NUGROHO                (105050100111015)
TAUFIQ ALI AKBAR                    (105050100111023)



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Pangan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberlangsungan hidup manusia. Pangan dapat menentukan keadaan masyarakat. Pangan juga dapat mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan masyarakat, seperti efeknya terhadap kesehatan masyarakat, pendidikan dan sebagainya.
Sagu dan umbi-umbian merupakan makanan pokok bagi masyarakat Papua Barat, namun dengan seiring berjalannya waktu, bahan pangan tersebut mulai tergantikan dengan adanya konsumsi beras. Bahkan saat ini beras sudah menjadi makanan pokok bagi masyarakat Papua Barat. Namun sayangnya beras yang diproduksi tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras.
Konsumsi beras di Provinsi Papua Barat rata-rata mencapai 132.000 ton per tahun. Dari besaran itu, sekitar 74 persen merupakan beras yang di datangkan dari luar daerah atau luar negeri. Kemampuan pasokan petani local masih sangat kecil, yakni hanya 26 persen per tahun. Itu pun umumnya dihasilkan oleh para petani pendatang. Mereka sebagian besar warga transmigran di Kabupaten Manokwari, Sorong, Sorong Selatan, Nabire, dan Merauke.
Data tahun 2010 menunjukkan, asupan kalori penduduk Papua Barat mayoritas (46 persen) berasal dari biji-bijian yang di dalamnya termasuk beras. Sebaliknya, makanan lokal yang berasal dari umbi-umbian ternyata asupan kalorinya hanya 9,65persen. Semakin meningkatnya ketergantungan ini tidak lepas dari beberapa sebab. Salah satunya adalah meningkatnya pendatang yang mencari rezeki di tanah ini. Bahkan, di Papua Barat proporsi penduduk pendatang sudah mencapai 47 persen. Besarannya hampir berimbang dengan penduduk asli. Selain itu juga berubahnya pola makanan penduduk asli Papua.
Beras memang memiliki kandungan kalori jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sagu atau pun umbi-umbian. Namun, fenomena ini akan menjadi masalah tatkala tidak disertai dengan penguatan pangan lokal. Bila hal ini sampai terjadi, ketahanan pangan tanah Papua menjadi genting. Bahkan, lingkaran kemiskinan akan terus berputar. Sebanyak 95 orang di  Distrik Kwoor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, meninggal dunia karena busung lapar dan kurang gizi.  Kelaparan merenggut nyawa mereka sejak November 2012 hingga Februari 2013.
Kelaparan sejatinya bukan sesuatu yang asing bagi warga di pulau paling timur Indonesia itu.  Pada  2009, kelaparan melanda 51 distrik di Kabupaten Yahukimo, Papua, mengakibatkan 26 warga di  Distrik Warla meninggal dunia. Dua tahun kemudian, kasus serupa terjadi di sejumlah daerah di Provinsi Papua Barat dan Papua. Kasus kelaparan di Papua Barat telah  mencabik-cabik rasa kemanusiaan  kita. Provinsi Papua Barat, seperti juga Provinsi Papua, berlimpah kekayaan alam, dari mulai hasil tambang, hasil laut, hasil hutan, hingga pariwisata. Adalah  ironi yang menyesakkan dada jika di provinsi  itu ada puluhan orang  mati kelaparan.
Untuk itu perlu adanya satu program yang dapat mempertahankan ketahanan dan keamanan pangan di daerah Papua Barat.

1.2.  Perumusan masalah
Masalah yang akan dibahas adalah bagaimana merumuskan langkah-langkah terkait program ketahanan dan keamanan pangan sehingga mampu mencukupi kebutuhan masyarakat, sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera. Diantaranya berbagai program peningkatan produksi lokal, sosialisasi teknologi pertanian dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi keluarga.

1.3.  Tujuan
Tujuan Umum:
Memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman yang diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Dapat terciptanya ketahanan dan keamanan pangan, khususnya bahan pangan pokok baru bagi masyarakat Papua Barat sesuai dengan kondisi yang mulai terjadi saat ini. Sehingga meminimalisir terjadinya masalah kesehatan masyarakat terkait kekurangan pangan.
Tujuan Khusus:
a)      Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein untuk konsumsi keluarga.
b)      Meningkatkan pemanfaatan pangan lokal dan produk olahannya sebagai sumber karbohidrat non beras dan non terigu.
c)      Meningkatkan motivasi, partisipasi, dan aktivitas masyarakat dan anak usia dini dalam penganekaragaman konsumsi pangan.
d)     Mengembangkan kawasan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal di Papua Barat

1.4.  Indikator Keberhasilan Program
Program ini dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan sebagai berikut:
Indikator output :
a)      Bertambahnya jumlah kelompok wanita maupun masyarakat dalam penyediaan sumber pangan keluarga yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
b)      Semakin banyak dosen / mahasiswa yang tergugah untuk melakukan pengabdian masyarakat di daerah yang rawan pangan.
c)      Adanya program lanjutan dari pemerintah sehingga dapat teratasi secara total masalah kekurangan gizi di daerah tersebut.
Indikator outcome :
a)      Meningkatnya skor PPH tahun 2013 dari tahun sebelumnya.
b)      Menurunnya konsumsi beras 1,5 % per tahun



1.5.  Luaran yang diharapkan
Keluaran yang dapat diukur dari kegiatan pengabdian masyarakat dapat berupa salah satu atau lebih dari kategori berikut :
a)      Suplai pangan yang cukup untuk masyarakat
b)      Penerapan teknologi tepat guna bagi masyarakat
c)      Instalasi alat atau fasilitas untuk kesejahteraan masyarakat
d)     Sosialisasi hasil program (Seminar atau Media Massa)
e)      Terbentuknya masyarakat yang mandiri

1.6.  Manfaat Program
Diharapkan dengan adanya program ini, masyarakat Papua Barat akan hidup lebih sejahtera dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada dan mampu hidup mandiri sehingga terhindar dari kelaparan serta gizi buruk. Dengan semakin terbukanya akses ke daerah tersebut akan membuat pembangunan di daerah semakin meningkat dan kepedulian pemerintah daerah terutama dan pemerintah pusat dapat mengembangkan daerah ini.

1.7.  Gambaran Umum Masyarakat
Masyarakat di Papua barat sangat membutuhkan perhatian dari berbagai pihak mengingat banyaknya angkan kematian yang diakibatkan oleh gizi buruk yang terjadi. Tercatat 135 orang meninggal dunia di Distrik Kwoor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara). Hal tersebut sungguh menjadi ironi karena Papua dikenal memiliki alam yang kaya raya. Sedangkan menurut Menteri Sosial Salim Segaf Al Djufri mengatakan, seharusnya kelaparan tidak boleh terjadi. Pasalnya, di tiap-tiap daerah disiapkan buffer stok atau lembaga penyangga stok beras cadangan nasional yang bias dipergunakan dalam kondisi darurat. Kepala daerah bias mengambil dari cadangan beras nasional itu bias seratus ton. Itu disiapkan dari cadangan nasional kita. Jadi mestinya tidak boleh ada yang busung lapar,  kekurangan makanan itu terjadi.




BAB II
METODE PELAKSANAAN

2.1.Identifikasi Masalah
Laju peningkatan kebutuhan pangan lebih cepat dibandingkan dengan laju peningkatan kemampuan produksi. Disamping itu peningkatan produktivitas tanaman di tingkat petani relatif stagnan, karena terbatasnya kemampuan produksi, penurunan kapasitas kelembagaan petani, serta kualitas penyuluhan pertanian yang jauh dari memadai.Semakin terbatasnya kapasitas produksi pangan nasional, disebabkan oleh: (i) berlanjutnya konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian; (ii) menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan; (iii) semakin terbatas dan tidak pastinya ketersediaan air untuk produksi pangan akibat kerusakan hutan; (iv) rusaknya sekitar 30 persen prasarana pengairan, dimana seharusnya dilakukan rehabilitasi sebanyak 2 kali dalam 25 tahun terakhir; (v) persaingan pemanfaatan sumber daya air dengan sektor industri dan pemukiman; (vi) kerusakan yang disebabkan oleh kekeringan maupun banjir semakin tinggi karena fungsi perlindungan alamiah telah sangat berkurang; (vii) masih tingginya proporsi kehilangan hasil panen pada proses produksi, penanganan hasil panen dan pengolahan pasca panen, masih menjadi kendala yang menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan pangan dengan proporsi yang cukup tinggi; (viii) perubahan iklim; dan (ix) persaingan antara pangan untuk konsumsi dan produksi biofuel.
Papua Barat memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi terutama melalui upaya peningkatan produktivitas. Sejalan dengan hal tersebut, promosi konsumsi makanan lokal yang beda juga perlu digalakkan. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. Pembangunan akses yang cukup terhadap listrik, air bersih, dan fasilitas transportasi perlu ditingkatkan.
Rendahnya tingkat pendidikan perempuan juga perlu mendapat perhatian khusus. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.Tingginya angka underweight pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
a)      Produksi makanan pokok yang kurang memadai
b)      Kemiskinan
c)      Tanpa akses penghubung yang cukup
d)     Tanpa akses ke listrik
e)      underweight pada balita

2.2.Penyusunan Program
Program penganggulangan krisis pangan di Papua Barat terdiri atas kegiatan : (1) Pemberdayaan kelompok wanita melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan bantuan alat penepung, (2) Pengembangan pangan lokal melalui kegiatan pra-pangkin dan kerja sama dengan Perguruan Tinggi dalam pengembangan teknologi pangan lokal, (3) Sosialisasi dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan, serta (4) Pengembangan Kawasan Diversifikasi Pangan
Pengembangan pangan lokal dilaksanakan melalui pengembanagn industri pengolahan pangan lokal sebagai pengganti pangan pokok sumber karbohidrat mendukung pangkin di 51 Distrik wilayah Papua Barat

2.2.1.      Pemberdayaan Kelompok Wanita
Kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan kelompok wanita adalah kelompok wanita yang telah memiliki kelembagaan yang aktif dengan pendekatan pemilihan berdasarkan dasa wisma dengan jumlah anggota minimal 10 orang. Tujuan pemberdayaan kelompok wanita ini dimaksudkan untuk : (1) meningkatkan pola pikir, keterampilan dan perubahan pola sikap kelompok wanita dalam mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman; (2) Meningkatkan keterampilan kelompok wanita dalam menyusun, mengolah dan menyajikan menu makanan beragam, bergizi seimbang dan aman dengan memanfaatkan bahan pangan hasil pekarangan sendiri dan mengurangi sajian nasi dalam menu makanan sehari-hari, dan (3) Meningkatkan citra positif pangan sumber karbohidrat non beras dan non terigu.

2.2.2.      Pengembangan Pangan Lokal Mendukung Pangkin
Kegiatan pengembangan pangan lokal mendukung pangkin adalah untuk mengembangkan potensi pangan lokal sumber karbohidrat non beras/non terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk mendukung pelaksanaan pangkin (pangan untuk orang miskin). Pendekatan bantuan pangan bagi orang miskin (Pangkin) berdasar pada potensi agro ekosistem wilayah akan lebih mendorong pengembangan sumberdaya pangan dan perbaikan gizi masyarakat. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan rantai nilai komoditas lokal yang produknya dapat digunakan dalam program pangan untuk orang miskin sebagai alternatif beras untuk orang miskin.



2.3.  Pelaksanaan Program
Desain pelaksanaan secara umum mekanisme dan rancangannya terbagi dalam tiga kategori besar yaitu: (1) penyediaan dan pengembangan produk; (jagung, ubikayu, ubijalar, talas, sagu), (2) strategi dan portofolio bisnis unit usaha untuk menghasilkan pangan pokok berbahan pangan lokal; dan (3) strategi pemasaran sosial.

2.4.  Monitoring dan Evaluasi
Dalam penyususnan dan pelaksanaan suatu program, pastilah dibutuhkan adanya suatu monitoring atau pemantauan dan evaluasi yang ditujukan agar program yang dicanangkan dapat berjalan sesuai tujuan yang diinginkan. Hal-hal yang perlu dipantau, diantaranya adalah keadaan sebelum dicanangkannya program, seperti keadaan lingkungan, keadaan masyarakat yang terkait, potensi daerah local, dan hal-hal lain yang dapat menunjang keberlangsungan program. Saat program sedang dijalankan, perlu juga dilakukan adanya suatu pemantauan, agar kegiatan pelaksanaanya berjalan lancar tanpa halangan. Setelah program selesai dilaksanakan, perlu diadakannya suatu evaluasi, agar kita dapat mengukur sampai dimana tingkat keberhasilan program tersebut terkait dengan kehidupan masyarakat beserta dampak-dampaknya.

2.5.  Lokakarya Hasil
Program-program yang diusulkan dalam proposal, diharapkan dapat terwujud secara nyata, sehingga dapat membantu proses peningkatan produksi pangan local dan pada ujungnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Barat dalam hal ini, juga termasuk mengurangi kekurangan gizi pangan. Jadi hasil nyata yang diharapkan tidak lain berupa produksi pangan yang meningkat dan dapat pula dipasarkan secara luas.

2.6.  Pelaporan
Proposal yang telah disusun akan dilaporkan kepada dosen pembimbing, bila telah disetujui, maka akan diajukan kepada pihak universitas, yang kemudian bisa dikirimkan kepada Pemerintah Daerah Papua Barat untuk diberi apresiasi apakah proposal ini diterima dan layak diterapkan di Papua Barat atau tidak. Bila telah disetujui, maka program dalm proposal akan segera dilaksanakan, dimana dalam pelaksanaannya akan selalu ada monitoring dan evaluasi yang harus selalu dilaporkan pada pemerintah daerah agar perkembangannya dapat diketahui.








BAB III
JADWAL KEGIATAN PROGRAM

Pelaksanaan kegiatan mulai dari awal hingga akhir dapat dilihat dalam jadwal kegiatan dibawah ini :

Jenis Kegiatan
Bulan
April
Mei
Juni
Juli
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Penyusunan laporan
















Penyerahan laporan
















Monitoring keadaan secara langsung
















Penyuluhan terhadap masyarakat mengenai teknologi pertanian dan sadar akan gizi
















Pemberday penepungaan kelompok wanita melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan bantuan alat penepung
















Pengembangan pangan lokal melalui kegiatan pra-pangkin dan kerjasama dengan perguruan tinggi dengan pengadaan pakan lokal
















Pengembangan kawasan diversifikasi pangan
















Penyedian dan pengembangan produk (jagung, padi, umbi-umbian,dsb)
















Portofolio bisnis usaha untuk menghasilkan pangan pokok berbahan pangan lokal
















strategi pemasaran



















BAB IV
RANCANGAN BIAYA

Rekapitulasi Biaya

No.
Uraian
Jumlah (Rp.)
Persentase
1.
Bahan Habis Pakai
Rp. 30.000.000
60 %
2.
Peralatan Penunjang
Rp. 5.000.000
10 %
3.
Transportasi
Rp.   5.000.000
10 %
4.
Konsumsi, Dokumentasi
Rp.   5.000.000
10 %

Jumlah Biaya
Rp. 45.000.000


1. Bahan Habis Pakai (Maks.60%)
No.
Uraian
Biaya (Rp)
1.
 Biaya Benih
 Rp. 20.000.000
2.
 Pupuk, Pestisida
 Rp. 10.000.000

Jumlah
 Rp. 30.000.000

2.  Peralatan Penunjang (Maks.20%)
No.
Uraian
Volume
BiayaSatuan (Rp)
Biaya (Rp)
1.
 Cangkul
 25
 Rp. 50.000
 Rp. 1.250.000
2.
 Pompa Air
 2
 Rp. 1.875.000
 Rp. 3.750.000

Jumlah


 Rp. 5.000.000

4. Transportasi (Maks.10 %)
No.
Uraian
Jumlah
Biaya
Satuan (Rp)


Biaya (Rp)
1.
 Biaya Perjalanan
 5
 Rp. 750.000
 Rp. 3.750.000
2.
 Kirim Barang

 Rp. 1.250.000
 Rp. 1.250.000



Jumlah Biaya


 Rp. 5.000.000

5. Konsumsi, Dokumentasi (10 %)
No.
Uraian
Jumlah
Biaya
Satuan (Rp)


Biaya (Rp)
1.
 Konsumsi
 5 Orang
 Rp. 8000.000
 Rp. 4.000.000
2.
 Dokumentasi
 1
 Rp. 1.250.000
 Rp. 1.000.000



Jumlah Biaya


 Rp. 5.000.000








BAB V
LAMPIRAN

5.1 Biodata

Ketua                         
  1. Nama               : Lestari Kusumah Dewi

NIM                : 105050100111010
Alamat                        : Jombang
Status              : Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya      
Anggota
  1. Nama               : Yulianto Nugroho
NIM                : 105050100111015
Alamat             : Solo
Status              : Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
  1. Nama               : Ferdiansyah R
NIM                : 105050100111014
Alamat             : Jombang
Status              : Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
  1. Nama                : Taufiq Ali Akbar
NIM                : 105050100111023
Alamat             : Malang
Status              : Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Dosen pembimbing
Nama                           : Anie Eka Kusumastuti, S.Pt
NIP                             : 19800529 200501 2 001
Alamat                         : Lowokwaru-Malang
Status                      : Dosen pembimbing mata kuliah Pembangunan Masyarakat  Desa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

5.2 Gambaran IPTEKS yang diterapkan

Dimulai dengan adanya suatu tindakan penyuluhan yang mana akan menerangkan tentang teknologi pertanian dan kesadaran akan gizi. Juga dilakukan suatu pemberdayaan masyarakat untuk pemanfaatan pekarangan rumah, serta dilakukannya pengembangan kawasan diversifiasi pangan.

5.3 Surat pernyataan kesediaan bekerjasama dengan pemerintah desa

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN BEKERJASAMA DENGAN MITRA


Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama
:    Lestari Kusumah Dewi  
NIM
:    105050100111010         
Alamat
:    Jombang
Status
:    Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya



Dengan ini menyatakan ketersediaan waktu sebagai mitra dan meluankan waktu selama 4 April – 4 juli 2013 dalam program pengabdian masyarakat dengan judul “Ketahanan dan Keamanan Pangan di Daerah Papau Barat “.

Apabila saya ternyata dikemudian hari tidak memenuhi kesediaan yang telah disebutkan di atas maka saya bersedia diberhentikan keikutsertaannya dari kegiatan pengabdian masyarakat.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun untuk keperluan pengajuan proposal Program Pengabdian Masyarakat Universitas Pembangunan Jaya.


Dibuat di       : Malang...................
Pada tanggal :    …………….  2013
Yang Membuat Pernyataan


Materai 6000,00




(Nama Jelas dan Tandatangan)








5.4 Denah lokasi
           


 

Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates