Pages

Ads 468x60px

Labels

Minggu, 13 Januari 2013

Pengomposan Kotoran Sapi


Tinjauan Pustaka
            Peternakan merupakan jenis usaha hasil hewani, diantaranya adalah daging, susu dan hasil samping berupa limbah. Hasil samping peternakan seringkali menimbulkan protes masyarakat karena aroma dan limbah yang dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya. Maka dalam hal ini harus ada penanganan secara signifikan dengan mendaur ulang limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis, terbukti banyaknya perusahaan peternakan mulai memperhatikan lingkungan dengan memberlakukan pengolahan limbah, salah satunya penanganan kotoran ternak. Sehingga hal ini berdampak positif terhadap lingkungan yang terjaga dengan baik. Peternakan seringkali melakukan pengolahan limbah kotoran dalam skala besar yang mencapai puluhan ton bahan baku. Beda halnya dengan peternak kecil yang hanya menghasilkan sedikit limbah kotoran dari beberapa ternak. Maka dari itu harus ada penelitian tentang pengembangan pengolahan limbah yang dibuat untuk mendukung usaha peternakan kecil sehingga limbah bisa termanfaatkan dengan baik. Beberapa metode yang akan dilakukan adalah dengan cara  pengolahan limbah menjadi pupuk kompos. ( Bambang, 2012 )

            Sapi merupakan jenis ternak ruminansia yang relatif lebih digemari oleh masyarakat umum. Di pulau Lombok khususnya, pemeliharaan sapi dilakukan secara kelompok dalam suatu kandang kolektif. Jumlah kandang kolektif yang ada berkisar 3.000 buah, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten namun belum banyak yang memikirkan pengelolaan limbahnya (kotoran). Sebagian besar peternak belum mengelola dan memanfaatkan kotoran ternaknya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tercatat bahwa satu ekor sapi rata-rata menghasilkan kotoran rata-rata 10-25 kg/hari. Apabila dalam satu kandang kolektif dipelihara sebanyak 100 ekor sapi maka kotoran yang dapat dikumpulkan adalah 2.500 kg Namun sampai saat ini kotoran sapi yang dihasilkan umumnya dibuang ke saluran air. Maksudnya dilakukan demikian oleh peternak, adalah untuk memudahkan penanganan dan bisa dimanfaatkan untuk lahan-lahan yang terairi oleh saluran tersebut. Pada saat yang demikian (kotoran ternak segar) belum dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman karena belum terdekomposisi dengan rasio C/N lebih dari 40. ( Anonymous, 2010 )

            Limbah ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan, menjadi kompos. Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68%); P total (0,225%); C-organik (11,2 %); Kalium (0,55%) dan rasio C/N (16,47). (Peni,2007)




Data Hasil Pengamatan
Hari
Warna
Bau
Ada tidaknya jamur
1
Kecoklatan
Khas feses sapi
Tidak ada
5
Coklat kehitaman
busuk
berjamur

Bahan :
1.      Kotoran sapi 2 kg
2.      Dedak padi 5% (100 g)
3.      Larutan EM-4 + tetes + air (2:2:1000)
Alat :
1.      Sarung tangan
2.      Karung
3.      Plastik kresek
4.      Sekop

Cara Pembuatan :
-          Kotoran sapi dicampur dengan dedan padi, diaduk hingga merata.
-          Ditambahkan larutan EM-4 + tetes + air
-          Disimpan pada kondisi anaerob
-          Diamati setelah 4-5 hari




Pembahasan
          Pada saat pengamatan, setelah disimpan selama 5 hari dilakukan pengamatan pada kompos sapi. Dari pengamatan tersebut terlihan bahwa kompos sapi yang dibuat berbau busuk, berwarna coklat kehitaman dan berjamur pada permukaannya. Menurut (Peni,2007), pembuatan kompos dinyatakan berhasil bila berbau khas fermentasi, kering, dingin, dan ditumbuhi jamur putih. Apabila berbau busuk maka pengomposan yang dilakukan gagal.
            Pada literatur yang lain, bahwa pengomposan kotoran sapi dilakukan penambahan sekam dan abu sekam. Serta penambahan gula pasir beberapa sendok. Selain itu, perlu persiapan tempat untuk menempatkan pupuk untuk disimpan yang terlindung dari sinar matahari dan air hujan. Menurut (Bambang,2012),Sebelum dilakukan pembuatan kompos tempatnya terlebih dahulu harus disiapkan. Diusahakan tempat pembuatan pupuk organik terlindung dari terik matahari langsung atau hujan ( tempat yang beratap). Saat pembuatan kompos diusahakan agar tidak tergenang air ataupun terkena air hujan karena akan menjadi busuk. Kotoran sapi (faeses dan urine) yang bercampur dengan sisa pakan, di kumpulkan pada satu tempat, ditiriskan atau dikering anginkan selama satu minggu agar tidak terlalu basah. Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi pembuatan dan diberi kalsit/kapur dan dekomposer. Untuk membuat 1 ton bahan pembuatan kompos (kotoran ternak) membutuhkan 20 kg kapur, 50 kg ampas gergaji, 100 kg abu sekam dan 2,5 kg dekomposer (stardec)dan seluruh bahan dicampur lalu diaduk merata. Setelah satu minggu diperam, campuran tadi diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu bisa diukur dengan memasukkan telapak tangan ke dalam tumpukan bahan, bila terasa hangat berarti terjadi proses pemeraman.
            Pengolahan kotoran sapi sebagai kompos tentu saja memberikan manfaat tersendiri bagi peternak. Beberapa manfaat pupuk organik :
·         Kesuburan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang.
·         Sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Akibatnya sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki.
·         Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada menjadi hidup.
Pendapat beberapa ahli menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik akan meningkatkan populasi musuh alami mikroba tanah sehingga menekan aktivitas saprofitik dari pathogen tanaman.
·         Keamanan penggunaannya dapat dijamin. Pupuk organik tidak akan merugikan kesehatan ataupun mencemari lingkungan.
            Selain memiliki beberapa manfaat, ternyata pupuk organik juga memiliki kelemahan, diantaranya:
1. Pupuk Organik, terutama pupuk kandang masih sering mengandung biji tanaman / rumput
    pengganggu.                                                  
2. Pupuk organic sering menjadi pembawa hama penyakit.
3. Kandungan unsur hara sulit diramalkan (diukur).
4. Kandungan unsur hara relative lebih rendah dibanding pupuk anorganik (pupuk buatan 
    pabrik).
5. Respon tanaman terhadap pupuk lebih lambat dibandingkan pupuk anorganik.

Untuk menutupi kelemahan pupuk organik diatas, dapat diminimalkan dengan cara :
·         Digunakan metode sterilisasi, baik secara sederhana maupun teknologi tinggi.
·         Dikombinasikan dengan pupuk anorganik untuk meningkatkan nilai unsur haranya.
·         Dilakukan pengonsetratan agar mengurangi biaya angku dan gudang.

Proses Pembuatan Bokhasi
Bahan :
Kotoran sapi setelah ditiriskan
Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
Abu Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
Dedak padi (5% dari bobot kotoran sapi)
Larutan EM-4 + tetes + air (2:2:1000) atau 1 Liter air + 2 cc EM-4 + 6  sendok gula

Cara Membuat :
Campur kotoran sapi + sekam + abu sekam + dedak padi sesuai ukuran, kemudian diaduk rata
Tuang larutan EM-4, air, tetes ke dalam campuran no. 1, diaduk hingga merata sampai adonan
Dengan kadar air ± 40%
Ditutup dengan karung goni atau tikar, dalam kondisi aerob fermentasi akan berlangsung cepat
Sehingga suhu bokhasi meningkat 35-400 C. Bila suhu mencapai 50% maka bokhasi dibolak
balik agar udara masuk dan suhu turun. Lama bokhasi 4-5 hari dan bokhasi dianggap jadi apabila
berbau khas feremntasi., kering, dingin, dan ditumbuhi jamur berwarna putih.




Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1.      Pada pembuatan kompos kotoran sapi sebaiknya dilakukan penimbangan yang tepat agar pengomposan dapat terfermentasi maksimal.
2.      Pada praktikum yang dilakukan proses pengomposan belum maksimal karena pada saat penyimpanan kompos tidak pada kondisi anaerob.
3.      Selain memiliki banyak manfaat kompos sapi juga mamiliki bebrapa kekurangan, tetapi hal tersebut bisa diminimalisir dengan berbagai cara.
Saran
Untuk keberhasilan pembuatan kompos sebaiknya dilakukan prosedur pembuatan yang benar sehingga kompos yang dihasilkan baik.

 PPT nya
Makalah Lengkapnya


Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates