TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PENYULUHAN
“Rencana Program
Penyuluhan Tata Laksana Pemerahan Pada
Peternakan Sapi Perah Di Kecamatan Oro-Oro Ombo Kabupaten Batu”
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK/KELAS
D
ANGGOTA
:
Ferdiansyah
Ramadhani 105050100111014
Yulianto
Nugroho 105050100111015
Muflihuda
Agiel Kurniawan 105050100111016
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2012
ANALISIS SITUASI
Susu merupakan salah satu produk primer ternak perah
yang merupakan sumber protein berkualitas sangat baik dan merupakan potensi
pangan yang dapat menjadi faktor penentu kualitas sumberdaya manusia (SDM)
nasional yang kompetitif. Susu sebagai bahan pangan hasil ternak di era pasar
bebas, dituntut dalam jaminan keamanan dan kualitasnya agar dapat bersaing di
pasar global. Susu memiliki nilai gizi yang hampir sempurna dan sangat peka
terhadap pengaruh fisik maupun mikrobiologis, sehingga sangat penting untuk
menghasilkan susu yang Halal, Aman, Utuh, dan Sehat (HAUS). Kerusakan susu
banyak disebabkan oleh faktor kebersihan, suhu, kecepatan dan ketepatan dalam
penanganannya, sehingga dalam proses produksinya, penting untuk diterapkan Good
Farming Practices dan Good Hygienic Practices dengan baik dan benar
pada peternakan dan koperasi.
Good Milking Practices merupakan
prosedur yang mengatur pemerahan untuk menghindarkan semaksimal mungkin
kontaminasi yang dapat menurunkan kualitas air susu yang dihasilkan, karena
proses pemerahan adalah salah satu tahap yang memungkinkan susu dapat dengan
mudah tercemar jika tidak dilakukan dengan baik dan benar. Selain itu proses
pemerahan yang sesuai dengan GMP akan menjaga bahaya timbulnya penyakit
mastitis pada ternak. Langkah berikutnya setelah pemerahan adalah penanganan
produk pasca panen yaitu susu. Good Handling Practices penting dilaksanakan
agar penanganan susu dilakukan secara tepat dan dapat mempertahankan mutu susu
terutama secara fisik dan mikrobiologis sebelum diolah lebih lanjut. Prinsip
utama dari penerapan Good Handling Practices adalah menghindarkan
semaksimal mungkin kontaminasi air susu atau bahan pangan dengan lingkungan
terutama dari pengaruh suhu yang tinggi dan segera menempatkan susu dalam ruang
berpendingin untuk menjaga kualitasnya.
International Dairy Federation Food dan
Agriculture Organization of The United Nations (IDF/FAO) (2004) juga
menjelaskan bahwa tujuan GAP untuk pemerahan yaitu (a) memastikan
pemerahan yang rutin dan tidak menyebabkan cedera pada sapi atau
menambah kontaminasi pada susu, (b) memastikan pemerahan dalam kondisi
yang higienis, dan (c) memastikan susu ditangani dengan seperlunya setelah pemerahan.
Pemerahan harus dilaksanakan secara rutin dengan metode yang tidak menyebabkan
cedera pada sapi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengenali sapi secara individual
(dengan menggunakan tanda pengenal pada sapi), menyiapkan kondisi dan peralatan
yang diperlukan untuk pemerahan, memastikan teknik pemerahan yang konsisten,
memisahkan susu dari sapi yang sehat dengan susu dari sapi yang sakit atau
dalam masa perawatan, menggunakan dan merawat peralatan pemerahan dengan tepat
dan baik, serta memastikan adanya suplai air bersih yang cukup. Pemerahan harus
dipastikan dilaksanakan dalam kondisi yang higienis, yaitu dengan menjaga
kandang dan lingkungannya selalu bersih setiap saat, memastikan terjaganya
kebersihan di area pemerahan dan memastikan pemerah mengikuti aturan dasar
sanitasi. Penanganan susu hasil pemerahan yang higienis harus dilakukan dengan
tepat. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan yaitu dengan mendinginkan susu
dengan cepat, dan dilakukan di area yang bersih. Peralatan yang digunakan untuk
mendinginkan susu harus memadai. SOP pemerahan yang telah disusun oleh Hidayat et
al., (2002) dapat dijadikan acuan bagi peternak sapi perah di Indonesia
dalam melaksanakan GMP
Pada kenyataannya peternak rakyat
belum mengerti atau kesulitan dalam melaksanakan prosedur pemerahan yang benar.
Hal tersebut berdampak pada kualitas susu yang dihasilkan, cemaran
mikroorganisme diduga menjadi masalah utama. Manajemen perkandangan, pra
pemerahan maupun pasca pemerahan menjadi sebab mengapa mikroorganisme dapat
mencemari susu. Kebanyakan peternak rakyat tidak memiliki kamar susu yang dapat
mengurangi pencemaran mikroba yang ada di sekitar lingkungan peternakan.
MASALAH
Rendahnya kualitas susu yang dihasilkan oleh
peternakan rakyat diantaranya merupakan akibat sistem manajemen pemerahan dan
penanganan susu yang belum sesuai standar sehingga berimbas pada susu peternak
yang dihargai relatif murah oleh IPS dengan penetapan standar mutu susu yang
semakin ketat. Untuk itu aspek penanganan pascapanen yang sesuai dengan Standard
Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan perlu diperhatikan dan
diterapkan dengan baik oleh peternak sapi perah dan ini menjadi masalah yang
perlu dikaji lebih lanjut.
Permasalahan
yang perlu dikaji lebih lanjut adalah mengenai dua hal dibawah ini:
·
Penanganan susu yang kurang baik pada saat pemerahan dan pasca pemerahan
·
Masih rendahnya tingkat pengetahuan peternak mengenai prosedur pemerahan
yang baik
TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu penyuluhan
terhadap pentingnya tata
laksana pemerahan dan penanganan pada sapi perah yang baik mulai dari Pra
pemerahan hingga Pasca pemerahan, yang nantinya berpengaruh terhadap kualitas
dan produksi susu.
RENCANA KERJA
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Desember 2012. Pemilihan waktu kegiatan adalah
menyesuaikan waktu luang dari para peternak tersebut. Penyuluhan ini
dilaksanakan pada malam hari karena malam hari adalah waktu dimana mereka sudah
selesai beraktifitas. Jalannya kegiatan ini direncanakan terdapat satu sesi penyampaian
penyuluhan. Mengenai penyuluhan prosedur pemerahan dan manajemen kesehatan pemerahan. Dalam penyuluhan terdapat sesi penyampaian
materi dan sesi diskusi atau tanya jawab.
Penyampaian materi menggunakan metode poster yang
digunakan sebagai media visual sebagaimana slide presentasi menggunakan power
point pada komputer. Pada penyuluhan prosedur pemerahan dan manajemen kesehatan pemerahan, para peternak diharapkan antusias terhadap
setiap materi yang disampaikan pemateri. Materi yang disampaikan yaitu mengenai
beberapa contoh simulasi
cara pemerahan yang baik dan benar hingga penanganan susu, serta manajemen
kesehatan pemerahan. Kemudian
pada sesi diskusi atau tanya jawab beberapa peternak akan aktif terlibat dalam
diskusi dan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pengalaman pribadi mereka
dalam menangani ternak dalam pemerahan yang secara nyata pengetahuan mereka dalam ilmu pemerahan
masih minim.
Materi yang disampaikan meliputi tata laksana pemerahan (persiapan sebelum pemerahan, penanganan susu saat pemerahan dan setelah pemerahan, manajemen kesehatan
pemerahan), metode pemerahan (meliputi cara manual dan menggunakan mesin)
Kemudian di akhir sesi acara, wakil dari peternak
tersebut akan meminta agar poster yang digunakan pada saat presentasi tersebut
untuk diberikan kepada mereka agar sewaktu-waktu mereka membutuhkan dapat
melihatnya kembali, meskipun masing-masing yang hadir telah mendapat hand out
dari presentasi tersebut.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan program ini berdasarkan survey yang
dilaksanakan sebelumnya untuk mendapatkan informasi mengenai potensi dan
permasalahan yang ada di daerah ini. Setelah diketahui potensi dan permasalahan
yang ada, maka dibuatlah program ini.
Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-harinya mereka
telah mengetahui kondisi permasalahan dan merasakan langsung dampak
permasalahan itu. Misalnya saja mengenai penanganan susu,
pihak KUD memberikan masukan bahwa faktor penanganan susu juga berdampak
terhadap kualitas dan produksi susu
Keesokan harinya pada tanggal 16 Desember 2012, dilaksanakan simulasi pemerahan dan penanganan susu yang dibantu oleh
pihak KUD dan penyuluh. Dimulai
dari pembersihan kandang
dan ternak , alat-alat pemerahan,
dan lain lain.
Manajemen
kesehatan pemerahan meliputi manajemen sebelum pemerahan, manajemen saat
pemerahan, dan manajemen setelah pemerahan. Manajemen sebelum pemerahan
meliputi menyediakan sarana pemerahan, membersihkan kandang, memandikan sapi,
persiapan pemerah, membersihkan ambing, dan pemerahan awal. Manajemen pada saat
pemerahan meliputi cara pemerahan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
serta jarak dan waktu pemerahan. Manajemen setelah pemerahan meliputi suci hama
puting, mencatat produksi susu, menyaring susu, dan mengumpulkan susu ke TPS.
Persiapan
untuk pemerahan yang cukup akan menghasilkan keluaran susu yang sempurna.
Kurangnya persiapan pemerahan akan menghambat keluarnya susu secara sempurna,
sehingga akan meningkatkan susu yang tersisa dan menurunkan jumlah susu yang
dikeluarkan, demikian berlanjut pada pemerahan berikutnya. Stimulasi sebelum
pemerahan menyebabkan pelepasan lebih awal yang menyebabkan semakin singkatnya
waktu yang diperlukan untuk pemerahan.
Persiapan
sebelum pemerahan, termasuk pemerahan awal, dan pembersihan puting, memiliki
efek langsung terhadap pengendalian mastitis. Pemeriksaan susu yang dilakukan
saat pemerahan awal dapat mengantisipasi tercampurnya susu yang normal dan susu
yang tidak wajar dengan menggunakan milk cup. Selanjutnya setelah
pemerahan harus dilakukan desinfeksi dengan desinfektan yang dicelup atau
disemprotkan, hal ini dapat membantu mencegah mastitis sub klinis. Monitoring
dalam peternakan sangat penting dilakukan. Pencatatan produksi harian per ekor
memudahkan peternak dalam melaksanakan tindakan yang diperlukan.
Peralatan
pemerahan terutama ember dan milk can yang akan digunakan untuk
pemerahan harus sudah dalam keadaan bersih dan kering. Kondisi peralatan juga
harus terawat baik. Peralatan yang digunakan untuk pemerahan harus memiliki
permukaan yang halus dan tidak mudah tergores dan terkelupas. Dianjurkan untuk
menggunakan ember dan milk can yang terbuat dari stainless steel agar
tidak berkarat dan mudah dibersihkan serta tahan lama. Ember plastik mudah
tergores dan terkelupas sehingga akan terbentuk tempat-tempat yang sulit
dibersihkan dan susu akan tersisa di sana dan menjadi tempat mikroba berkembang biak. Pencucian peralatan
pemerahan dan penanganan susu harus dengan menggunakan larutan pembersih.
Puting dan ambing perlu dibersihkan dengan air
hangat. Membersihkan ambing dan puting dengan air hangat bertujuan untuk
membersihkan ambing dan merangsang hormon pengeluaran susu, karena usapan yang
hangat pada ambing merangsang otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin, namun
selama pengamatan. Metode
pemerahan yang digunakan oleh peternak adalah metode yang bergantian antara
metode gengggam atau full hand dan metode dua jari atau stripping.
Waktu
pemerahan dalam sehari umumnya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore. Namun
pemerahan sebaiknya dilakukan 3 kali jika produksi lebih dari 25 liter per
hari. Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah susu yang dihasilkan. Jika
jaraknya adalah 12 jam, maka jumlah susu yang dihasilkan pada waktu pagi dan
sore akan sama. Jarak pemerahan yang tidak sama akan menyebabkan jumlah susu
yang dihasilkan pada sore hari akan lebih sedikit daripada susu yang dihasilkan
pada pagi hari.
Pemerahan
yang dilakukan pada interval atau jarak pemerahan 10-14 jam akan menghasilkan
susu yang lebih banyak setelah 14 jam. Volume susu yang dihasilkan setelah 14
jam akan mempunyai jumlah yang lebih banyak dibanding volume susu setelah 10
jam, namun bila dibagi dengan 14, maka produksi susu setiap jam akan lebih
sedikit bila dibandingkan dengan produksi susu tiap jam setelah 10 jam. Hal ini
menjelaskan bahwa pemerahan dalam jarak atau interval yang pendek akan
meningkatkan produksi susu hingga mencapai tingkat produksi tertingginya.
Peternak akan mendapatkan hasil harian yang tinggi dan tercapainya efisiensi kemampuan ambing dalam
memproduksi susu.
Sapi
perah yang sehat dengan ambing yang sehat akan memproduksi susu dengan
kandungan bakteri yang relatif sedikit. Pada waktu pemerahan susu, dua atau
tiga aliran susu susu pertama dari puting susu mengandung lebih banyak bakteri
daripada aliran susu yang belakangan, karena alasan ini ketiga aliran susu
pertama ini dibuang. Sapi perah atau ambingnya yang sakit mungkin mengakibatkan
susu mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang lebih besar. Mikroorganisme
tersebut bersifat patogen terhadap sapi perah dan manusia. Oleh karena itu
harus diambil tindakan-tindakan pencegahan yang menjamin susu aman sebagai
makanan manusia.
Pencelupan puting setelah
pemerahan penting untuk mencegah penyebaran organisme penyebab mastitis selama
pemerahan. Seluruh permukaan puting harus dilapisi oleh cairan desinfektan
sesuai dengan yang diijinkan pemerintah. Aplikasi yang ideal yaitu dengan
pencelupan dibandingkan dengan penyemprotan karena dengan pencelupan, maka
puting akan terlapisi dengan sempurna dan lebih menghemat cairan desinfektan
yang digunakan.
Evaluasi :
Prosedur pemerahan sapi yang
dilakukan oleh peternakan rakyat kurang higienis. Karena sebagian peternak
tidak mengikat ekor sapi dan kurang menjaga kebersihan lingkungan sekitar
lokasi pemerahan. Prosedur pemerahan yang benar adalah berikut mengenai SOP pada tata laksana pemerahan :
1.
Peralatan
pemerahan yang digunakan dalam kondisi bersih dan kering serta terawat baik
2.
Ambing
sapi dibersihkan dengan air hangat
3.
Dilakukan
pre-dipping
4.
Dilakukan
pemerahan awal
5.
Pemerahan
dilakukan dengan teknik atau cara pemerahan yang benar dan menghindarkan cedera
pada ambing
6.
Pemerahan
susu dilakukan dengan tuntas
7.
Dilakukan
post-dipping
8.
Susu
disaring sebelum dimasukkan ke dalam milk can
9.
Menutup
rapat milk can dengan tutupnya
10. Susu segera disetor pada koperasi
dan tidak terlalu lama berada di suhu ruang
11. Susu yang berasal dari ternak
yang sakit atau dalam masa perawatan harus dipisahkan dari susu lainnya dan
tidak boleh digunakan untuk konsumsi manusia dan ternak
Sebagian peternak tidak
memperhatikan interval pemerahan. Waktu pemerahan dalam
sehari umumnya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore. Namun pemerahan
sebaiknya dilakukan 3 kali jika produksi lebih dari 25 liter per hari. Jarak
pemerahan dapat menentukan jumlah susu yang dihasilkan. Jika jaraknya adalah 12
jam, maka jumlah susu yang dihasilkan pada waktu pagi dan sore akan sama. Jarak
pemerahan yang tidak sama akan menyebabkan jumlah susu yang dihasilkan pada
sore hari akan lebih sedikit daripada susu yang dihasilkan pada pagi hari.
Pemerahan
yang dilakukan pada interval atau jarak pemerahan 10-14 jam akan menghasilkan
susu yang lebih banyak setelah 14 jam. Volume susu yang dihasilkan setelah 14
jam akan mempunyai jumlah yang lebih banyak dibanding volume susu setelah 10
jam, namun bila dibagi dengan 14, maka produksi susu setiap jam akan lebih
sedikit bila dibandingkan dengan produksi susu tiap jam setelah 10 jam. Hal ini
menjelaskan bahwa pemerahan dalam jarak atau interval yang pendek akan meningkatkan
produksi susu hingga mencapai tingkat produksi tertingginya. Peternak akan
mendapatkan hasil harian yang tinggi dan tercapainya efisiensi kemampuan ambing dalam
memproduksi susu.
Umpan Balik :
1. Setelah dilakukan penyuluhan
diharapkan peternak mampu menjaga kualitas susu setelah pemerahan, sehingga
masih dalam kondisi baik saat dibawa ke KUD.
2. Pihak KUD diharapkan mendorong
anggotanya agar melaksanakan prosedur pemerahan yang benar agar susu yang dihasilkan baik.
3. Dinas peternakan terkait hendaknya melakukan
pengawasan serta penyuluhan kepada para peternak rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar