Ternak
kambing merupakan ruminansia kecil yang dalam kehidupannya sehari-hari dekat
hubungannya dengan peternak kecil di pedesaan, keberadaan ternak kambing
ditengah-tengah masyarakat kecil sangat membantu perekonomian mereka. Bagi
peternak kambing, kambing dapat berfungsi sebagai tabungan yang sewaktu-waktu
diperlukan dapat digunakan untuk mengatasi keperluan yang mendesak tersebut.
Selain itu, secara biologis ternak kambing cukup produktif dan mudah
beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan di Indonesia, mudah
pemeliharaannya, sehingga mudah dalam pengembangannya (Sutama, 2007).
Kambing
PE merupakan ternak yang memiliki fungsi dwiguna yakni tenak yang dipelihara
untuk dimanfaatkan produksi daging dan susunya. Kambing PE memiliki karakteristik
muka cembung dan dagu berjanggut, dibawah leher terdapat gelambir yang tumbuh
dari bawah janggut, telinganya panjang sekitar 30 cm, menggantung dan pada ujungnya
telinganya melipat, tanduknya berdiri tegak mengarah ke belakang. Panjang tubuh
kambing PE dewasa antara 100-130 cm, tinggi tubuh (tinggi gumba) 70-90 cm,
tubuhnya tegak dan besar, bentuk garis tubuh seolah-olah mengombak ke belakang,
bulu nampak panjang tumbuh panjang pada bagian leher, pundak dan paha (Mulyono dan
Saryono, 2008).
Kambing
PE merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dan kambing Kacang, serta
merupakan kambing tipe dwiguna yakni penghasil susu dan daging. Kambing PE
mempunyai sifat yang dimiliki diantara kedua sifat tetuanya. Warna tubuh
kambing PE bervariasi, mulai yang berwarna putih, cokelat muda, hitam atau
campuran antara warna-warna tersebut. Kambing PE mempunyai kemampuan adaptasi
dengan berbagai macam lingkungan, dari wilayah tropis hingga subtropis,
sehingga kambing PE sesuai jika dipelihara di indonesia (Haryadi, 2004).
Kambing
Ettawa berasal dari wilayah Jamnapari, India. Kambing ini paling populer di
wilayah Asia Tenggara, termasuk kambing tipe dwiguna yakni penghasil susu dan
daging. Ciri-ciri atau karakateristik kambing PE yaitu postur tubuhnya besar,
telinganya panjang menggantung, bentuk muka cembung, bulu bagian paha sangat
lebat, bobot badan jantan mencapai 90 kg, bobot badan betina mencapai 60 kg.
Produksi susunya mencapai 235 kg/ masa laktasi. Di Indonesia, sentra peternakan
kambing PE berada diwilayah Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah (Setiawan dan
Tainus, 2003).
Ciri-ciri
kambing PE adalah warna tubuh belang hitam putih atau merah, coklat dan putih,
hidung cembung, rahang bawah menonjol, baik jantan dan betina memiliki tanduk,
telinganya panjang terkulai, memiliki rambut yang pada bagian paha dan leher.
Kambing PE telah beradapatasi dengan baik dengan kondisi dan habitat di
Indonesia. Rata-rata pertambahan bobot badan kambing PE yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai
20-30 gr/ hari (Mulyono, 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar