2.1
KONSEP DAN VARIABEL
Konsep merupakan sejumlah
pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek,
kondisi, situasi,dan hal lain yang sejenis. Konsep-konsep diciptakan dengan
menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. (Donald R.Cooper; C.W Emory 33).
Sebagian besar para ahli
mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti
dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Selain
itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian
tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor
yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan
kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila
landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin
digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah
variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian yang
akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu eksakta,
variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat
dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih
abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial
berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga
dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
Variabel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)
Secara Teoritis, para ahli telah
mendefinisikan Variable sebagai berikut :
Hatch
& Farhady (1981)
Variabel didefinisikan sebagai
Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan
yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
Kerlinger
(1973)
Variabel adalah konstruk
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Misalnya : tingkat aspirasi,
penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji,
produktifitas kerja, dll.
Variabel dapat dikatakan
sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different
values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang bervariasi.
Kidder
(1981)
Variabel adalah suatu kualitas
(qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Bhisma
Murti (1996)
Variabel didefinisikan sebagai
fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara
kualitatif atau kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif
atau kuantitatif.
Sudigdo
Sastroasmoro
Variabel merupakan
karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek
lainnya.
Dr.
Ahmad Watik Pratiknya (2007)
Variabel adalah konsep yang
mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi
dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri
yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variable
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.
Dr.
Soekidjo Notoatmodjo (2002)
Variable mengandung pengertian
ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.
Variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu
penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.
Misalnya : umur, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit,
dsb.
2.2 JENIS-JENIS VARIABEL
·
VARIABEL DEPENDEN DAN INDEPENDEN
Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah
kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian
mengintroduksi, pengubah atau pengganti variabel bebas. Menurut fungsinya
variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel
Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau karakteristik yang
oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungan-hubungan
dengan fenomena yang diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi
variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain. Contoh
hubungan variabel independen-dependen adalah prestasi belajar sebagai variabel
dependen dan motivasi sebagai variabel independen.
·
VARIABEL INTERVENING DAN MODERATOR
Variabel intervening, Yaitu variabel
yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel lain. Hubungan itu
dapat menyangkut sebab akibat ataupun pengaruh atau terpengaruh. Variabelini
merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen
dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Variabel Moderator, adalah variabel
yang mempengaruhi, memperkuat dan memperlemah hubungan antara variabel
independen dengan dependen. Variabel tersebut juga sebagai variabel independen
ke dua.
Contoh hubungan variabel
independen-moderator-intervening-dependen adalah penghasilan sebagai variabel
independen, lingkungan tempat tinggal sebagai variabel moderator, dan gaya
hidup sebagai variabel intervening,serta harapan hidup sebagai variabel
dependen.
·
VARIABEL KONTROL
Variabel kontrol adalah variabel yang
membatasi atau mewarnai variabel moderator. Variabel ini berfungsi sebagai
kontrol terhadap variabel lain terutama yang berkaitan dengan variabel
moderator dan bebas, ia juga berpengaruh terhadap variabel tergantung. Contoh hubungan variabel
independen-kontrol-dependen adalah Pendidikan SMA dan SMK sebagai variabel
independen, ketrampilan mengetik sebagai variabel dependen, dan naska;mesin
ketik sebagai variabel kontrol.
2.3
PENGUKURAN VARIABEL
Pengukuran adalah penetapan atau
pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu (Stevens,
1951). Ada tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikan definisi
terhadap pengukuran. Ketiga kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan
aturan. (Moh.Nasir,Ph.D, 154). Proses
pengukuran dalam penelitian:
§
Memilih
peristiwa empiris yang dapat diamati
§
Memakai
angka atau simbol untuk mewakili aspek-aspek peristiwa tersebut
§
Menerapkan
aturan pemetaan untuk menghubungkan pengamatan dengan simbolnya
Konsep-konsep
yang dipakai dalam penelitian dapat dikelompokan sebagai objek dan ciri-ciri.
Objek mencakup hal-hal yang biasa seperti meja, orang, buku, mobil,dll. Objek
juga mencakup hal-hal yang tidak demikian konkrit seperti gen, sikap, tekanan
kelompok,dll. Ciri-ciri objek dapat meliputi ciri fisik dan ciri sosial. Ada empat
tingakatan pengukuran, yaitu :
a.
Pengukuran Nominal
Pengukuran nominal tidak menghasilkan data
kuantitatif sebagai hasil dari pengamatan, tetapi menghasilkan data kualitatif.
Karena pengukuran nominal tidak menghasilkan data yang dapat dikuantifikasikan
karena tidak mengukur gejala yang bersifat kontinum. Pengukuran nominal
menghasilkan kategori-kategori yang bersifat tidak berjenjang. Pada dasarnya
pengukuran nominal menghasilkan data yang memisahkan satu dengan yang lainnya
dan menjadikan data ke dalam kelomok-kelompok tertentu. Misalnya peneliti
meneliti tentang agama.
b.
Pengukuran Ordinal
Pengukuran ordinal yaitu cara untuk
mengkuantifikasi suatu gejala dengan memberikan jenjang terhadap gejala yang
diukur. Penjenjangannya dilakukan dengan menyusun suatu skala. Ada beberapa
macam skala ordinal antara lain adalah :
·
Skala summated rating
·
Skala self rating
·
Skala likert
·
Skala bogardus
·
Skala guttman
·
Skala differential
Masing-masing skala di atas pada prinsipnya sama yaitu
mengukur intensitas suatu gejala. Perbedaanya adalah mempunyai jumlah point
berbeda-beda dan dipergunakan untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda.
Ciri-ciri skala ordinal adalah :
·
Jarak antara satu point dengan lainnya tidak sama. Karena
nilai dari setiap point itu hasil penilaian yangdibuat sendiri oleh si
peneliti.
·
Tidak mempunyai titik nol mutlak. Hal ini dapat
dimengerti sebab suatu nilai 0 hanya buatan dari si peneliti. Bila seseorang
yang bersikap netral diberi nilai 0 oleh si peneliti itu bukan berarti dia
tidak punya sikap, sikap dia adalah netral yang kebetulan diberi nilai 0.
·
Tidak dapat ditambah atau dikurangi, dikalikan atau
dibagi. Hal ini konsekuensi jarak yang tidak tetap dan tidak mempunyai titik
nol mutlak. Misalnya si A bersikap tidak setuju dan memperolah nilai 1, si B
netral dan memperoleh nilai 0, si C setuju dan diberi nilai +1. Kita tidak
dapat membuat kesimpulan bahwa sikap B=sikap A ditambah sikap C ; ATAU
0=(-1)+(+1)
c.
Pengukuran Interval
Pengukuran interval merupakan upaya
mengkuantifikasi gejala dengan menetapkan jarak yang teratur antara jenjang
yang satu terhadap jenjang yang lainnya. Analisis statistik yang digunakan
ialah uji statistik parametrik.
Contoh :
·
Skor IQ
·
Skor ujian
·
Temperatur atau suhu
d.
Pengukuran Rasio
Dibandingkan dengan dua skala yang telah
dibicarakan di atas, skala rasio merupakan skala yang paling unggul. Skala ini
memounyai ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh kedua skala di atas. Sifat
kuantitatifnya jelas sebab skala pengukuran rasio dimaksudkan untuk mengukur
gejala atau variabel kuantitatif seperti tingkat pendapatan, berat badan dll.
Ciri-ciri skala rasio adalah :
·
Jarak antara dua point di dalam ukurannya diketahui.
Contohnya ukuran panjang, berat, luas.
·
Mempunyai
titik nol mutlak. Unit pengukurannya ditentukan oleh pembuat, tetapi mempunyai
titik nol sebagai suatu nilai yang obyektif dan bukan bersifat subyektif
menurut penilaian peneliti. Contohnya abunawas adalah seorang pengangguran,
tidak ada pendapatan sama sekali. Kita dapat mengatakan pendapatan Abunawas
Rp.0,-. Ini artinya Abunawas benar-benar tidak mempunyai pendapatan.
·
Dapat dikurangi, ditambah, dibagi, maupun dikalikan.
Karena mempunyai nilai titik nol mutlak. Contohnya A mempunyai itik 10 ekor, B
mempunyai 90 ekor, dan C mempunyai 100 ekor. Dapat pula kita jumlah itik B
sebesar 9x lipat itik A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar