BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kelinci adalah hewan yang biasanya hidup di
daerah rimba raya atau
semak-semak lebat dekat tanah pertanian. Mereka juga di temukan pada area
perbukitan, terutama di atas bukit. Sekarang ini kelinci merupakan binatang
mamalia populer sebagai hewan peliharaan dan angka-angka yang memelihara terus
meningkat.
Kelinci (Lepus nigricollis) termasuk ke
dalam kingdom kelas animalia dan kelas mamalia yang mempunyai berat tubuh kurang
lebih 1,35 kg dengan panjang 40-70 cm. Kelinci merupakan kelompok hewan yang
paling sempurna baik morfologi ataupun anatominya karena mempunyai susunan orga
yang kompleks dan susunan metabolisme di dalam tubuhnya yang juga kompleks.
Kelinci
juga termasuk makhluk hidup maka dari itu tidak terlepas dengan yang namanya
respirasi atau bernapas. Respirasi adalah proses pertukaran zat, metabolisme
dan gas asam atau oksigen yang diambil dari udara oleh paru – paru dan setelah
mengalami proses biokimiawi di dalam jaringan tubuh dibebaskan kembali ke alam
bebas dalam bentuk gas kabon dioksida.
Bernapas
B. TUJUAN
1. Tujuan dari tugas Dasar Fisiologi
Ternak tentang respirasi pada kelinci adalah untuk mengetahui dan membandingkan
frekuensi respirasi pada beberapa kelinci dengan berbagai jenis yang berbeda.
2. Tujuan dari tugas Dasar Fisiologi
Ternak pada acara thermoregulasi adalah mengetahui suhu tubuh dan membandingkan
suhu tubuh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. SISTEM RESPIRASI
Pada pengamatan sistem pernafasan
(respirasi) pada kelinci terdapat satu pasang hidung, lubang hidung, parink,
larink, kemudian paru-paru yang berwarna merah kekuning-kuningan yang terletak
dekat dengan tulang rangka (Kastawi, 1992).
Udara
masuk melalui cavum oris (lubang hidung) kemudian masuk ke pharink melalui rima
glottides masuk ke larynk, kemudian masuk menuju epiglottis dan aparatus
vokalis yang terdiri dari ligamentum vocale yang berada di larink dan menuju k
trakea yang bercabang dua menjadi bronkhi dan bercabang lagi di dalam pulmonum
yang di dalamnya terdapat gelembung-gelembung alveoli yang berhubungan dengan
bronchioli. Gelembung alveoli ini diliputi oleh kapiler darah dan dari sinilah
terjadi pertukaran O2 dan CO2 (kastawi, 1992).
B. SUHU TUBUH
Kelinci
sangat rentan terhadap perubahan temperature. Temperature atau suhu udara
sangat mempengaruhi proses metabolisme tubuh kelinci. Konsumsi kelinci sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Ketika suhu lingkungan melebihi zona tubuh
comfort (zona nyaman), maka kelinci cenderung akan mengurangi konsumsi dan
memperbanyak minum.
Ketika suhu
lingkungan berada di bawah zona nyaman bagi kelinci, maka kelinci cenderung
memperbanyak konsumsi pakan untuk dapat mempertahankan suhu tubuhnya (Brotowidjoyo 1989).
BAB III
PEMBAHASAN
Klasifikasi dari kelinci adalah:
Kingdom :
Animalia
Phiylum :
Chordata
Subphylum :
Vertebrata
Class :
Mammalia
Ordo : Lago morpha
Familia : Leporidae
Genus : Lepus
Spesies :
Lepus nigricollis
Tubuh
kelinci (Lepus nigricollis) dibagi menjadi empat bagian yaitu : caput, cervix,
truncus dan cauda. Pada caput terdapat rima oris, vibrisae, nares, organon
visus. Kelinci juga memiliki
kelenjar mammae (merupakan modifikasi kelenjar peluh) untuk menyusui anaknya.
Mempunyai telinga yang panjang dan kaki belakang yang lebih panjang dari pada
kaki depan. kelinci termasuk hewan tetrapoda yang memiliki 4 anggota gerak
berupa kaki Telinga luar (pinnae) lebar. Mata besar, dengan membran niktitans.
Bibir lembek dan fleksibel. Disekitar moncong ada rambut-rambut panjang
(vibrisae). Kaki depan lebih kecil dari kaki belakang. Ekor pendek. Anus
dibawah ekor. Lubang urogenital disebelah anterior anus.
SISTEM RESPIRASI PADA KELINCI
Respirasi dalam tubuh kelinci dibedakan atas
respirasi inspirasi dan expirasi. Inspirasi disebabkan karena membesarnya cavum
thorac dengan diangkatnya costae oleh otot – otot dan
diturunkannya diafraghma. Sedangkan ekspirasi terjadi karena mengecilnya
kembali cavum thorac oleh karena turunya kembali costae
karena beratnya, kekenyalan cartilago costalisnya, dan beratnya
otot – otot yang menggantung. Dari respirasi digunakan untuk mengetahiu
frekuensi respirasi dari beberapa jenis kelinci.
Table
tentang perbandingan frekuensi denyut jantung kelinci
No
|
Jam
|
Jantan
|
Betina
|
1.
|
07.00
|
30,04oC
|
30,07oC
|
2.
|
14.00
|
36,07 oC
|
36,09oC
|
3.
|
18.00
|
29,05oC
|
29,08oC
|
Berdasarkan
data table yang telah ada di atas dihasilkan bahwa diperoleh hasil rata-rata
dari denyut jantung kelinci adalah dan biasanya frekuensi rata rata denyut jantungnya
adalah 50-70 per menit.
Penyimpangan
terjadi pada uji respirasi pada kelinci karena adanya faktor dari dalam tubuh
hewan tersebut yang mempengaruhi respirasi yaitu pengaruh suhu badan dan juga
faktor umur mempengaruhi respirasi.
Perbedaan frekuensi pernafasan hasil percobaan dengan respirasi normal ini
dapat disebabkan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu tingkat emosi/tingkat
stressing hewan, themperatur, ketakutan, dan ukuran tubuh hewan.
Selain itu perubahan frekuensi
pernafasan terjadi karena banyak hal yang mempengaruhinya, misalnya kebutuhan
energi pada hewan mamalia. Semakin
kecil ukuran tubuh hewan maka semakin kecil cavum thoraks dan tractus
respiratorius sehingga respirasi berjalan dengan cepat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Akoso (1996) dimana respirasi pada hewan tipe besar lebih sedikit dari
respirasi hewan tipe kecil.
Faktor lain yang
juga dapat mempengaruhi respirasi adalah karena adanya pengaruh suhu lingkungan
dimana bila suhu lingkungan tinggi hewan akan meningkatkan/mempertinggi
frekuensi pernafasannya agar kelebihan panas dalam tubuh dapat terbuang.
B. SUHU TUBUH
Pengaruh
lingkungan terutama suhu udara sangat mempengaruhi performansi kelinci yang
hidup di daerah tropis. Tingkat stress panas pada kelinci sangat tinggi di
daerah tropis sehingga mengurangi produktifitas kelinci. Suhu udara yang panas
menyebabkan kelinci banyak mengonsumsi air dan mengurangi kegiatan makan
sehingga produktivitas kelinci berkurang. Karakteristik pakan kelinci yang
hidup di daerah tropis hendaknya besifat sedikit kuantitasnya namun tinggi akan
nilai nutrisi sehingga dapat mengimbangi kebutuhan kelinci terhadap rasio pakan
dan minum kelinci.
Berikut data tentang suhu tubuh kelinci
yang di ambil di daerah tropis:
No
|
Jam
|
Jantan
|
Betina
|
1.
|
07.00
|
30,04oC
|
30,07oC
|
2.
|
14.00
|
36,07 oC
|
36,09oC
|
3.
|
18.00
|
29,05oC
|
29,08oC
|
Fluktuasi
suhu lingkungan harian dapat menyebabkan penyakit pada kelinci. Selain stress
karena cekaman panas, fluktuasi suhu juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan
pada kelinci. Enteritis merupakan penyakit pencernaan yang sering terjadi pada
kelinci anakan dan menyebabkan tingkat mortalitas kelinci tinggi. Perubahan
suhu harian dari tingkat panas ke dingin secara fluktuasi dapat merubah pola
makan kelinci. Pola makan yang berubah drastis berdampak pada perubahan pola
fermentasi pakan di dalam saluran pencernaan khususnya pada sekum. Ketika suhu
lingkungan panas, maka kelinci cenderung mengurangi konsumsi pakan dan banyak
minum, seiring dengan penurunan suhu lingkungan yang drastis menyebabkan
kelinci memperbanyak konsumsi pakan khususnya sumber energi (karbohidrat) untuk
menjaga kestabilan suhu tubuh. Sebagai akibatnya, maka terjadi konsumsi
karbohidrat yang berlebih yang menyebabkan isi sekum didominasi oleh
karbohidrat yang mudah difermentasi.
Bakteri
pathogen cenderung lebih memilih bahan makanan yang mudah difermentasi
(karbohidrat), sehingga hal tersebut dapat mendorong perkembangan (proliferasi)
bakteri pathogen di dalam saluran pencernaan. Populasi bakteri pathogen yang
meningkat di saluran pencernaan menghasilkan toxin yang bersifat letal yang dapat
membahayakan induk inangnya yaitu kelinci itu sendiri dan dapat menyebabkan
kematian.
Solusi
pemeliharaan kelinci yang terbaik adalah dengan menjaga lingkungan hidup
kelinci agar tetap nyaman. Hal tersebut bisa dilihat dari model atap atau pun
kandang dan disertai dengan vegetasi lingkungan kandang. Pepohonan disekitar
kandang sangat berperan penting dalam menjaga fluktuasi perubahan suhu yang
drastis. Sirkulasi kandang dari tipe atap monitor dan model kandang terbuka
dengan dibatasi naungan vegetasi penghalang angin dapat menjadi pilihan dalam
membangun kandang kelinci di daerah tropis.
KESIMPULAN
Pada
pengamatan sistem pernafasan (respirasi) pada kelinci terdapat satu pasang
hidung, lubang hidung, parink, larink, kemudian paru-paru yang berwarna merah
kekuning-kuningan yang terletak dekat dengan tulang rangka.
Suhu pada lingkungan
yang di tempati sangat berpengaruh pengaruh bagi kelangsungan hidup si kelinci
tersebut pada suhu panas atau melebihi zona tubuh comfort (zona nyaman), maka
kelinci cenderung akan mengurangi konsumsi dan memperbanyak minum. Ketika suhu
lingkungan berada di bawah zona nyaman bagi kelinci, maka kelinci cenderung
memperbanyak konsumsi pakan untuk dapat mempertahankan suhu tubuhnya. Pengaruh
lingkungan terutama suhu udara sangat mempengaruhi performansi kelinci yang
hidup di daerah tropis. Tingkat stress panas pada kelinci sangat tinggi di
daerah tropis sehingga mengurangi produktifitas kelinci.
DAFTAR
PUSTAKA
Brothowidjhoyo,M.1989.
Zoology
an Introduction to the Study Animals.
Macmillan Publishing.Co.inc.Hlm 289-294.
New york
Djuanda,T.
1982. Zoologi
Dasar Erlangga. Hlm218-226.Jakarta.
Kastawi,Y.1992. Vertebrata bagian II. Sinar
Wijaya. Hlm284-294. Jakarta.
Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dramaga 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar