Pages

Ads 468x60px

Labels

Minggu, 02 Agustus 2015

Rencana Program Penyuluhan Tata Laksana Pemerahan Pada Peternakan Sapi Perah Di Kecamatan Oro-Oro Ombo Kabupaten Batu


ANALISIS SITUASI
Susu merupakan salah satu produk primer ternak perah yang merupakan sumber protein berkualitas sangat baik dan merupakan potensi pangan yang dapat menjadi faktor penentu kualitas sumberdaya manusia (SDM) nasional yang kompetitif. Susu sebagai bahan pangan hasil ternak di era pasar bebas, dituntut dalam jaminan keamanan dan kualitasnya agar dapat bersaing di pasar global. Susu memiliki nilai gizi yang hampir sempurna dan sangat peka terhadap pengaruh fisik maupun mikrobiologis, sehingga sangat penting untuk menghasilkan susu yang Halal, Aman, Utuh, dan Sehat (HAUS). Kerusakan susu banyak disebabkan oleh faktor kebersihan, suhu, kecepatan dan ketepatan dalam penanganannya, sehingga dalam proses produksinya, penting untuk diterapkan Good Farming Practices dan Good Hygienic Practices dengan baik dan benar pada peternakan dan koperasi.


Good Milking Practices merupakan prosedur yang mengatur pemerahan untuk menghindarkan semaksimal mungkin kontaminasi yang dapat menurunkan kualitas air susu yang dihasilkan, karena proses pemerahan adalah salah satu tahap yang memungkinkan susu dapat dengan mudah tercemar jika tidak dilakukan dengan baik dan benar. Selain itu proses pemerahan yang sesuai dengan GMP akan menjaga bahaya timbulnya penyakit mastitis pada ternak. Langkah berikutnya setelah pemerahan adalah penanganan produk pasca panen yaitu susu. Good Handling Practices penting dilaksanakan agar penanganan susu dilakukan secara tepat dan dapat mempertahankan mutu susu terutama secara fisik dan mikrobiologis sebelum diolah lebih lanjut. Prinsip utama dari penerapan Good Handling Practices adalah menghindarkan semaksimal mungkin kontaminasi air susu atau bahan pangan dengan lingkungan terutama dari pengaruh suhu yang tinggi dan segera menempatkan susu dalam ruang berpendingin untuk menjaga kualitasnya.
International Dairy Federation Food dan Agriculture Organization of The United Nations (IDF/FAO) (2004) juga menjelaskan bahwa tujuan GAP untuk pemerahan yaitu (a) memastikan pemerahan yang rutin dan tidak menyebabkan cedera pada sapi atau menambah kontaminasi pada susu, (b) memastikan pemerahan dalam kondisi yang higienis, dan (c) memastikan susu ditangani dengan seperlunya setelah pemerahan. Pemerahan harus dilaksanakan secara rutin dengan metode yang tidak menyebabkan cedera pada sapi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengenali sapi secara individual (dengan menggunakan tanda pengenal pada sapi), menyiapkan kondisi dan peralatan yang diperlukan untuk pemerahan, memastikan teknik pemerahan yang konsisten, memisahkan susu dari sapi yang sehat dengan susu dari sapi yang sakit atau dalam masa perawatan, menggunakan dan merawat peralatan pemerahan dengan tepat dan baik, serta memastikan adanya suplai air bersih yang cukup. Pemerahan harus dipastikan dilaksanakan dalam kondisi yang higienis, yaitu dengan menjaga kandang dan lingkungannya selalu bersih setiap saat, memastikan terjaganya kebersihan di area pemerahan dan memastikan pemerah mengikuti aturan dasar sanitasi. Penanganan susu hasil pemerahan yang higienis harus dilakukan dengan tepat. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan yaitu dengan mendinginkan susu dengan cepat, dan dilakukan di area yang bersih. Peralatan yang digunakan untuk mendinginkan susu harus memadai. SOP pemerahan yang telah disusun oleh Hidayat et al., (2002) dapat dijadikan acuan bagi peternak sapi perah di Indonesia dalam melaksanakan GMP
            Pada kenyataannya peternak rakyat belum mengerti atau kesulitan dalam melaksanakan prosedur pemerahan yang benar. Hal tersebut berdampak pada kualitas susu yang dihasilkan, cemaran mikroorganisme diduga menjadi masalah utama. Manajemen perkandangan, pra pemerahan maupun pasca pemerahan menjadi sebab mengapa mikroorganisme dapat mencemari susu. Kebanyakan peternak rakyat tidak memiliki kamar susu yang dapat mengurangi pencemaran mikroba yang ada di sekitar lingkungan peternakan.









MASALAH
Rendahnya kualitas susu yang dihasilkan oleh peternakan rakyat diantaranya merupakan akibat sistem manajemen pemerahan dan penanganan susu yang belum sesuai standar sehingga berimbas pada susu peternak yang dihargai relatif murah oleh IPS dengan penetapan standar mutu susu yang semakin ketat. Untuk itu aspek penanganan pascapanen yang sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan perlu diperhatikan dan diterapkan dengan baik oleh peternak sapi perah dan ini menjadi masalah yang perlu dikaji lebih lanjut.

Permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut adalah mengenai dua hal dibawah ini:
·         Penanganan susu yang kurang baik pada saat pemerahan dan pasca pemerahan
·         Masih rendahnya tingkat pengetahuan peternak mengenai prosedur pemerahan yang baik

TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu penyuluhan terhadap pentingnya tata laksana pemerahan dan penanganan pada sapi perah yang baik mulai dari Pra pemerahan hingga Pasca pemerahan, yang nantinya berpengaruh terhadap kualitas dan produksi susu.








RENCANA KERJA

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Desember 2012. Pemilihan waktu kegiatan adalah menyesuaikan waktu luang dari para peternak tersebut. Penyuluhan ini dilaksanakan pada malam hari karena malam hari adalah waktu dimana mereka sudah selesai beraktifitas. Jalannya kegiatan ini  direncanakan terdapat satu sesi penyampaian penyuluhan. Mengenai penyuluhan prosedur pemerahan dan manajemen kesehatan pemerahan. Dalam penyuluhan terdapat sesi penyampaian materi dan sesi diskusi atau tanya jawab.
Penyampaian materi menggunakan metode poster yang digunakan sebagai media visual sebagaimana slide presentasi menggunakan power point pada komputer. Pada penyuluhan prosedur pemerahan dan manajemen kesehatan pemerahan, para peternak diharapkan antusias terhadap setiap materi yang disampaikan pemateri. Materi yang disampaikan yaitu mengenai beberapa contoh simulasi cara pemerahan yang baik dan benar hingga penanganan susu, serta manajemen kesehatan pemerahan. Kemudian pada sesi diskusi atau tanya jawab beberapa peternak akan aktif terlibat dalam diskusi dan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pengalaman pribadi mereka dalam menangani ternak dalam pemerahan yang secara nyata pengetahuan mereka dalam ilmu pemerahan masih minim.
Materi yang disampaikan meliputi tata laksana pemerahan (persiapan sebelum pemerahan, penanganan susu saat pemerahan dan setelah pemerahan, manajemen kesehatan pemerahan), metode pemerahan (meliputi cara manual dan menggunakan mesin)
Kemudian di akhir sesi acara, wakil dari peternak tersebut akan meminta agar poster yang digunakan pada saat presentasi tersebut untuk diberikan kepada mereka agar sewaktu-waktu mereka membutuhkan dapat melihatnya kembali, meskipun masing-masing yang hadir telah mendapat hand out dari presentasi tersebut.



PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan program ini berdasarkan survey yang dilaksanakan sebelumnya untuk mendapatkan informasi mengenai potensi dan permasalahan yang ada di daerah ini. Setelah diketahui potensi dan permasalahan yang ada, maka dibuatlah program ini.
Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-harinya mereka telah mengetahui kondisi permasalahan dan merasakan langsung dampak permasalahan itu. Misalnya saja mengenai penanganan susu, pihak KUD memberikan masukan bahwa faktor penanganan susu juga berdampak terhadap kualitas dan produksi susu
Keesokan harinya pada tanggal 16 Desember 2012, dilaksanakan simulasi pemerahan dan penanganan susu yang dibantu oleh pihak KUD dan penyuluh. Dimulai dari pembersihan kandang dan ternak , alat-alat pemerahan, dan lain lain.
Manajemen kesehatan pemerahan meliputi manajemen sebelum pemerahan, manajemen saat pemerahan, dan manajemen setelah pemerahan. Manajemen sebelum pemerahan meliputi menyediakan sarana pemerahan, membersihkan kandang, memandikan sapi, persiapan pemerah, membersihkan ambing, dan pemerahan awal. Manajemen pada saat pemerahan meliputi cara pemerahan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan serta jarak dan waktu pemerahan. Manajemen setelah pemerahan meliputi suci hama puting, mencatat produksi susu, menyaring susu, dan mengumpulkan susu ke TPS.
Persiapan untuk pemerahan yang cukup akan menghasilkan keluaran susu yang sempurna. Kurangnya persiapan pemerahan akan menghambat keluarnya susu secara sempurna, sehingga akan meningkatkan susu yang tersisa dan menurunkan jumlah susu yang dikeluarkan, demikian berlanjut pada pemerahan berikutnya. Stimulasi sebelum pemerahan menyebabkan pelepasan lebih awal yang menyebabkan semakin singkatnya waktu yang diperlukan untuk pemerahan.

Persiapan sebelum pemerahan, termasuk pemerahan awal, dan pembersihan puting, memiliki efek langsung terhadap pengendalian mastitis. Pemeriksaan susu yang dilakukan saat pemerahan awal dapat mengantisipasi tercampurnya susu yang normal dan susu yang tidak wajar dengan menggunakan milk cup. Selanjutnya setelah pemerahan harus dilakukan desinfeksi dengan desinfektan yang dicelup atau disemprotkan, hal ini dapat membantu mencegah mastitis sub klinis. Monitoring dalam peternakan sangat penting dilakukan. Pencatatan produksi harian per ekor memudahkan peternak dalam melaksanakan tindakan yang diperlukan.
Peralatan pemerahan terutama ember dan milk can yang akan digunakan untuk pemerahan harus sudah dalam keadaan bersih dan kering. Kondisi peralatan juga harus terawat baik. Peralatan yang digunakan untuk pemerahan harus memiliki permukaan yang halus dan tidak mudah tergores dan terkelupas. Dianjurkan untuk menggunakan ember dan milk can yang terbuat dari stainless steel agar tidak berkarat dan mudah dibersihkan serta tahan lama. Ember plastik mudah tergores dan terkelupas sehingga akan terbentuk tempat-tempat yang sulit dibersihkan dan susu akan tersisa di sana dan menjadi tempat mikroba berkembang biak. Pencucian peralatan pemerahan dan penanganan susu harus dengan menggunakan larutan pembersih.
Puting dan ambing perlu dibersihkan dengan air hangat. Membersihkan ambing dan puting dengan air hangat bertujuan untuk membersihkan ambing dan merangsang hormon pengeluaran susu, karena usapan yang hangat pada ambing merangsang otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin, namun selama pengamatan. Metode pemerahan yang digunakan oleh peternak adalah metode yang bergantian antara metode gengggam atau full hand dan metode dua jari atau stripping.
Waktu pemerahan dalam sehari umumnya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore. Namun pemerahan sebaiknya dilakukan 3 kali jika produksi lebih dari 25 liter per hari. Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah susu yang dihasilkan. Jika jaraknya adalah 12 jam, maka jumlah susu yang dihasilkan pada waktu pagi dan sore akan sama. Jarak pemerahan yang tidak sama akan menyebabkan jumlah susu yang dihasilkan pada sore hari akan lebih sedikit daripada susu yang dihasilkan pada pagi hari.
Pemerahan yang dilakukan pada interval atau jarak pemerahan 10-14 jam akan menghasilkan susu yang lebih banyak setelah 14 jam. Volume susu yang dihasilkan setelah 14 jam akan mempunyai jumlah yang lebih banyak dibanding volume susu setelah 10 jam, namun bila dibagi dengan 14, maka produksi susu setiap jam akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan produksi susu tiap jam setelah 10 jam. Hal ini menjelaskan bahwa pemerahan dalam jarak atau interval yang pendek akan meningkatkan produksi susu hingga mencapai tingkat produksi tertingginya. Peternak akan mendapatkan hasil harian yang tinggi dan tercapainya efisiensi kemampuan ambing dalam memproduksi susu.
Sapi perah yang sehat dengan ambing yang sehat akan memproduksi susu dengan kandungan bakteri yang relatif sedikit. Pada waktu pemerahan susu, dua atau tiga aliran susu susu pertama dari puting susu mengandung lebih banyak bakteri daripada aliran susu yang belakangan, karena alasan ini ketiga aliran susu pertama ini dibuang. Sapi perah atau ambingnya yang sakit mungkin mengakibatkan susu mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang lebih besar. Mikroorganisme tersebut bersifat patogen terhadap sapi perah dan manusia. Oleh karena itu harus diambil tindakan-tindakan pencegahan yang menjamin susu aman sebagai makanan manusia.
Pencelupan puting setelah pemerahan penting untuk mencegah penyebaran organisme penyebab mastitis selama pemerahan. Seluruh permukaan puting harus dilapisi oleh cairan desinfektan sesuai dengan yang diijinkan pemerintah. Aplikasi yang ideal yaitu dengan pencelupan dibandingkan dengan penyemprotan karena dengan pencelupan, maka puting akan terlapisi dengan sempurna dan lebih menghemat cairan desinfektan yang digunakan.

Evaluasi :
          Prosedur pemerahan sapi yang dilakukan oleh peternakan rakyat kurang higienis. Karena sebagian peternak tidak mengikat ekor sapi dan kurang menjaga kebersihan lingkungan sekitar lokasi pemerahan. Prosedur pemerahan yang benar adalah berikut mengenai SOP pada tata laksana pemerahan :
1.      Peralatan pemerahan yang digunakan dalam kondisi bersih dan kering serta terawat baik
2.      Ambing sapi dibersihkan dengan air hangat
3.      Dilakukan pre-dipping
4.      Dilakukan pemerahan awal
5.      Pemerahan dilakukan dengan teknik atau cara pemerahan yang benar dan menghindarkan cedera pada ambing
6.      Pemerahan susu dilakukan dengan tuntas
7.      Dilakukan post-dipping
8.      Susu disaring sebelum dimasukkan ke dalam milk can
9.      Menutup rapat milk can dengan tutupnya
10.  Susu segera disetor pada koperasi dan tidak terlalu lama berada di suhu ruang
11.  Susu yang berasal dari ternak yang sakit atau dalam masa perawatan harus dipisahkan dari susu lainnya dan tidak boleh digunakan untuk konsumsi manusia dan ternak
          Sebagian peternak tidak memperhatikan interval pemerahan. Waktu pemerahan dalam sehari umumnya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore. Namun pemerahan sebaiknya dilakukan 3 kali jika produksi lebih dari 25 liter per hari. Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah susu yang dihasilkan. Jika jaraknya adalah 12 jam, maka jumlah susu yang dihasilkan pada waktu pagi dan sore akan sama. Jarak pemerahan yang tidak sama akan menyebabkan jumlah susu yang dihasilkan pada sore hari akan lebih sedikit daripada susu yang dihasilkan pada pagi hari.
Pemerahan yang dilakukan pada interval atau jarak pemerahan 10-14 jam akan menghasilkan susu yang lebih banyak setelah 14 jam. Volume susu yang dihasilkan setelah 14 jam akan mempunyai jumlah yang lebih banyak dibanding volume susu setelah 10 jam, namun bila dibagi dengan 14, maka produksi susu setiap jam akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan produksi susu tiap jam setelah 10 jam. Hal ini menjelaskan bahwa pemerahan dalam jarak atau interval yang pendek akan meningkatkan produksi susu hingga mencapai tingkat produksi tertingginya. Peternak akan mendapatkan hasil harian yang tinggi dan tercapainya efisiensi kemampuan ambing dalam memproduksi susu.

Umpan Balik :
1.      Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peternak mampu menjaga kualitas susu setelah pemerahan, sehingga masih dalam kondisi baik saat dibawa ke KUD.
2.      Pihak KUD diharapkan mendorong anggotanya agar melaksanakan prosedur pemerahan yang benar agar susu yang  dihasilkan baik.
3.      Dinas peternakan terkait hendaknya melakukan pengawasan serta penyuluhan kepada para peternak rakyat.

           


Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates