Pages

Ads 468x60px

Labels

Jumat, 08 Maret 2019

Pengertian dan Ciri-ciri Ayam Tiren


Ayam tiren adalah daging ayam yang kadaluarsa atau ayam mati yang sudah menjadi bangkai. “Tiren” adalah singkatan dari Mati Kemaren. Daging ayam yang jika tidak dibekukan dengan segera setelah dipotong, akan menurun kualitasnya. Ditandai dengan warna kulit ayam yang memucat serta berbau tidak segar/ anyir. Pedagang mengelabuhi hal tersebut dengan memberikan pewarna kuning pada daging ayam tiren yang akan dijual. Proses degradasi fisik ayam sering diakali dengan memberikan formalin untuk mengawetkan daging. Agar kita tidak tertipu saat membeli daging ayam maka kita perlu mengetahui serta membedakan daging ayam tiren dengan daging ayam yang sehat.

Ayam tiren biasanya dijual di pasaran dengan harga yang relatif lebih murah dari harga daging ayam segar, sehingga terkadang masyarakat tertarik memilih daging yang lebih murah. Namun, konsumen tidak menyadari bahwa daging ayam tiren  memiliki bahaya yang dapat mengancam kesehatan konsumen. Metode  untuk  membedakan daging ayam  tiren dan daging ayam normal  dapat  dilakukan  dari parameter kimiawi, biologi, maupun secara fisik. Pengamatan bentuk fisik daging yaitu dengan mengamati warna daging dan mengamati keempukan daging.
Beberapa ciri ayam tiren yang disampaikan oleh Distanikhut Palembang (2010) antara lain:
1.         Warna kulit pucat dan terdapat bercak – bercak darah pada bagian kepala, ekor, punggung, sayap, dan dada.
2.         Bau anyir
3.          Konsistensi otot dada dan paha lembek.
4.         Serabut otot berwarna kemerahan.
5.         Pembuluh darah di daerah leher dan sayap penuh darah.
6.         Warna hati merah kehitaman.
7.         Bagian dalam karkas berwarna kemerahan.
8.         Ayam  setelah  dicabuti  bulunya  jika  dimasukkan  plastik  akan  keluar  cairan memerah  dalam plastik.
9.          Warna daging kebiruan dalam proses pembusukan.
10.     Daging ayam setelah digoreng bila diumpankan pada kucing tidak  mau dimakan.
Daging ayam mati kemarin, kerap dikaitkan dengan daging berformalin, karena kebutuhannya untuk diawetkan. Beberapa ciri ayam berformalin antara lain :
1.    Berwarna putih mengkilat
2.    Konsistensi sangat kenyal
3.    Permukaan kulit tegang
4.    Bau khas formalin
5.    Biasanya tidak dihinggapi lalat.
Nareswari (2006) melaporkan bahwa daging ayam tiren memiliki pH yang lebih tinggi dibandingkan pH daging ayam segar. Nilai pH ayam tiren 6.16 (mentah), sedangkan daging ayam  segar yaitu 5.36. Nilai pH mempengaruhi warna dan kecerahan pada daging. Nilai pH yang tinggi menyebabkan warna daging menjadi gelap. Daging ayam  segar memiliki tingkat kecerahan lebih tinggi dibandingkan daging ayam tiren.  Nilai pH juga mempengaruhi kekenyalan daging. Semakin rendah nilai pH maka semakin tinggi tingkat kekenyalan daging ayam. Daging ayam normal menghasilkan tingkat kekenyalan lebih tinggi dibandingkan daging ayam  tiren. Ayam tiren termasuk bangkai yang sangat jelas haram hukumnya untuk dikonsumsi. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 501 ayat 1 pihak yang berwajib dapat menjerat pelaku yang menjual barang rusak atau bangkai.
Kualitas daging dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor, baik pada waktu hewan  masih  hidup  maupun setelah dipotong. Faktor penentu kualitas daging pada waktu hewan hidup adalah cara pemeliharaan, yang  meliputi: pemberian  pakan,  tata  laksana  pemeliharaan,  dan  perawatan  kesehatan. Kualitas daging  juga  dipengaruhi  oleh  pengeluaran  darah  pada  waktu  hewan  dipotong dan  kontaminasi sesudah hewan dipotong.
Kriteria  yang  dipakai  sebagai  pedoman  untuk  menentukan  kualitas  daging  yang  layak  konsumsi  adalah :
1.   Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia hewan susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan semakin liat. Jika ditekan dengan jari daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal.
2.   Kandungan lemak (marbling) adalah lemak yang  terdapat  diantara  serabut otot (intramuscular). Lemak  berfungsi sebagai pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan daging pada wkatu dipanaskan. Marbling berpengaruh terhadap cita rasa.
3.  Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan usia, misalkan daging sapi  potong  lebih  gelap  daripada  daging  sapi  perah,  daging  sapi muda  lebih  pucat  daripada daging  sapi  dewasa. Rasa dan Aroma dipengaruhi oleh  jenis pakan. Daging berkualitas baik mempunyai rasa gurih dan aroma yang sedap.
4.  Kelembaban:  Secara  normal  daging  mempunyai  permukaan  yang  relatif kering sehingga dapat  menahan  pertumbuhan  mikroorganisme  dari  luar, sehingga memengaruhi daya simpan daging tersebut.
Bau  dan  rasa  tidak  normal  akan  segera  tercium  sesudah  hewan  dipotong. Hal  tersebut  dapat disebabkan oleh adanya kelainan sebagai berikut :
1.   Hewan sakit terutama yang menderita  radang bersifat akut  pada organ dalam yang akan menghasilkan daging berbau seperti mentega tengik.
2.   Hewan dalam pengobatan terutama dengan pengobatan antibiotik akan menghasilkan daging yang berbau obat-obatan.
3.  Warna daging tidak normal  tidak selalu membahayakan kesehatan, namun akan mengurangi selera konsumen.
4.  Konsistensi daging tidak normal yang ditandai kekenyalan daging rendah (jika ditekan dengan jari akan terasa lunak) dapat  mengindikasikan  daging  tidak  sehat,  apaila  disertai  dengan perubahan warna yang tidak normal maka daging tersebut tidak layak dikonsumsi.
5. Daging busuk dapat mengganggu kesehatan konsumen karena  menyebabkan gangguan saluran pencernaan. Pembusukan dapat terjadi  karena penanganan  yang kurang baik  pada waktu pendinginan, sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat, atau karena terlalu lama dibiarkan  ditempat terbuka dalam waktu relatif lama pada suhu kamar, sehingga  terjadi proses pemecahan protein oleh enzim-enzim dalam daging yang menghasilkan amoniak dan asam sulfide.
Daging ayam tiren umumnya mengandung Bakteri Salmonella yang bisa mengakibatkan Penyakit Tipus. Kadar bahaya yang terkandung dalam ayam tiren tergantung pada lama jarak kematian ayam dengan masa konsumsi. Semakin lama ayam tiren dibiarkan sebelum dikonsumsi, maka tingkat daging ayam tiren biasanya bahayanya semakin tinggi.



Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates