BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hijauan
memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, karena pakan yang
dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk
hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun
kontinyuitasnya masih sangat terbatas. Petani pada umumnya memberikan pakan
pada ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga masih kurang atau terlalu
banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk
mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak tersebut.
Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila diketahui besarnya
kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan tersebut.
Tipe
evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo.
Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan
menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan
ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis. Dengan metode Invivo
dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran
pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati
nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1%
sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In
vitro.
Domba
pada dasarnya adalah ternak pemakan rumput dan berbeda dengan kambing yang
cenderung sebagai pemakan semak atau legum. Domba memiliki cara makan yang
kurang memilih dibanding ternak kambing, sehingga memungkinkan dapat hidup
lebih baik pada daerah yang lebih kering dengan kondisi suplai pakan yang
fluktuatif dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hijauan yang segar atau
campuran hijauan dengan konsentrat, hendaknya diberikan pada domba dengan
sistem pemeliharaan dikandangkan. Jumlah pakan yang diberikan sekitar 3% dari
bobot badan berdasarkan bahan kering.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa
kebutuhan nutrien bahan kering dan bahan organik (PK, LK, SK) ternak yang
digunakan dalam praktikum?
2. Bandingkan
dengan keadaan saat di lapang
3. Apakah
pakan yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan nutrien ternak?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengukuran daya cerna secara in vivo dengan menggunakan hewan percobaan.
2. Mengetahui
selisih antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan jumlah feses dan persentase
pakan tercerna dengan pakan yang dikonsumsi.
3. Untuk
memenuhi kewajiban tugas laporan praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Ruminansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pakan ternak
merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha peternakan. Oleh
karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya perlu mendapat perhatian
yang serius. Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan dengan
baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus
mendukung produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat
menjadi lebih ekonomis.Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan
ternak adalah kebutuhan nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan
penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan
ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak (Subandriyo et
al. 2000).
Kecernaan In
vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient menggunakan hewan
percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman et al. 2001).
Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan
merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang
didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan
persentse nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan
diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrient yang dikonsumsi dengan
jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses.
Domba mampu
mengkonsumsi pakan berserat, biasanya jerami yang telah dipotong-potong (chop).
Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumputrumputan,namun pemberian pakan
yang hanya berupa rumput-rumputan belum dapat memenuhi kebutuhan zat-zat
makanan sebagai sumber energi dan protein. Rumput hanya merupakan bahan pakan
sumber energi. Penambahan bahan pakan sebagai sumber protein merupakan suatu
hal yang mutlak dilakukan jika usaha penggemukan domba berorientasi bisnis.
Penambahan sumber protein akan mempercepat pertumbuhan domba dan dalam skala
luas mempercepat waktu pemeliharaan sehingga domba bisa dijual lebih cepat
(Sodiq & Abidin 2002).
Pencernaan pada ternak
ruminansia merupakan proses yang kompleks, melibatkan interaksi yang dinamis
antara makanan, mikroba dan hewan. Pencernaan merupakan proses yang multi
tahap. Proses pencernaan pada ternak ruminansia terjadi secara mekanis di
mulut, fermentatif oleh mikroba di rumen, dan hidrolitis oleh enzim pencernaan
di abomasum dan duodenum hewan induk semang. Sistem fermentasi dalam perut
ruminansia terjadi pada sepertiga dari alat pencernaannya. Hal tersebut
memberikan keuntungan yaitu produk fermentasi dapat disajikan ke usus dalam
bentuk yang lebih mudah diserap. Namun ada pula kerugiannya, yakni banyak energi
yang terbuang sebagai CH4 (6-8%) dan sebagai panas fermentasi (4-6%), protein
bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3, dan mudah menderita
ketosis (Sutardi 2006).
Oleh karena
itu sangat penting apabila dapat mengetahui kualitas suatu bahan pakan dan daya
cerna bahan pakan tersebut dalam alat pencernaan ternak tersebut. Karena zat-
zat makanan yang terdapat dalam pakan akan dicerna menjadi zat makanan yang
lebih sederhana, karbohidrat menjadi monosakarida, protein menjadi asam
amino,lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Jadi daya cerna suatu bahan pakan
dapat didefinisikan sebagai bahan pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak dan
tidak dikeluarkan lagi dalam bentuk feses.
BAB III
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Percobaan
kecernaan dibedakan menjadi dua periode, yaitu periode pendahuluan dan periode
koleksi. Periode pendahuluan berlangsung selama 7 hari sampai 10 hari dan
periode koleksi selama 5 hari sampai 15 hari (Tillman et al. 2001). Menurut
Church dan Pond (2004) periode pendahuluan berlangsung 4 sampai 10 hari, dan
koleksi 4 sampai 10 hari. Bahwa tingkat konsumsi yang konsisten ditetapkan
selama periode pendahuluan untuk menghindari fluaktuasi ekskresi yang dramatis,
dan perbedaan jumlah feses dapat menyebabkan kesalahan dalam percobaan ini. Selama
percobaan tersebut feses dikumpulkan, di timbang, dan dianalisis untuk
mengetahui zat-zat makanannya.
Pelaksanaan
In vivo dibagi menjadi 3 periode yaitu periode adaptasi, pendahuluan, dan
koleksi. Periode adaptasi bertujuan untuk mengadaptasikan ternak dengan pakan
yang akan diuji kecernaan serta penggunaan metabolism kit. Periode ini
berlangsug kurang lebih 7 sampai 15 hari. Periode pendahuluan bertujuan untuk
menjajaki jumlah pakan yang dimakan serta feses dan urine yang dikeluarkan.
Pemberian obat cacing untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminasi pada proses
pencernaan. Periode berlangsung selama 7 hari. Dalam periode ini pengambilan
data sudah dimulai.
Periode
koleksi, pengumpulan data dimulai dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Sebelum
koleksi dimulai peralatan seperti kandang, tempat pakan, tempat feses dan urine
dibersihkan.
2. Ternak
sudah diketahui berat badannya untuk perkiraan pakan yang dibutuhkan. Disamping
itu untuk mengetahui kenaikan atau penurunan berat badan ternak yang diuji
(berkaitan dengan pengaruh pemberian pakan terhadap performa ternak).
3. Koleksi
feses dan urine dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan serta
ditimbang beratnya. Khususnya untuk penampung urine, diberikan pengawet Asam
Sulfat.
4. Koleksi
pakan dimulai dua hari sebelum koleksi feses dimulai dan diakhiri dua hari
sebelum koleksi feses berakhir.
5. Periode
koleksi biasanya berlangsung selama 7 hari, tergantung kebutuhan dan keadaan.
Pemberian pakan dan minum secara ad libitum.
Cara
sampling feses dan urine sebagai berikut. Feses yang tertampung ditimbang lalu
di mixer agar homogen dan
diambil sekitar 2 % – 5 % lalu dimasukan dalam freezer. Bila langsung dikeringkan perlu ditambah dua
tetes pormalin agar tidak berjamur. Sampel pakan dikaeringkan dalam oven 55˚C
selama 3 hari kemudian di Willey mill.
Setelah itu dianalisis proksimat. Urine tertampung diukur volumenya, aduk
sampai merata kemudian diambil sampel urine 2 – 5 %. Kemudian diberi label dan
disimpan dalam freezer.
Penghitungan metode In Vivo ini dengan cara mengurangi konsumsi dengan sisa
pakan, yaitu dengan mengukur banyaknya pakan yang dikeluarkan lewat feces.
Pakan yang dikonsumsi merupakan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan
jumlah pakan yang tersisa. Dalam praktikum Ruminansia ini, pakan diberikan 2x
sehari pagi dan sore. Pakan hijauan diberikan 10% dari BB ternak dan konsenrat
1,5% dari BB ternak., sedangkan sampel pemberian untuk hijauan dan konsentrat
berturut- turut 200 g dan 50g. Untuk sampel sisa hijauan yaitu sebesar 10% dan
untuk feces serta urine sebesar10%. Berikut adalah tabel kandungan BK, SK, PK,
dan BO dari pengamatan secara In- Vivo dengan menggunakan ternak domba yang
masing –masing bobot badannya berbeda-beda :
Sampel
|
No. domba
|
Kadar BK (matahari)
|
Kadar BK oven 60*C
|
Kadar BK oven 100*C
|
BO
|
PK
|
SK
|
Rumput
pemberian
|
1
|
23,60
|
88,21
|
94,94
|
81,22
|
10,78
|
28,82
|
Rumput pemberian
|
2
|
21,43
|
90,30
|
96,58
|
86,77
|
10,63
|
28,45
|
Rumput pemberian
|
3
|
22,30
|
89,52
|
95,67
|
85,88
|
11,22
|
28,10
|
Rumput pemberian
|
4
|
22,07
|
89,52
|
97,23
|
86,67
|
9,80
|
26,10
|
Rumput pemberian
|
5
|
23,88
|
88,32
|
96,25
|
85,63
|
10,90
|
28,72
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rumput sisa
|
1
|
27,21
|
87,20
|
94,94
|
80,16
|
7,68
|
27,82
|
Rumput sisa
|
2
|
25,13
|
83,75
|
93,50
|
79,14
|
7,56
|
26,45
|
Rumput sisa
|
3
|
25,68
|
89,68
|
94,33
|
80,57
|
7,65
|
25,10
|
Rumput sisa
|
4
|
24,68
|
83,38
|
95,84
|
79,89
|
8,79
|
25,11
|
Rumput sisa
|
5
|
26,58
|
84,75
|
90,39
|
76,70
|
9,86
|
24,72
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Konsentrat pemberian
|
1 sampai 5
|
-
|
91,41
|
96,81
|
87,98
|
16,67
|
23,95
|
Konsentrat sisa
|
1
|
-
|
88,37
|
95,81
|
85,80
|
16,05
|
-
|
Konsentrat sisa
|
2
|
-
|
89,34
|
94,94
|
88,70
|
15,90
|
-
|
Konsentrat sisa
|
3
|
-
|
89,02
|
93,50
|
87,35
|
15,45
|
-
|
Konsentrat sisa
|
4
|
-
|
89,04
|
94,33
|
87,19
|
16,12
|
-
|
Konsentrat sisa
|
5
|
-
|
90,21
|
95,84
|
85,58
|
15,62
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
|
feses
|
1
|
55,40
|
92,67
|
95,37
|
80,86
|
8,26
|
-
|
feses
|
2
|
58,20
|
92,07
|
95,34
|
78,62
|
7,53
|
-
|
feses
|
3
|
62,00
|
92,53
|
94,02
|
79,37
|
7,48
|
-
|
feses
|
4
|
57,87
|
99,00
|
96,04
|
79,27
|
7,67
|
-
|
feses
|
5
|
60,73
|
93,13
|
95,21
|
77,45
|
7,31
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
KandunganN
Urine(%)
|
|
|
|
|
urine
|
1
|
|
0,28
|
|
|
|
|
urine
|
2
|
|
0,28
|
|
|
|
|
urine
|
3
|
|
0,45
|
|
|
|
|
urine
|
4
|
|
0,37
|
|
|
|
|
urine
|
5
|
|
0,30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DATA HARGA BAHAN PAKAN
-
Rumput gajah RP. 200/kg segar
-
Konsentrat RP. 2000/kg
Hasil perhitungan
:
-
Sampel pakan hijauan diambil 10% sehari dari bobot
badan yaitu pada pagi hari 5% dan sore hari 5%
-
Hijauan dalam sehari :10/100 x 35 = 3,5 kg
-
Pemberian pada pagi dan sore hari masing-masing : 5/100 x 35 = 1,75 kg
-
Konsentrat diambil 3% dari bobot badan yaitu
masing-masing pada pagi hari 1,5% dan sore hari 1,5%
-
Konsentrat dalam sehari : 3/100 x 35 = 1,05 kg
-
Pemberian konsentrat pada pagi hari dan sore hari
masing-masing : 1,5/100 x 35 = 0,525 kg
-
Bobot total sampel feses : 1,5 kg = 1,5 x10/100 = 150 gram
-
Bobot total sisa pakan : 1,5 kg = 1,5 x 10/100 = 150 gram
-
Bobot total urine
: 350 gram = 350 x 10/100 = 35
gram
-
Konsumsi BK hijauan pada domba 5 : (%BK pemberian/100 x jumlah pemberian) –
(%BK sisa/100 x jumlah sisa) =
(88,32/100 x
3,5 kg) – (84,75/100 x 150 gram) = 3091,2 – 127,12 = 2964,08 gram/2,964 kg
-
Konsumsi BK Konsentrat pada domba 5 : (%BK pemberian/100 x jumlah pemberian) –
(%BK sisa/100 x jumlah sisa) =
(91,41/100 x
1,05 kg) – (90,21/100 x 150 gram) = 959,80 – 135,31 = 824,49 gram
-
Konsumsi BO hijauan : (%BO pemberian/100 x jumlah pemberian) – (%BO sisa/100 x jumlah sisa) =
(85,63/100 X
3,5 kg) – (76,70/100 x 150 gram) = 2997,05 – 115,05 = 2882 gram/ 2,88 kg
-
Konsumsi BO konsentrat : (%BO pemberian/100 x jumlah pemberian) – (%BO sisa/100 x jumlah sisa) =
(87,98/100 x
1,05 kg) – (85,58/100 x 150 gram) = 923,79 – 128,37 = 795,42 gram
-
Konsumsi PK hijauan : (%PK pemberian/100 x jumlah pemberian) – (%PK sisa/100 x jumlah sisa) =
(10,90/100 x
3,5 kg) – (9,86/100 x 150 gram) = 381,5 – 14,79 = 366,71 gram
-
Konsumsi PK konsentrat : (%PK pemberian/100 x jumlah pemberian) – (%PK sisa/100 x jumlah sisa) =
(16,67/100 x
1,05 kg) – (15,62/100 x 150 gram) = 175,03 – 23,43 = 151,60 gram
-
Konsumsi SK hijauan : (%SK pemberian/100 x jumlah pemberian) – (%SK sisa/100 x jumlah sisa) =
(26,72/100 x
3,5 kg) – (24,72/100 x 150 gram) = 935,2 – 37,08= 898,12 gram
-
Konsumsi SK konsentrat : (%SK pemberian/100 x jumlah pemberian) = 23,95/100 x 1,05 kg= 251, 47
gram
-
Perhitungan koefisien cerna menurut Tilman adalah :
-
Kecernaan = Zat makanan yang dikonsumsi – Zat makanan dalam
feses
--------------------------------------------------------------------------- x 100%
Zat makanan yang dikonsumsi
Atau daya
cerna (%) : Jumlah konsumsi pakan – Jumlah feses/ Jumlah konsumsi pakan x 100%
Dengan pemberian campuran
pakan yang konstan tiap hari, konsumsi pakan harian dan produksi feses yang keluar berubah-ubah. Perubahan tersebut
meningkat dengan makin rendahnya kualitas pakan yang diberikan dan
dengan pemberian pakan yang berlebihan. Dengan ransum seperti itu periode
koleksi disarankan lebih dari 10 hari. Percobaan tersebut sempurna bila pakan
yang diberikan, sisa pakan dan sampel feses
dikeringkan, kemudian digiling melalui saringan dengan diameter 1-2 mm,
serta dianalisis.
Pada contoh diatas yaitu dengan menggunakan pakan kasar,
dapat
diberikan sebagai pakan tunggal. Tetapi pakan konsentrat apabila diberikan
sebagai pakan tunggal pada ruminansia dapat
menyebabkan terganggunya pencernaan. Oleh karena itu kecernaan
konsentrat ditentukan dengan jalan diberikan
bersama-sama dengan pakan kasar yang telah diketahui kecernaannya, dengan asumsi tidak ada interaksi antara
unsur-unsur pokok kedua ransum tersebut. Oleh karena itu tingkat proporsi
konsentrat di dalam ransum harus tidak boleh
berlebihan (25-30% bahan kering), telah mulai laempunyai pengaruh yang
merugilcan terhadap kecernaan pakan kasar karena rendahnya
PH retikulo-rumen.
Kemudian
kecernaan konsentrat ditentukan dengan memberikan
bersama hay yang telah diketahui kecernaannya. Dalam beberapa keadaan tertentu mungkin sangat sulit untuk menghitung jumlah konsumsi pakan atau feses yang
keluar. Hal itu terjadi misalnya pads
ternak yang diberi makan secara kelompok. Kecernaannya masih dapat dihitung jika pakan mengandung komponen yang tidak dapat dicerna secara
sempurna. Untuk tujuan tersebut dapat digunakan
lignin atau IADF (Indigestible
Acid Detergent Fiber). Bahan
tersebut merupakan internal marker. Disamping
itu dapat pula digunakan external marker. Supaya ekskresi feses
tetap, dosis marker harus mulai diberikan setidaknya satu minggu sebelum
koleksi sampel dimulai. Substansi yang biasa
digunakan adalah CR203. Baru-baru ini dikembangkan Cr-mordanted neutral detergent fiber (Cr-NDF). Marker tersebut mempunyai
berat jenis yang lebih sebanding dengan digesta.
Daya cerna campuran bahan pakan tidak selalu sama dengan rata-rata daya
cerna komponen bahan-bahan yang menyusunnya. Hal ini desebabkan karena adanya
efek asosiasi pakan. Daya Cerna Semu Protein Kasar, hal ini tergantung persentase protein kasar dalam pakan, oleh karena itu N2 metabolik konstan tambah jumlahnya. Perlakuan Pakan, perlakuan pakan terhadapbahan pakan seperti pemotongan,
penggilingan, dan pemasakan mempengaruhi daya cernanya.
Pada percobaan ini,
satu hal yang perlu diketahui adalah seleksi
rerumput
terutama besarnya selektifitas,
yang dihubungkan dengan pemberian
pakan berlebihan dan pengaruh kecernaan
pakan. Karena
percobaan kecernaan adalah mahal serta memerlukan banyak tenaga, maka telah dikembangkan metode laboratorium yaitu estimasi kecernaan secara in-vitro. Kecernaan
in vivo dapat
diprediksi daya
cernanya secara lebih sempurna (mendekati
kenyataan) yang dikenal dengan metode Tilley dan Terry, dimana pakan
diinkubasikan di dalam buffer dan cairan rumen pada kondisi anaerob selama 48
jam. Tahap
yang kedua, mikroba rumen dimatikan dengan asam hidrokhlorida sampai pH sekitar 2, selanjutnya dicerna dengan pepsin
dan diinkubasikan selama 24 jam. Nilai kecernaan in-vitro umumnya lebih
rendah dari pada kecernaan in-vivo. Maka untuk sekelompok bahan pakan perlu memprediksi
persamaan untuk menghubungkan antara nilai in-vitro dan in-vivo.
Jadi dalam
evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan kita juga harus
mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh suatu
ternak. Secara umum pengukuran daya cerna suatu bahan pakan terdiri dari dua
cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran daya cerna secara
langsung ini menggunakan ternak sebagai hewan percobaan. Pengukuran ini
meliputi pengukuran daya cerna secara ini vivo, teknik indikator, dan teknik
kantong nylon.
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Penghitungan metode In Vivo ini dengan cara mengurangi
konsumsi dengan sisa pakan, yaitu dengan mengukur banyaknya pakan yang
dikeluarkan lewat feces. Pakan yang dikonsumsi merupakan selisih antara jumlah
pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tersisa.
2.
Pelaksanaan In vivo dibagi menjadi 3 periode yaitu
periode adaptasi, pendahuluan, dan koleksi. Periode adaptasi bertujuan untuk
mengadaptasikan ternak dengan pakan yang akan diuji kecernaan.
3.
Dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan
suatu pakan juga harus mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya
cernanya oleh suatu ternak.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggorodi. 2004. Pencernaan Mikrobia Pada Ruminansia (terjemahan). Cetakan pertama. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. http:// www.fapet- ugm.ac.id/files/pdf
Diakses 2 Januari 2012
Subandriyo
et al. 2000. Pendugaan kualitas bahan pakan untuk
teroak ruminansia. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. http :// www.fapet-ipb.ac.id/files/edu
Diakses 2 januari 2012
Sodiq
& Abidin. 2002. Pengaruh Umur Pemotongan Spesies Rumput terhadap
Produksi Komposisi Kimia Kecernaan In Vitro dan In Sacco. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf
Diakses 2 Januari 2012
Tillman,A.D,.H.Hartadi,S.
Reksohadiprodjo. 2001.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University press.
Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf
Diakses 2 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar