Peternakan merupakan jenis usaha hasil hewani,
diantaranya adalah daging, susu dan hasil samping berupa limbah. Hasil samping
peternakan seringkali menimbulkan protes masyarakat karena aroma dan limbah
yang dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya. Maka dalam hal ini harus ada
penanganan secara signifikan dengan mendaur ulang limbah menjadi produk yang
bernilai ekonomis, terbukti banyaknya perusahaan peternakan mulai memperhatikan
lingkungan dengan memberlakukan pengolahan limbah, salah satunya penanganan
kotoran ternak. Sehingga hal ini berdampak positif terhadap lingkungan yang
terjaga dengan baik. Peternakan seringkali melakukan pengolahan limbah kotoran
dalam skala besar yang mencapai puluhan ton bahan baku. Beda halnya dengan
peternak kecil yang hanya menghasilkan sedikit limbah kotoran dari beberapa
ternak. Maka dari itu harus ada penelitian tentang pengembangan pengolahan
limbah yang dibuat untuk mendukung usaha peternakan kecil sehingga limbah bisa
termanfaatkan dengan baik. Beberapa metode yang akan dilakukan adalah dengan
cara pengolahan limbah menjadi pupuk
kompos. ( Bambang, 2012 )
Sapi merupakan jenis ternak ruminansia yang relatif lebih
digemari oleh masyarakat umum. Di pulau Lombok khususnya, pemeliharaan sapi dilakukan
secara kelompok dalam suatu kandang kolektif. Jumlah kandang kolektif yang ada
berkisar 3.000 buah, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten namun belum
banyak yang memikirkan pengelolaan limbahnya (kotoran). Sebagian besar peternak
belum mengelola dan memanfaatkan kotoran ternaknya. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan tercatat bahwa satu ekor sapi rata-rata
menghasilkan kotoran rata-rata 10-25 kg/hari. Apabila dalam satu kandang
kolektif dipelihara sebanyak 100 ekor sapi maka kotoran yang dapat dikumpulkan
adalah 2.500 kg Namun sampai saat ini kotoran sapi yang dihasilkan umumnya
dibuang ke saluran air. Maksudnya dilakukan demikian oleh peternak, adalah
untuk memudahkan penanganan dan bisa dimanfaatkan untuk lahan-lahan yang terairi
oleh saluran tersebut. Pada saat yang demikian (kotoran ternak segar) belum
dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman karena belum terdekomposisi
dengan rasio C/N lebih dari 40. ( Anonymous, 2010 )
Limbah ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan, menjadi kompos. Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68%); P total (0,225%); C-organik (11,2 %); Kalium (0,55%) dan rasio C/N (16,47). (Peni,2007)
Limbah ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan, menjadi kompos. Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68%); P total (0,225%); C-organik (11,2 %); Kalium (0,55%) dan rasio C/N (16,47). (Peni,2007)
Data
Hasil Pengamatan
Hari
|
Warna
|
Bau
|
Ada tidaknya jamur
|
1
|
Kecoklatan
|
Khas
feses sapi
|
Tidak
ada
|
5
|
Coklat
kehitaman
|
busuk
|
berjamur
|
Bahan :
1. Kotoran
sapi 2 kg
2. Dedak
padi 5% (100 g)
3. Larutan
EM-4 + tetes + air (2:2:1000)
Alat :
1. Sarung
tangan
2. Karung
3. Plastik
kresek
4. Sekop
Cara Pembuatan :
-
Kotoran sapi dicampur dengan dedan padi,
diaduk hingga merata.
-
Ditambahkan larutan EM-4 + tetes + air
-
Disimpan pada kondisi anaerob
-
Diamati setelah 4-5 hari
Pembahasan
Pada saat
pengamatan, setelah disimpan selama 5 hari dilakukan pengamatan pada kompos
sapi. Dari pengamatan tersebut terlihan bahwa kompos sapi yang dibuat berbau
busuk, berwarna coklat kehitaman dan berjamur pada permukaannya. Menurut (Peni,2007),
pembuatan kompos dinyatakan berhasil bila berbau khas fermentasi, kering,
dingin, dan ditumbuhi jamur putih. Apabila berbau busuk maka pengomposan yang
dilakukan gagal.
Pada literatur yang lain, bahwa pengomposan kotoran sapi
dilakukan penambahan sekam dan abu sekam. Serta penambahan gula pasir beberapa
sendok. Selain itu, perlu persiapan tempat untuk menempatkan pupuk untuk
disimpan yang terlindung dari sinar matahari dan air hujan. Menurut (Bambang,2012),Sebelum
dilakukan pembuatan kompos tempatnya terlebih dahulu harus disiapkan.
Diusahakan tempat pembuatan pupuk organik terlindung dari terik matahari
langsung atau hujan ( tempat yang beratap). Saat pembuatan kompos diusahakan
agar tidak tergenang air ataupun terkena air hujan karena akan menjadi busuk.
Kotoran sapi (faeses dan urine) yang bercampur dengan sisa pakan, di kumpulkan
pada satu tempat, ditiriskan atau dikering anginkan selama satu minggu agar
tidak terlalu basah. Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian
dipindahkan ke lokasi pembuatan dan diberi kalsit/kapur dan dekomposer. Untuk
membuat 1 ton bahan pembuatan kompos (kotoran ternak) membutuhkan 20 kg kapur,
50 kg ampas gergaji, 100 kg abu sekam dan 2,5 kg dekomposer (stardec)dan
seluruh bahan dicampur lalu diaduk merata. Setelah satu minggu diperam,
campuran tadi diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan
meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan
suhu bisa diukur dengan memasukkan telapak tangan ke dalam tumpukan bahan, bila
terasa hangat berarti terjadi proses pemeraman.
Pengolahan
kotoran sapi sebagai kompos tentu saja memberikan manfaat tersendiri bagi
peternak. Beberapa manfaat
pupuk organik :
·
Kesuburan tanah
bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu
berpengaruh dalam jangka panjang.
·
Sifat fisik dan kimia
tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Akibatnya sifat fisik dan
kimia tanah ikut diperbaiki.
·
Sifat biologi tanah
dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada menjadi hidup.
Pendapat beberapa ahli menyebutkan bahwa pemberian
pupuk organik akan meningkatkan populasi musuh alami mikroba tanah sehingga
menekan aktivitas saprofitik dari pathogen tanaman.
·
Keamanan
penggunaannya dapat dijamin. Pupuk organik tidak akan merugikan kesehatan
ataupun mencemari lingkungan.
Selain
memiliki beberapa manfaat, ternyata pupuk organik juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
1. Pupuk Organik, terutama pupuk kandang masih sering
mengandung biji tanaman / rumput
pengganggu.
2. Pupuk organic
sering menjadi pembawa hama penyakit.
3. Kandungan unsur
hara sulit diramalkan (diukur).
4. Kandungan unsur
hara relative lebih rendah dibanding pupuk anorganik (pupuk buatan
pabrik).
5. Respon tanaman
terhadap pupuk lebih lambat dibandingkan pupuk anorganik.
Untuk menutupi
kelemahan pupuk organik diatas, dapat diminimalkan dengan cara :
·
Digunakan metode
sterilisasi, baik secara sederhana maupun teknologi tinggi.
·
Dikombinasikan dengan
pupuk anorganik untuk meningkatkan nilai unsur haranya.
·
Dilakukan
pengonsetratan agar mengurangi biaya angku dan gudang.
Proses Pembuatan Bokhasi
Bahan :
Kotoran sapi setelah ditiriskan
Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
Abu Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
Dedak padi (5% dari bobot kotoran sapi)
Larutan EM-4 + tetes + air (2:2:1000)
atau 1 Liter air + 2 cc EM-4 + 6 sendok
gula
Cara Membuat :
Campur kotoran sapi + sekam + abu sekam
+ dedak padi sesuai ukuran, kemudian diaduk rata
Tuang larutan EM-4, air, tetes ke dalam
campuran no. 1, diaduk hingga merata sampai adonan
Dengan kadar air ± 40%
Ditutup dengan karung goni atau tikar,
dalam kondisi aerob fermentasi akan berlangsung cepat
Sehingga suhu bokhasi meningkat 35-400
C. Bila suhu mencapai 50% maka bokhasi dibolak
balik agar udara masuk dan suhu turun.
Lama bokhasi 4-5 hari dan bokhasi dianggap jadi apabila
berbau khas feremntasi., kering, dingin,
dan ditumbuhi jamur berwarna putih.
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
1. Pada
pembuatan kompos kotoran sapi sebaiknya dilakukan penimbangan yang tepat agar
pengomposan dapat terfermentasi maksimal.
2. Pada
praktikum yang dilakukan proses pengomposan belum maksimal karena pada saat
penyimpanan kompos tidak pada kondisi anaerob.
3. Selain
memiliki banyak manfaat kompos sapi juga mamiliki bebrapa kekurangan, tetapi
hal tersebut bisa diminimalisir dengan berbagai cara.
Saran
Untuk keberhasilan pembuatan kompos sebaiknya
dilakukan prosedur pembuatan yang benar sehingga kompos yang dihasilkan baik.
PPT nya
Makalah Lengkapnya
PPT nya
Makalah Lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar