Ayam memerlukan asupan
nutrisi yang seimbang baik dalam kuantitas maupun kualitas. Ransum dengan
nutrisi sesuai kebutuhan akan menjadi faktor penting dalam menentukan
produktifitas ayam. Stamina dan kondisi kesehatan ayam akan optimal jika ayam
memiliki asupan nutrisi yang sesuai. Secara umum nutrisi dibagi menjadi 2,
yakni nutrisi makro (karbohidrat, protein, lemak, dan serat) dan nutrisi mikro
(mineral, vitamin, maupun asam amino). Kebutuhan kedua nutrisi tersebut hendaknya
terpenuhi seimbang, namun kenyataannya nutrisi mikro sering terabaikan. Hal itu
mungkin saja tidak diketahui karena kadarnya yang tidak dapat dideteksi. Atau
karena penanganan ransum yang tidak sesuai menyebabkan penurunan kadar nutrisi,
karena mudah dipengaruhi suhu, cahaya dan oksigen.
Kondisi yang demikian akan menimbulkan celah antara
kebutuhan dengan nutrisi yang diberikan dan berakibat ayam akan mengalami
gangguan produktivitas. Kondisi tersebut biasa disebut dengan difisiensi
nutrisi. Secara umu defisiensi dapat terjadi disebabkan jumlah nutrisi dalam
ransum kurang terpenuhi sehingga sekalipun feed intake telah terpenuhi, namun
kebutuhan nutrisi belum sepenuhnya terpenuhi. Atau sebaliknya, jumlah ransum
yang dikonsumsi tidak sesuai, sehingga asupan nutrisi yang masuk juga mengalami
kekurangan.
Kasus defisiensi nutrisi mengalami beberapa gejala yang
terlihat dari ayam seperti pertumbuhan yang tidak maksimal, ayam mudah
terserang penyakit, penurunan produksi telur, penurunan daya tetas. Dengan
melihat gejalanya saja tentu kurang jeli dan komprehensif, karena hampir mirip
dengan infeksi penyakit. Ada gejala khas defisiensi nutrisi seperti ayam yang
suka mematuk temannya sendiri dan kelumpuhan.
Kanibalisme terjadi karena ayam mengalami defisiensi mineral
(Na, Cl), vitamin ataupun asam amino, ayam biasanya akan berperilaku mematuk
bulu dan kepala. Kanibalisme yang sudah parah ditandai dengan ditemukannya ayam
yang berdarah karena dipatuk oleh ayam lain. Selain itu, kanibalisme dapat
disebabkan karena stress akibat perubahan ransum, stress panas, kekurangan
pencahayaan, dll. Sedangkan kelumpuhan, pincang atau kelainan bentuk kaki
terjadi karena defisiensi vitamin dan mineral, seperti vitamin E, vitamin B
kompleks, mangan, zinc, dan selenium yang menyebabkan kaki seperti terpluntir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar