Pages

Ads 468x60px

Labels

Senin, 11 Januari 2016

Evaluasi Program Vaksinasi pada Ayam Parent Stock

Tes Darah

  Tes darah (blood testing) merupakan salah satu program untuk mengontrol jenis penyakit (disease control program) di kawasan usaha peternakan ayam. Program ini harus dijadwalkan secara teratur dan terjadwal, penyakit yang bisa dideteksi dengan tes darah adalah penyakit yang disebabkan oleh pullorum, typhoid, dan mycoplasma. Tes darah juga dapat mengetahui tingkat titer antibodi ayam sehingga berhubungan erat dengan program vaksinasi yang sedang dijalankan. Tes lain untuk mengetahui organisme yang di lapangan adalah swab test, exposure test, egg swab test, fluff test, dan water test (Fadilah, 2005).

Sornnuwat et al (2009), Lakukan pengecekan titer secara acak terhadap penyakit utama untuk memonitor status imunitas ayam dan menggunakan informasi tersebut untuk suatu rencana pencegahan penyakit yang sesuai pada grand parent dan parent stock broiler dan layer. Jika ada tingkat kematian yang tinggi, petugas yang berwenang harus diberitahu untuk mengumpulkansampel untuk diagnosis dalam waktu 12 jam. 




Pengambilan sampel darah dilakukan pada bagian sayap ayam, tepat pada syarafnya. Pengambilan sampel darah pada setiap pen adalah 2 sampel per pen sebanyak 1 ml. Tujuannya adalah untuk mengetahui titer antibody dari vaksinasi yang telah dilakukan. Dikatakan proses vaksinasi berhasil apabila keadaan protektif mencapai 80%. Pengujian dilakukan pada penyakit AI dan ND, sampel yang diuji merupakan minyak darah yang sebelumnya didiamkan dalam botol (serum).
Serum diperoleh dari darah yang didiamkan selama beberapa jam, untuk mendapatkan serum yang baik, peletakkan botol darah dilakukan miring. Serum yang akan digunakan keesokan harinya, perlu disimpan di lemari pendingin. Akoso (1998) menyatakan cara penyimpanan serum yang terbaik adalah dengan membiarkan darah dalam tabung yang diletakkan miring. Darah akan membeku antara 1 – 2 jam pada suhu ruangan sebelum bekuan darahnya dapat diambil. Bila memungkinkan dapat dilakukan pemusingan sebelum pengambilan bekuan. Serum dihisap dengan pipet atau semprit dan ditaruh dalam tabung terpisah. Biasanya dari 1 ml darah dapat diperoleh 0,3 ml serum. Setiap spesimen ditandai secara jelas dengan diberi nomor dan dikirim dalam keadaan dingin. Apabila pengiriman contoh ke laboratorium diperkirakan akan memakan waktu 24 jam, serum perlu dibekukan dan kemudian baru dikirim dalam keadaan baik.
IMG00047-20130927-0959
 










                                         Hasil Blood Test

Pengukuran titer antibodi ayam dilakukan oleh perusahaan sendiri, pengujian dilakukan 2 minggu setelah vaksinasi karena merupakan puncak titer vaksinasi. Akoso  (1998) menyatakan bahwa untuk mengetahui keberhasilan vaksinasi dapat dilakukan pengukuran (titer) antibodi pada ayam antara 2 – 3 minggu setelah divaksin dengan mengirimkan serum darah ke Laboratorium penyidikan penyakit hewan yang terdekat.
Perusahaan juga mengirimkan sampel darah ke Laboratorium Kesehatan Hewan Malang yang beralamat di Jln. Raya Pakis Jajar. Tujuannya adalah untuk memperoleh surat jalan hewan, diantara penyakit yang diuji adalah AI, ND, dan Pullorum.

 Bedah Bangkai

                   Bedah bangkai dilakukan setiap hari untuk melihat ciri-ciri penyakit ayam yang mati dan dilakukan oleh pegawai terlatih. Rata-rata penyakit yang mati memiliki ciri-ciri penyakit ND, CRD, Dehidrasi, Distensi Utery, dan cacingan.
Bedah bangkai harus dilakukan setiap hari saat ada ayam yang mati atau ayam yang dimatikan karena dicurigai terjangkit suatu penyakit. Tujuan bedah bangkai adalah untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi suatu penyakit yang menginfeksi ayam tersebut dan hasilnya ayam dijadikan bahan pertimbangan menentukan penyakit yang sedang menyerang suatu kawasan peternakan. Identifikasi penyakit yang menyerang ayam dilakukan dengan cara melihat adanya perubahan di bagian organ tubuh (Fadilah, 2005).
IMG-20130902-WA005
 










                                   
                                    Bedah bangkai
Bedah bangkai dilakukan pada seluruh ayam yang mati, kecuali ayam yang telah membusuk. Bedah bangkai dilakukan pada tempat khusus dan dekat dengan sumur penampungan bangkai. Akoso (1998) menyatakan bahwa pelaksanaan bedah bangkai diupayakan di dekat tempat penguburan atau pemusnah bangkai. Disediakan sebuah meja kecil untuk bedah bangkai yang sebelumnya dialasi dengan plastik atau kertas. Tempat pembedahan harus diupayakan jauh dari kandang pemeliharaan, lalu lintas hewan atau petugas dan gudang penyimpanan pakan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari ayam yang diperiksa.
                   Peralatan yang digunakan untuk bedah bangkai adalah pisau bedah, gunting bedah, pinset, dan alat pemotong tulang. Cara pembedahan bangkai adalah bulu ayam dibasahi dengan larutan desinfektan terlebih dahulu, pembedahan dilakukan di tempat khusus dan menggunakan alas yang bersih, ayam diletakkan dengan posisi punggung di bawah dan posisi kepala ayam mengarah ke luar dari pelaku pembedah bangkai, gunting kedua kulit paha; kemudian paha ditekan kea rah atas perut (kaudolateral) hingga persendian tulang paha (coxofemoralis) muncul, kulit di bagian sternum dan perut dipotong melintang; tegak lurus dengan tulang dada (sternum), amati keadaan otot di sekitar paha dan dada, pemeriksaan organ dalam dapat dilakukan dengan cara memotong otot perut; tulang rusuk sampai ke tulang clavicula coracoid; kemudian seluruh bagian dada dibuka, pengamatan bagian dalam tubuh ayam dimulai dari kantung udara; kemudian ke organ lainnya, jika ada perubahan di bagian organ tubuh secara kasat mata (makroskopis); dilakukan identifikasi terhadap dugaan penyakit yang menyerang ayam tersebut, selain pemeriksaan secara makroskopis; untuk memastikan penyakit yang menyerang perlu dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis di laboratorium (Fadilah, 2005).

 Revaksinasi

                   Kegiatan revaksinasi tidak terprogram dalam kegiatan vaksinasi, namun revaksinasi dilakukan kondisional sesuai status kesehatan ternak. Status kesehatan ternak diamatai dari hasil pengujian titer antibodi, setelah 2 minggu pascavaksinasi yang merupakan puncak titer, kekebalan belum muncul maka revaksinasi layak untuk dilakukan. Selain itu, juga melihat dari hasil bedah bangkai, dimana ciri-ciri penyakit yang muncul dapat menjadi acuan.
                   Akoso (1998) berpendapat apabila kegagalan vaksinasi terjadi, paramedis harus segera menghubungi dokter hewan untuk melakukan analisis kegagalan vaksinasi. Dokter hewan akan menetukan apakah vaksinasi ulang perlu dilakukan. Untuk mengetahui keberhasilan vaksinasi dapat dilakukan pengukuran (titer) antibodi pada ayam antara 2 – 3 minggu setelah divaksin dengan mengirimkan serum darah ke Laboratorium Penyidikan Penyakit Hewan yang terdekat.
                   Revaksinasi dilakukan dengan cara pemberian pada air minum, pelaksanaannya adalah torn harus dipastikan bersih sebelum vaksinasi dilakukan, torn kemudian diisi air, diberikan masing-masing 200 gram susu skim untuk setiap 1000 dosis vaksin, susu skim harus diaduk dengan rata sampai tidak ada yang menggumpal, vaksin dicampurkan dengan air kemudian dikocok dengan angka 8, vaksin harus dalam waktu 24 jam, oleh karena itu penambahan air minum tidak diberikan sampai 2 jam setelah pemberian vaksin.
IMG00035-20130925-0722
 









                  

                                                       Vaksin ND Clone 30

                   Penyakit ND paling banyak mendapat perhatian dari program vaksinasi karena memiliki tingkat mortalitas yang tinggi jika ada ayam yang terserang. Tabbu (2000) menyatakan bahwa ND merupakan penyakit pernafasan dan sistemik, yang bersifat akut dan mudah menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang berbagai macam unggas, terutama ayam. Penyakit yang disebabkan oleh virus yang tergolong genus Avian Paramyxovirus dan famili Paramyxoviridae. Penularan virus ND dapat terjadi langsung melalui ayam yang sakit, maupun tidak langsung, melalui bahan, alat, atau pekerja yang tercemar virus tersebut. Cara penularan virus ND dari ayam yang sakit ke ayam yang peka tergantung pada tempat bereplikasi dari virus tersebut. Ayam yang menunjukkan gejala gangguan pernafasan akan menyebabkan adanya udara bercampur titik air yang mengandung virus ND, yang berasal dari mukus ayam sakit.

                   New Castle Diseases adalah penyakit yang membahayakan bagi berbagai jenis unggas tanpa mengenal umur. Penyakit ND berpengaru besar dalam produksi perunggasan di seluruh dunia. Di Africa dan Asia merupakan kendala utama dalam perindustrian unggas maupun peternakan rakyat. Peternak melakukan vaksinasi terhadap ND ataupun infeksi virus lapang untuk mentrasfer antibodi terhadap embrio melalui kuning telur. Anak ayam dari orang tua yang telah divaksin mampu terhindar dari resiko virelent dan virus vaksin. Maternal antibody merupakan pelindung dan penetralisir virus vaksin jika anak ayam memiliki tingkat MA tinggi (Sa’idu et al, 2006).

Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates