Pages

Ads 468x60px

Labels

Senin, 26 Mei 2014

Replikasi DNA, Translasi, Mitosis, Meiosis



Replikasi DNA adalah proses penggandaan rantai ganda DNA. Pada sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus melakukan replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu pada fase S siklus sel, sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase (PCR).
Replikasi adalah duplikasi asan nukleat dari sebuah “template” (Mujosemedi, 2008). Ada 3 teori mengenai replikasi DNA :
1.      Replikasi Konservatif
2.      Replikasi dispersif
3.      Replikasi semikonservatif
Dari ke tiga teori tersebut, yang dapat diterima adalah replikasi semikonservatuf. Replikasi semikonservatif adalah model replikasi DNA yg mana “parent strands” berpisah, dan masing-masing strands (pita) bertindak sbg template untuk sintesis strand baru. Masing-masing molekul DNA anakan (“daughter”) td satu “parent strand” dan satu strand baru yg disintesis. Ide ini dikemukakan oleh Watson dan Crick (Mujosemedi, 2008)

Enzym-enzym yang berperan dalam proses replikasi, yaitu Mujosemedi, 2008):
1.      ”DNA topoisomerase (DNA gyrase)” : mengkatalisis interkonversi isomer topologis DNA
2.      Helicase : melepaskan “parental DNA helix”.
3.      “RNA polymerase” (primase) : mensintesis RNA pendek yg dipanjangkan (extended) oleh DNA polymerase III.
4.      “DNA polymerase III” : mengkatalisis sintesis strand DNA baru pd sebuah template DNA dg penambahan suksesif nukleotida pd ujung 3’OH pd sebuah “primer RNA” atau sebuah “growing DNA strand”.
5.      “DNA polymerase I & II” : berfungsi dlm repair DNA editing.
6.      DNA ligase : menyambung fragment DNA pd “lagging strands”.

Transkripsi merupakan pembentukan/sintesis RNA dari salah satu rantai DNA, sehingga terjadi proses pemindahan informasi genetik dari DNA ke RNA. Fungsi ini disebut fungsi heterokatalis DNA karena DNA mampu mensintesis senyawa lain yaitu RNA. Sebuah rantai DNA digunakan untuk mencetak rantai tunggal mRNA dengan bantuan enzim polimerase. Enzim tersebut menempel pada kodon permulaan, umumnya adalah kodon untuk asam amino metionin. Pertama-tama, ikatan hidrogen di bagian DNA yang disalin terbuka. Akibatnya, dua utas DNA berpisah. Salah satu polinukleotida berfungsi sebagai pencetak atau sense, yang lain sebagai gen atau antisense. Misalnya pencetak memiliki urutan basa G-A-G-A-C-T, dan yang berfungsi sebagai gen memiliki urutan basa komplemen C-T-C-T-G-A. Karena pencetaknya G-A-G-A-C-T, maka RNA hasil cetakannya C-U-C-U-G-A. Jadi, RNA C-U-C-U-G-A merupakan hasil kopian dari DNA C-T-C-T-G-A (gen), dan merupakan komplemen dari pencetak.
Transkripsi DNA akan menghasilkan mRNA (messenger RNA). Pada organisme eukariot, mRNA yang dihasilkan itu tidak langsung dapat berfungsi dalam sintesis polipeptida, sebab masih mengandung segmen-segmen yang tidak berfungsi yang disebut intron. Sedangkan segmen-segmen yang berfungsi untuk sintesis protein disebut ekson. Di dalam nukleus terjadi pematangan/pemasakan mRNA yaitu dengan jalan melepaskan segmen-segmen intron dan merangkaikan segmen-segmen ekson. Gabungan segmen-segmen ekson membentuk satu rantai/utas mRNA yang mengandung sejumlah kodon untuk penyusunan polipeptida. Rantai mRNA ini dikenal sebagai sistron.
Translasi dalam genetika dan biologi molekular adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein. Transkripsi dan Translasi merupakan dua proses utama yang menghubungkan gen ke protein.  Translasi hanya terjadi pada molekul mRNA, sedangkan rRNA dan tRNA tidak ditranslasi. Molekul mRNA yang merupakan salinan urutan DNA menyusun suatu gen dalam bentuk kerangka baca terbuka. mRNA membawa informasi urutan asam amino.
Proses translasi berupa penerjemahan kodon atau urutan nukleotida yang terdiri atas tiga nukleotida berurutan yang menyandi suatu asam amino tertentu. Kodon pada mRNA akan berpasangan dengan antikodon yang ada pada tRNA. Setiap tRNA mempunyai antikodon yang spesifik. Tiga nukleotida di anti kodon tRNA saling berpasangan dengan tiga nukleotida dalam kodon mRNA menyandi asam amino tertentu. Proses translasi dirangkum dalam tiga tahap, yaitu inisiasi, elongasi (pemanjangan) dan terminasi (penyelesaian). Translasi pada mRNA dimulai pada kodon pertama atau kodon inisiasi translasi berupa ATG pada DNA atau AUG pada RNA. Penerjemahan terjadi dari urutan basa molekul (yang juga menyusun kodon-kodon setiap tiga urutan basa) mRNA ke dalam urutan asam amino polipeptida. Banyak asam amino yang dapat disandikan oleh lebih dari satu kodon. Tempat-tempat translsasi ini ialah ribosom, partikel kompleks yang memfasilitasi perangkaian secara teratur asam amino menjadi rantai polipeptida. Asam amino yang akan dirangkaikan dengan asam amino lainnya dibawa oleh tRNA. Setiap asam amino akan dibawa oleh tRNA yang spesifik ke dalam kompleks mRNA-ribosom. Pada proses pemanjangan ribosom akan bergerak terus dari arah 5'3P ke arah 3'OH sepanjang mRNA sambil merangkaikan asam-asam amino. Proses penyelesaian ditandai denga bertemunya ribosom dengan kodon akhir pada mRNA.
Translasi prokariot dan eukariot
Walaupun mekanisme dasar trskripsi dan translasi serupa untuk prokariot dan eukariot, terdapat suatu perbedaan dalam aliran informasi genetik di dalam sel tersebut. Karena bakteri tidak memiliki nukleus (inti sel), DNA-nya tidak tersegregasi dari ribosom dan perlengkapan pensintesis protein lainnya. Transkripsi dan translasi dipasangkan dengan ribosom menempel pada ujung depan molekul mRNA sewaktu transkripsi masih terus berlangsung. Pengikatan ribosom ke mRNA membutuhkan situs yang spesifik. Sebaliknya, dalam sel eukariot selubung nukleus atau membran inti memisahkan transkripsi dari translasi dalam ruang dan waktu. Transkripsi terjadi di dalam inti sel dan mRNA dikirim ke sitoplasma tempat translasi terjadi.
Mitosis adalah proses pembahagian genom yang telah digandakan oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel. Proses ini menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan komponen sel yang nyaris sama. Mitosis dan sitokenesis merupakan fasa mitosis (fase M) pada siklus sel, di mana sel awal terbagi menjadi dua sel anakan yang memiliki genetik yang sama dengan sel awal.
Mitosis terjadi hanya pada sel eukariot. Pada organisme multisel, sel somatik mengalami mitosis, sedangkan sel kelamin (yang akan menjadi sperma pada jantan atau sel telur pada betina) membelah diri melalui proses yang berbeda yang disebut meiosis. Sel prokariot yang tidak memiliki nukleus menjalani pembelahan yang disebut pembelahan biner.
Karena sitokinesis umumnya terjadi setelah mitosis, istilah "mitosis" sering digunakan untuk menyatakan "fase mitosis". Perlu diketahui bahwa banyak sel yang melakukan mitosis dan sitokinesis secara terpisah, membentuk sel tunggal dengan beberapa inti. Hal ini dilakukan misalnya oleh fungi dan slime moulds. Pada hewan, sitokinesis dan mitosis juga dapat terjadi terpisah, misalnya pada tahap tertentu pada perkembangan embrio lalat buah.
Hasil utama dari mitosis adalah pembagian genom sel awal kepada dua sel anakan. Genom terdiri dari sejumlah kromosom, yaitu kompleks DNA yang berpilin rapat yang mengandung informasi genetik vital untuk menjalankan fungsi sel secara benar. Karena tiap sel anakan harus identik secara genetik dengan sel awal, sel awal harus menggandakan tiap kromosom sebelum melakukan mitosis. Proses penggandaan terjadi pada pertengaha intefase, yaitu fase sebelum fase mitosis pada siklus sel.
Setelah penggandaan, tiap kromosom memiliki kopi identik yang disebut sister chromatid, yang berlekatan pada daerah kromosom yang disebut sentromer. Sister chromatid itu sendiri tidak dianggap sebagai kromosom.
Meiosis adalah salah satu cara sel untuk mengalami pembelahan. Ciri pembelahan secara meiosis adalah:
  • Terjadi di sel kelamin
  • Jumlah sel anaknya 4
  • Jumlah kromosen 1/2 induknya
  • Pembelahan terjadi 2 kali
Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II) Pada proses Meiosis I. pada tahap Pofase I DNA dikemas dalam kromosom.Pada akhir profare I terbentuk kromosom homolog yang berpasangan membentuk tetrad. Tahap Profase I dibagi menjadi 5 subfase, yaitu: -Leptonema : Benang-benag kromay\tin memendek dan menebal ,serta mudah menyerap zat warna dan membentuk kromosom mengalami KONDENSASI. -Zigonema : Sentromer membelah menjadi dua dan bergerak kearah kutub yang berlawanan,sementara itu kromosom homolog saling berpasangan ( SINOPSIS). -Pakinema : Terjadi duplikasi kromosom. -Diplonema : Kromosom homolog saling menjauhi, erjadi perlekatan berbentuk X yang disebut KIASMA dan merupakan tempat terjadinya Crossing Over. -Diakenesis : Terbentuk benang-benang spindel, dua sentriol sampai pada kutub yang berlawanan, membran inti dan nukleus menghilang.
TAHAP Metafase I : Pasangan kromosom homolog berderet di daerah ekuator. Sentromer menuju kutub dan mengeluarkan benang2 spindel. TAHAP Anafase I : Kromosom homolog berpisah dan bergerak ke kutub yang berlawanan. Benang spindel dan seluruh isi sel memanjang ke arah kutub.
Pada manusia dan hewan, meiosis terjadi di dalam gonad dan menghasilkan sel gamet seperti spermatosit atau sel telur. Pada tumbuhan, meiosis terjadi pada anthers dan ovaries dan menghasiklan meiospor yang perlahan terdiferensiasi menjadi sel gamet juga.
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema & gen berjumlah dua buah (sepasang).
Gen berasal dari bahasa Belanda: gen adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan DNA yang menyandi suatu protein, polipeptida, atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya. Penggunaan “gen” dalam percakapan sehari-hari (misalnya “gen cerdas” atau “gen warna rambut”) sering kali dimaksudkan untuk alel: pilihan variasi yang tersedia oleh suatu gen. Meskipun ekspresi alel dapat serupa, orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda. Gen diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu proses reproduksi, bersama-sama dengan DNA yang membawanya. Dengan demikian, informasi yang menjaga keutuhan bentuk dan fungsi kehidupan suatu organisme dapat terjaga.
Konsep mengenai gen berkaitan dengan alel. Istilah alel diperkenalkan oleh W.Bateson dan E.R.Saunders pada tahun 1902.Alel berasal dari kata latin allelon yang berarti bentuk lain. Alel disebut juga sebagai versi alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat.Misalnya gen A berperan untuk menumbuhkan karakter pigmentasi kulit secara normal.Karena suatu hal, gen A mengalami mutasi sehingga tidak mampu menimbulkan pigmentasi kulit secara normal (gen A termutasi menjadi a).Gen a menimbulkan karakter albinisme (tidak terbentuk melanin = albino).Gen a menimbulkan karakter resesif, yang berarti ekspresi gen a ditutupi (tidak memiliki efek yang jelas pada penampakan organisme) bila bersama-sama dengangen A.Sebaliknya gen A (dapat membentuk melanin) disebut dominan terhadap gen a karena gen A diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme.
LOKUS adalah lokasi yang diperuntukkan bagi gen dalam kromosom.
ALEL GANDA (MULTIPLE ALLELES) adalah adanya lebih dari satu alel pada lokus yang sama.


Diare pada Ayam


            Diare pada yaam dapat terlihat dari feses yang dikeluarkan. Feses yang normal berwarna coklet seperti biasa. Tidak jauh dengan manusia, ketika ayam terserng diare, feses yang dikeluarkan ayam akan encer dan ada tambahan warna seperti kapur atau hijau. Diare dapat terjadi karena adanya infeksi pada sistem pencernaan karena bakteri atau cacing.
            Penyebab diare dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis berak dikeluarkan ayam, berak kapur (pullorum) sering ditemukan pada ayam usia 1 – 10 hari. Gejala yang timbul adalah nafsu makan akan menurun, kotoran encer bercampur dengan butiran putih seperti kapur, bulu dubur melekat satu sama lain, sayap terkulai, jengger keabuan, mata tertutup dan ayam cenderung bergerombol ke tempat yang hangat. Berbeda dengan ayam dewasa yang terserang pullorum, berak kapur tidak benar-benar tampak. Ayam dewasa yang terkena akan mengalami penurunan produksi, depresi, anemia, kotoran encer berwarna kuning. Sedangkan berak hijau diduga ditularkan oleh bakteri sejenis  Salmonella pullorum. Penularannya sangat mudah yaitu melaluikontak langsung termasuk saat jantan mengawini betina dan melalui pakan dan minuman yang terkontaminasi dengan ayam yang sakit. Gejala yang terjadi sama seperti gejala berak kapur. Selain karena bakteri, diare pada ayam disebabkan oleh tumbuhnya cacing Ascaridia galli di usus ayam. Infeksi cacing ini berdampak pada peradangan saluran pencernaan sehingga ayam tidak mampu memanfaatkan makan dengan baik dan pertumbuhannya terganggu.
            Obat kimia dan antibiotik yang dapat digunakan ada beraneka ragam jenisnya. Pada ayam yang beraknya kapur atau berak hijau yang disebabkan bakteri Salmonella pullorum atau semisalnya dapat diberi suntikan berupa furozolidan, coccilin, neo terramycin, tetra, myconas, atau preparat sulfonamide di dada ayam. Sedangkan pada ayam diare karena cacingan (ascarida galli) dapat diberi obat cacing kimia seperti piperazine dengan dosis sebanyak 50 -100 mg/kg bobot badan.
            Selain obat kimia, pengobatan diare juga bisa dilakukan dengan menggunakan bahan alami seperti bawang putih. Berdasarkan kandungan yang berada pada bawang putih, baik sebagai anti bakteri, antiseptik terhadap luka khususnya peradangan khususnya perdangan pada usus sangat cocok diberikan pada ayam yang mengalami diare sebagai antibiotik alami. Dengan pemberian bawang putih, populasi bakteri ataupun cacing dapat berkurang.
Sumber :
http://nurulfauziah1260.wordpress.com/2012/12/17/pemberian-bawang-putih-sebagai-antibiotik-alami-dalam-mengobati-diare-pada-ayam-peternakan/

Senin, 19 Mei 2014

Metode-metode dalam Sosiologi



Secara garis besar metode dalam sosiologi terbagi menjadi metode kualitatif dan kuantitatif. Pertama, metode kualitatif sukar untuk diukur dengan angka atau ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun data yang ada nyata dalam masyarakat. Di dalam metode kualitatif termasuk metode historis dan komparatif, keduanya dikombinasikan dalam suatu metode historis. Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa lampau untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan maupun persamaan serat sebab-sebabnya. Metode studi kasus (study case) bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya gejala dalam masyarakat. Studi kasus dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, maupun individu. Dasarnya adalah penelaah suatu persoalan khusus yang merupakan gejala-gejala umum dari persoalan-persoalan lainnya dapat menghasilkan dalil-dalil umum. Adapun alat-alat yang digunakan adalah wawancara (interview), pertanyaan (quistionnaries), dari daftar pertanyaan, dan lain-lain.

Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka, sehingga gejala yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala, indeks, tabel, dan formula-formula menggunakan ilmu pasti atau matematika. Metode yang termasuk kuantitatif adalah metode statistik yang bertujuan menelaah gejala-gejala sosial secara matematis. Kemudian ada metode yang dinamakan Sociometry yang berusaha meneliti masyarakat secara matematis. 

Selain metode diatas, yaitu metode deduktif berdasarkan hal-hal umum kemudian ditarik ke hal-hal lebih khusus. Dan metode induktif berdasarkan hal-hal yang khusus kemudian diambil generalisasinya. Metode-metode tersebut hampir sama hakikatnya berbeda adalah penggolongannya ke dalam jenis metode empiris yang menyandarkan diri pada keadaan-keadaan yang nyata dalam masyarakat. Jenis metode rationalitas yang mengutamakan pemikiran dalam logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.

Sumber :
Sosiologi Suatu Pengantar Soerjono Soekanto 1982 Raja Grafindo Persada, jakarta
 
 
Blogger Templates