"Berdasarkan data Kementerian Pertanian , konsumsi susu di Indonesia saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga . Tingkat konsumsi susu di tanah air baru mencapai 11,9 liter per kapita setiap tahunnya," kata dirjen pengolahan dan pemasaran hasil pertanian , kementerian pertanian, Zaenal Bachruddin.
Dirjen Zaenal Bachruddin menyatakan minimnya tingkat konsumsi di Indonesia antara lain disebabkan masih rendahnya produksi susu nasional yang baru mencapai 26,5 persen dari kebutuhan. "Sisa kebutuhan nasional sebesar 73,5 persen masih harus diimpor ," katanya.
Jika konsumsi susu lokal baru mencapai 11,9 liter per kapita per tahun , maka catatan Tetra Pak Indonesia tahun 2010, memperlihatkan konsumsi Thailand mencapai 31,7 liter.
Impor susu sebagai bahan baku Industri Pengolahan Susu (IPS) dari Australia semakin gencar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor susu pada Januari-April 2011 sebesar US$ 30,05 juta. Nilai ini naik 96,48% dibandingkan 4 bulan pertama 2010 yang sebesar US$ 15,29.
Teguh Boediyana, Ketua Dewan Persusuan Nasional menuturkan, kenaikan nilai ini banyak ditopang oleh kenaikan harga susu dunia. Pada Februari lalu misalnya, harga susu bubuk skim menembus US$ 3.800 per ton.
Padahal, harga rata-rata tahun 2010 masih sebesar US$ 3.100 per ton. Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, mengakui bahwa pasokan susu lokal memang belum memadai. Ia menduga, hingga saat ini susu lokal hanya mampu baru bisa memenuhi 60% saja dari total kebutuhan IPS Indonesia, sementara sisanya harus impor dari negara lain terutama Australia dan Selandia Baru. Meskipun produksi susu meningkat dari tahun ke tahun. Namun belum mampu mengimbangi permintaan susu dalam negeri yang mencapai 1,5 miliar liter per tahun dimana 67% masih diimpor karena peternak local hanya mampu menghasilkan susu sebanyak 500 juta liter per tahun. Penjualan susu nasional, baik dalam bentuk cair maupun bubuk, pada 2011 ditargetkan naik 6% menjadi US$ 1,06 miliar atau Rp 9,01 triliun dibanding 2010 sebesar US$ 1 miliar, menurut Dewan Persusuan Nasional. Peningkatan didorong kenaikan permintaan domestik seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat mengkonsumsi susu. Teguh Budiyana, Ketua Dewan Persusuan Nasional, mengatakan pertumbuhan penduduk terutama kelas menengah ke atas di Indonesia sangat mempengaruhi peningkatan konsumsi susu. "Kesadaran masyarakat atas kesehatan juga berperan penting bagi kenaikan penjualan susu nasional," ujar dia. Teguh menjelaskan target penjualan susu nasional itu mengacu pada nilai impor bahan baku susu dan produk jadi susu serta hasil produksi susu nasional. Hingga kini 75% bahan baku susu masih diimpor dari berbagai negara, seperti New Zealand dan Australia. Tahun lalu, nilai impor bahan baku susu dan produk jadinya mencapai US$ 750 juta atau Rp 6,37 triliun. Sebesar 25% pasokan bahan baku susu berasal dari peternakan nasional yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Volume pasokan susuproduksi nasional mencapai 2 juta liter per hari. Saat ini harga bahan baku susu di pasar domestik mencapai Rp 3.000 per liter. Tahun lalu nilai produksi susu nasional diperkirakan mencapai Rp 2,1 triliun. Menurut Teguh, hargasusu di pasar internasional berfluktuasi secara signifikan di semester I 2011. Dia mencontohkan pada Maret-April 2011, harga bahan baku susu berupa skim milk powder berkisar US$ 4.600 per ton. Pada Juni 2011, harga bahan baku susu turun menjadi US$ 4.100 per ton.
Padahal, harga rata-rata tahun 2010 masih sebesar US$ 3.100 per ton. Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, mengakui bahwa pasokan susu lokal memang belum memadai. Ia menduga, hingga saat ini susu lokal hanya mampu baru bisa memenuhi 60% saja dari total kebutuhan IPS Indonesia, sementara sisanya harus impor dari negara lain terutama Australia dan Selandia Baru. Meskipun produksi susu meningkat dari tahun ke tahun. Namun belum mampu mengimbangi permintaan susu dalam negeri yang mencapai 1,5 miliar liter per tahun dimana 67% masih diimpor karena peternak local hanya mampu menghasilkan susu sebanyak 500 juta liter per tahun. Penjualan susu nasional, baik dalam bentuk cair maupun bubuk, pada 2011 ditargetkan naik 6% menjadi US$ 1,06 miliar atau Rp 9,01 triliun dibanding 2010 sebesar US$ 1 miliar, menurut Dewan Persusuan Nasional. Peningkatan didorong kenaikan permintaan domestik seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat mengkonsumsi susu. Teguh Budiyana, Ketua Dewan Persusuan Nasional, mengatakan pertumbuhan penduduk terutama kelas menengah ke atas di Indonesia sangat mempengaruhi peningkatan konsumsi susu. "Kesadaran masyarakat atas kesehatan juga berperan penting bagi kenaikan penjualan susu nasional," ujar dia. Teguh menjelaskan target penjualan susu nasional itu mengacu pada nilai impor bahan baku susu dan produk jadi susu serta hasil produksi susu nasional. Hingga kini 75% bahan baku susu masih diimpor dari berbagai negara, seperti New Zealand dan Australia. Tahun lalu, nilai impor bahan baku susu dan produk jadinya mencapai US$ 750 juta atau Rp 6,37 triliun. Sebesar 25% pasokan bahan baku susu berasal dari peternakan nasional yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Volume pasokan susuproduksi nasional mencapai 2 juta liter per hari. Saat ini harga bahan baku susu di pasar domestik mencapai Rp 3.000 per liter. Tahun lalu nilai produksi susu nasional diperkirakan mencapai Rp 2,1 triliun. Menurut Teguh, hargasusu di pasar internasional berfluktuasi secara signifikan di semester I 2011. Dia mencontohkan pada Maret-April 2011, harga bahan baku susu berupa skim milk powder berkisar US$ 4.600 per ton. Pada Juni 2011, harga bahan baku susu turun menjadi US$ 4.100 per ton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar