Pages

Ads 468x60px

Labels

Minggu, 26 Agustus 2012

Pembuatan hijauan awetan kering (hay)


Pembuatan hijauan awetan kering (hay)
Alat dan Bahan :
Alat:
1.       Timbangan
2.       Alat pencetak hay menjadi bales
3.       Tali rafia untuk mengikat hay
Bahan ;
1.       Gamal (Glirisidia Sepium)

Tinjauan Pustaka
                Tanaman hijauan yang diawetkan dengan cara dikeringkan dibawah sinar matahari kemudian disimpan dalam bentuk kering dengan kadar air 12-30% disebut hay. Pengawetan dengan cara ini jarang dilakukan oleh peternak di Indonesia. Mungkin karena jumlah hijauan yang tersedia relatif tak terbatas.  Lain halnya dengan di negara empat musim, dimana hijauan yang tersedia pertahun sangat amat terbatas. (Puger,2007)
                Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak berupa rumput-rumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering, dengan kadar air 20-30%. Untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memiliki daya cerna yang lebih tinggi. (Nevy Diana,2008)
                Gamal (Glirisidia Sepium) telah banyak digunakan sebagai hijauan suplementasi terhadap hijauan pakan yang berkualitas rendah dan menjadi sumber hijauan pakan pada lahan kering. (Puger,2007)
                Tujuan khusus pembuatan hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau yang diterap. (Kartadisastra,1997)
Pembahasan
                Pada saat praktikum, hay dibuat dengan cara pengeringan dibawah sinar matahari dengan menghasilkan hay berwarna hijau muda dengan kandungan air 20%. Menurut (Kartadisastra,1997), metode hamparan merupakan metode yang sederhana, dengan cara menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka dibawah sinar matahari. Kadar air hay yang dibuat dengan metode ini biasanya mempunyai kadar air antara 20-30% yang ditandai dengan warnanya yang kecokelat-cokelatan.
                Menurut (Puger,2007), proses yang terjadi selama pengeringan dari hijauan segar adalah hilangnya air yang menguap tergantung pada kecepatan pengeringan. Pada penelitian, daun gamal segar dikeringkan sampai kendungan air tertinggal 20-30%. Dan itu menyebabkan tingginya kandungan DM pada hay. Perubahan komposisi kimia setelah diawetkan adalah akibat dari bagian-bagian yang mudah rusak dan yang kaya N akan banyak hilang karena penguapan.
                Pada hay yang telah dibuat memiliki tekstur yang lembut dan tidak ada jamur. Menurut (Delly,2006), kriteria hay yang baik adalah warna hijau kekuningan, tak banyak daun yang rusak, bentuk daun masih utuh atau jelas dan tidak kotor atau berjamur, tak mudah patah bila barang dilipat dengan tangan.

1 komentar:

agus tripayana mengatakan...

cara ngolahnya atau membuatnya awet gimana??

 
 
Blogger Templates