Pages

Ads 468x60px

Labels

Minggu, 02 Agustus 2015

Manajemen Pakan dan Sanitasi sebagai Faktor Optimalisasi Produksi Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang

Kebutuhan susu yang meningkat merupakan salah satu faktor perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas produksi susu diantaranya adalah : jumlah dan kualitas pakan, bulan laktasi, fase laktasi, dan bangsa sapi perah. Dalam penelitian ini bulan laktasi, fase laktasi, dan bangsa sapi perah pada kondisi yang sama.

Download Fulltext

Manajemen pakan merupakan hal yang paling penting di dalam usaha peternakan sapi perah. Sebuah usaha peternakan sapi perah memerlukan anggaran kebutuhan pakan mencapai 70% dari seluruh biaya produksi. Kekurangan pakan akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi, derajat kesehatan dan juga berpengaruh buruk terhadap reproduksi. Permasalahan yang sering terjadi adalah produktivitas sapi perah yang rendah, bahkan kualitas susu yang tidak memenuhi standar industri pengolahan susu. Produktivitas yang rendah bisa disebabkan oleh pemberian pakan yang kurang baik
Tindakan sanitasi merupakan suatu usaha untuk menjaga kebersihan kandang yang akan memberikan dampak yang positif yaitu ternak dapat terbebas dari penyakit baik melalui bakteri, virus maupun parasit. Dengan penerapan proses sanitasi yang baik, secara langsung dapat mengurangi jumlah knkontaminan (sumber penyakit) sehingga hasil produksi bisa maksimal secara kualitas & kuantitas.
1.2.Tujuan
·         Untuk mempelajari manajemen pakan ternak perah (pedet & sapi induk laktasi) yang baik
·         Untuk mengetahui sistem sanitasi di peternakan sapi perah
1.3. Rumusan Masalah
1.      Manajemen pakan sebagai faktor optimalisasi produksi
2.      Sanitasi peternakan memaksimalkan produksi.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sapi perah termasuk hewan ruminansia, sehingga ransum sapi perah sebaiknya terdiri dari hijauan leguminosa dan rumput yang berkualitas baik serta dengan konsentrat tinggi kualitas serta palatable . Pemberian pakan hendaknya mencukupi bagi sapi dan harus efisien, sehingga tidak menimbulkan kerugian ekonomi. Umumnya ransum ternak besar (sapi) terdiri dari 60% hijauan dan 40% limbah pengolahan pangan (bekatul dan bungkil), dan pemberian pakan konsentrat hendaknya sebelum hijauan yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen. Pemberian pakan hijauan diberikan setelah pemerahan agar mikroba dalam rumen dapat dimanfaatkan dan karbohidrat dapat dicerna. Kebutuhan bahan kering (BK) untuk sapi laktasi adalah 2 – 4 % dari bobot badan. Selanjutnya dijelaskan bahwa BK pakan berfungsi sebagai pengisi lambung dan merangsang dinding saluran pencernakan untuk menggiatkan pembentukan enzim..(Putra Adika, 2009)

Jenis pakan yang biasa diberikan ke ternak sapi perah terbagi 3 jenis menurut Ediyati Wiwiek dkk, (2009)   antara lain :
a.       pakan hijauan harus berkualitas dan tidak ada zat toksik, dapat berasal dari rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian dan dedaunan yang mempunyai serat kasar yang relatif tinggi dan kadar energi rendah;
b.      pakan konsentrat merupakan pakan dengan kadar serat rendah dan kadar energi tinggi, tidak terkontaminasi dengan mikroba, penyakit stimulan pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin sesuai standar yang telah ditetapkan;
c.       pakan tambahan (feed additive) dan pakan pelengkap (feed supplement) harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Sapi perah membutuhkan sejumlah zat makanan untuk memenuhi kebutuhan berbagai fungsi tubuhnya. Pada dasarnya kebutuhan sapi perah terdiri dari kebutuhan pokok hidup dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan pokok hidup adalah kebutuhan untuk memenuhi proses-proses hudup saja tanpa proses pertumbuhan dan produksi susu. Kebutuhan pokok hidup tergantung pada bobot badan, sedang kebutuhan untuk pertumbuhan tergantung pada kecepatan pertumbuhan rata-rata perhari. (Nababan R.L , 2008)

Menurut Putra Adika(2009)  Sanitasi merupakan usaha menjaga kesehatan melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit baik bakteri, virus dan parasit antara lain :
·         Menjaga kebersihan dengan mensuci hamakan peralatan kandang,
·         Kebersihan kulit ternak yang dipelihara,
·         Menjaga kebersihan didalam dan diluar kandang,
·         Mengubur dan menbakar bangkai,
·         Kebersihan petugas,
·         Kebersihan pakan dari kandungan racun

Beberapa prosedur sanitasi sebelum pemerahan antara lain, Membersihkan kandang dan peralatan pemerahan. Memandikan sapi, terutama pada bangian ambing, bagian belakang disekitar lipatan paha bagian dalam dengan menggunakan kain lap basah. Kemudian ambing di lap lagi dengan air hangat (37°C) untuk menghindari pencemaran bakteri dan juga untuk merangsang agar air susu dapat keluar dari kelenjar-kelenjar susu . Olesi puting susu dengan vasline agar puting susu tidak luka atau lecet. Bagi petugas pemerah diusahakan memakai pakaian khusus yang bersih. Setelah pemerahan selesai, ambing puting dibilas dengan air bersih danhangat kemudian puting susu dicelup dengan larutan biocid. (Suheri G, 2000)







BAB III
PEMBAHASAN
3.1. MANAJEMEN PAKAN

3.1.1. Manajemen pakan pedet

            Menurut (Nababan R.L , 2008) Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan serta umur ternaknya. Pemberian pakan pada pedet dibedakan menjadi 4 kelas.
·         Pertama, pedet umur 1-7 hari. Pedet ini hanya diberi susu kolostrum saja sebagai makanan. Sistem pencernaan pedet ini belum bisa berfungsi secara normal untuk mencerna bahan pakan (konsentrat dan hijauan khususnya).
·         Kedua, pedet umur 7-30 hari diberi susu skim dan diberi pula konsentrat 0,4 gram per ekor per hari. Konsentrat merupakan pakan untuk merangsang pertumbuhan fili-fili rumen (Gillespie, 1998).
·         Ketiga, pedet umur 1-3 bulan diberi susu skim yang dicampur dengan susu dari sapi yang sehat dan diberi konsentrat 2 kg per ekor per hari serta hijauan 2 kg per ekor per hari.
·         Keempat, pedet lepas susu diberi konsentrat dan hijauan yang lebih banyak dari pedet yang masih minum susu. Konsentrat diberikan sebanyak 3,5 kg per ekor perhari, sedangkan hijauan diberikan sebanyak 4 kg per ekor per hari
            Pedet yang baru lahir langsung diberi kolostrum baik dari induk sendiri maupun dari induk yang lain. Pemberian kolostrum dilakukan sampai pedet berumur 7 hari, setelah itu sampai umur kurang lebih tiga bulan pedet diberi susu pengganti. Susu buatan dibuat dari skim milk dicampur air hangat dengan komposisi 1 kg skim milk ditambah 9 liter air hangat. Pemberian kolostrum dan susu dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 03.00 WIB dan 14.00. Hijauan mulai diberikan setelah pedet berumur 2 bulan, sedangkan konsentrat diberikan setelah pedet berumur 7 hari.

Colostrum diberikan biasanya berlangsung selama 5-7 hari. Pemberian kolostrum diteruskan sampai 2 atau 3 hari lagi, biasanya juga menggunakan ember atau nipel (Putra Adika, 2009) Sedangkan Menurut Ediyati Wiwiek dkk, (2009) menajemen pakan untuk pdet terbagi 3 fase utama yaitu :
1.      Pemberian kolostrum
·         kolostrum diberikan setelah dilahirkan (jangan lebih dari satu jam) sebanyak 2 liter sekali pemberian atau maksimal 10% dari berat lahir;
·         pedet dilatih minum kolostrum dengan menggunakan jari tangan sampai pedet dapat mengkonsumsi dengan baik;
·         kolostrum diberikan 2 sampai 4 kali sebanyak 3-4 liter per hari sampai umur 7 hari dengan menggunakan tempat minum yang bersih.
2.      Pemberian susu
·         susu diberikan mulai hari ke delapan sampai umur tiga bulan dan diberikan dua kali dalam sehari;
·         jumlah susu yang diberikan sesuai dengan umur pedet dengan menggunakan tempat yang bersih;

3.      Pemberian pakan padat (calf starter dan rumput) dan air minum
·         pakan padat (calf starter dan rumput kering/hay) diberikan mulai hari kedelapan, yang jumlahnya disesuaikan dengan umur dan berat badan pedet;
·         calf starter dan rumput kering/hay ditempatkan pada tempat yang bersih;
·         air bersih diberikan secara ad libitum dengan menggunakan tempat yang bersih.

3.1.2.      Manajemen pakan sapi laktasi

Pemberian pakan yang mencukupi pada sapi laktasi menghasilkan produksi susu sebanyak 10,1 liter per ekor per hari. Jika dihubungkan evaluasi kecukupan pakan dengan produksi susu yaitu, evaluasi pakan yang mencukupi seharusnya produksi susu tinggi. Bagi sapi laktasi pakan yang diberikan berupa konsentrat dan hijauan. Konsentrat diberikan 2 kali sehari pada pagi hari pukul 07.00 WIB sebelum pemberian hijauan, dan siang hari sebelum pemerahan pada pukul 13.30 WIB  (Nababan R.L , 2008)

Pada permulaan laktasi, bobot badan akan mengalami penurunan, karena sebagian dari zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pembentukan susu diambil dari tubuh sapi. Pada saat itu juga sapi laktasi mengalami kesulitan untuk memenuhi zat-zat makanan yang dibutuhkan sebab nafsu makannya rendah, oleh karena itu pemberian ransum terutama konsentrat harus segera ditingkatkan begitu nafsu makannya membaik kembali. Kebutuhan bahan kering (BK) untuk sapi laktasi adalah 2 – 4 % dari bobot badan. Selanjutnya dijelaskan bahwa BK pakan berfungsi sebagai pengisi lambung dan merangsang dinding saluran pencernakan untuk menggiatkan pembentukan enzim. Kebutuhan ternak akan bahan kering meningkat sesuai dengan bertambahnya produksi susu. jumlah air minum yang dibutuhkan sapi perah tergantung dari ukuran tubuh, suhu lingkungan, produksi susu dan kadar air pakan yang dikonsumsi sapi perah laktasi membutuhkan 4 - 6 liter air untuk setiap kilogram Berat Kering yang dikonsumsi.(Putra Adika, 2009)

            Sapi induk laktasi (Lactation Cow) adalah sapi yang telah beranak dan menghasilkan susu manajemen pemberian pakannya menurut Ediyati Wiwiek dkk, (2009) :
·         konsentrat diberikan sebanyak 1,5-3% dari berat badan, disesuaikan dengan produksimsusu, diberikan 2-3 kali dalam sehari sesudah pemerahan;
·         pakan hijauan diberikan sebanyak 10% dari berat badan dalam bentuk sudah dicacah dengan ukuran 3-5 cm;
·         pakan hijauan diberikan sebelum sapi diberi konsentrat untuk menghindari asidosis;
·         air minum diberikan secara ad libitum.

3.2.      SANITASI
Sanitasi merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan ternak dengan menggunakan tindakan preventif untuk mencegah terjangkitnya penyakit. Sanitasi dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, kebersihan ternak, kebersihan lingkungan serta kebersihan peternak itu sendiri. Menurut Putra Adika (2009), sanitasi dalam petrnakan sapi perah terbagi 3 yaitu
1.      Sanitasi Kandang
Kebersihan harus selalu dijaga kotoran sapi harus selalu dibuang pada tempat yang telah disediakan, genangan air dalam kandang harus dikeringkan untuk menghindari berkembang biaknya kuman, bakteri maupun jamur dan diupayakan tidak ada lalat atau serangga lain yang dapat menggangu ternak dikandang. menjaga kebersihan kandang dilakukan dengan cara membersihkan kandang dan memandikan sapi perah dengan menggunakan Air dengan tujuan untuk mengurangi datangnya bakteri yang menyebabkan parasit serta mengurangi amoniak, lantai kandang juga dibersihkan agar ketika memerah susu berada dalam keadaan steril.

2.      Sanitasi Ternak
Sedapat mungkin diupayakan ternak dimandikan minimal satu kali sehari atau dua kali sehari apabila tersedia air, sapi sangat perlu dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari telah penuh dengan kotoran yang menempel pada tubuhnya.
Kebersihan terhadap sapi perah sangat perlu diperhatikan. Sapi perah adalah ternak yang sangat sensitive terhadap penyakit, terutama penyakit masitits. Sehingga kesehatan dan kebersihan sapi perah perlu diperhatikan. Untuk mengurangi resiko penyakit sapi perah tersebut, salah satu caranya adalah dengan memandikannya. Selain mengurangi resiko penyakit memandikan sapi perah juga bertujuan untuk menjaga kebersihan air susu sapi perah pada saat diperah. Dengan cara dimandikan, kebrsihan air susu sapi perah akan tetap terjaga. Pemandiaan sapi perah sangat perlu dilakukan agar susu yang dihasilkan bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok dan agar sapi tetap sehat karena respirasi kulitbaik sehingga metabolisme akan baik juga. Betina yg diperah sebaiknya disikat setiap hari untuk menghilangkan rambut-rambut yang rontok, rambut panjang di sekitar ambing kaki belakang serta bagian belakang dari daerah lipat paha dicukur agar mudah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel sehingga takmengotori susu dan air cukup  dimandikan agar lebih bersih dan segar.

3.      Sanitasi Lingkungan
            Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan mengolah kembali sisa – sisa pakan hijauan yang menjadi salah satu limbah di lingkungan peternakan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha beternak Sapi perah  yaitu faktor kebersihan, terutama kebersihan lingkungan baik itu kebersihan kandang maupun kebersihan ternak itu sendiri. Lingkungan yang tidak bersih dan kotor dapat mengganggu aktivitas ternak dan juga dapat menimbulkan bibit penyakit  terutama pada saat pemerahan susu pada Sapi perah. Memandikan ataupun membersihkan sapi perah secara rutin sebelum melakukan pemerahan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan dalam pemeliharaan sapi perah selain  sapi perah kelihatan bersih dan  merasa nyaman juga dapat mencegah terjadinya kontaminasi terhadap air susu pada saat melakukan pemerahan akibat kotoran yang melekat pada tubuh ternak tidak dibersihkan. Selain itu kondisi tubuh yang tidak bersih dapat menimbulkan penyakit pada ternak itu sendiri karena kuman maupun bakteri dapat berkembang pada kondisi lingkungan yang kurang baik.

Sedangkan menurut Suheri G, (2000) Sebelum melakukan pemerahan pada sapi, maka yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan adalah kebersihan kandang seperti kotoran sapi, air kencing, sisa-sisa rumput baik di dalam kandang maupun disekitar lokasi kandang. Kotoran-kotoran di atas lantai harus bersih yaitu dengan menyemprotkan air di permukaan lantai kandang sapi. Kemudian mandikan sapi-sapi tersebut dan disikat agar kotoran yang menempel pada badan sapi bersih . Tujuan membersihkan lantai dan memandikan sapi adalah untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap susu, disamping kualitas dan kesehatan susu akan terjamin.



KESIMPULAN
1.      jumlah air minum yang diberikan pada sapi perah laktasi sebaiknya adalah ad libitum karena tidak akan menimbulkan efek negatif bahkan dapat meningkatkan produksi air susu.

2.      Fungsi pakan bagi ternak utamanya adalah sebagai pemenuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi dan produksi susu. Produksi susu yang berkualitas tinggi di hasilkan oleh peternakan yang mempunyai pengelolaan dan manajemen pakan yang baik, disamping itu juga tergantung dari genetik dan stadium laktasi sapi perah

3.      sanitasi kandang, sanitasi ternak dan sanitasi lingkungan. Ketiga sanitasi dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang dan memberi rasa nyaman pada ternak sehingga meminimalkan,terjadinya penyakit baik berasal dari bakteri, virus dan parasit. Sanitasi merupakan suatu usaha pembersihan baik pada ternak, kandang serta lingkungan sekitar supaya keadaan sekitar menjadi nyaman untuk hidup





Daftar Pustaka
Ediyati, Wiwik, Jodi HS dan Widodo Rohadi. 2009. Prosedur Baku Pelaksanaan Produksi Bibit pada Usaha Pembibitan Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan
Nababan, Rendy Leonardus. 2008. Kegiatan Usaha Pemeliharaan Sapi Perah di P.T Dairy Taurus Farm Kec. Cicurug Kab. Sukabumi. Universitas Jenderal Soedirman
Putra, Adika. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Peternakan Sapi Perah. Universitas Diponegoro

Suheri, G. 2000. Teknik Pemerahan dan Penangan Susu Sapi Perah. Balai Penelitian Ternak, Ciawi - Bogor

Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates