Pembuatan hijauan awetan kering (hay)
Alat dan Bahan :
Alat:
1.
Timbangan
2.
Alat pencetak hay menjadi bales
3.
Tali rafia untuk mengikat hay
Bahan ;
1.
Gamal (Glirisidia Sepium)
Tanaman
hijauan yang diawetkan dengan cara dikeringkan dibawah sinar matahari kemudian
disimpan dalam bentuk kering dengan kadar air 12-30% disebut hay. Pengawetan dengan
cara ini jarang dilakukan oleh peternak di Indonesia. Mungkin karena jumlah
hijauan yang tersedia relatif tak terbatas.
Lain halnya dengan di negara empat musim, dimana hijauan yang tersedia
pertahun sangat amat terbatas. (Puger,2007)
Hay adalah
tanaman hijauan pakan ternak berupa rumput-rumputan/leguminosa yang disimpan
dalam bentuk kering, dengan kadar air 20-30%. Untuk menyeragamkan waktu panen
agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang
seragam akan memiliki daya cerna yang lebih tinggi. (Nevy Diana,2008)
Gamal (Glirisidia
Sepium) telah banyak digunakan sebagai hijauan suplementasi terhadap hijauan
pakan yang berkualitas rendah dan menjadi sumber hijauan pakan pada lahan
kering. (Puger,2007)
Tujuan
khusus pembuatan hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen berlebihan)
dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan
dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau yang diterap.
(Kartadisastra,1997)
Pembahasan
Pada saat
praktikum, hay dibuat dengan cara pengeringan dibawah sinar matahari dengan
menghasilkan hay berwarna hijau muda dengan kandungan air 20%. Menurut
(Kartadisastra,1997), metode hamparan merupakan metode yang sederhana, dengan
cara menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka dibawah
sinar matahari. Kadar air hay yang dibuat dengan metode ini biasanya mempunyai
kadar air antara 20-30% yang ditandai dengan warnanya yang kecokelat-cokelatan.
Menurut
(Puger,2007), proses yang terjadi selama pengeringan dari hijauan segar adalah
hilangnya air yang menguap tergantung pada kecepatan pengeringan. Pada penelitian,
daun gamal segar dikeringkan sampai kendungan air tertinggal 20-30%. Dan itu
menyebabkan tingginya kandungan DM pada hay. Perubahan komposisi kimia setelah
diawetkan adalah akibat dari bagian-bagian yang mudah rusak dan yang kaya N
akan banyak hilang karena penguapan.
Pada hay
yang telah dibuat memiliki tekstur yang lembut dan tidak ada jamur. Menurut (Delly,2006),
kriteria hay yang baik adalah warna hijau kekuningan, tak banyak daun yang
rusak, bentuk daun masih utuh atau jelas dan tidak kotor atau berjamur, tak
mudah patah bila barang dilipat dengan tangan.
1 komentar:
cara ngolahnya atau membuatnya awet gimana??
Posting Komentar