BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau
lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik,
dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman adalah C, H, O (ketersediaan di alam masih
melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm),
Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo dan B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm).
Beberapa kendala pada penggunaan pupuk kandang
adalah sifatnya yang bulky, kandungan
air yang cukup tinggi dan kandungan hara yang rendah. Pupuk kandang biasanya diberikan dalam jumlah yang cukup banyak
agar dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Oleh karena itu, diperlukan strategi tertentu untuk meningkatkan kualitas
pupuk kandang. Salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas pupuk kandang yaitu dengan menambahkan mikrobia starter.
Mikroba starter memiliki
manfaat positif bagi tanaman apabila ditambahkan ke dalam pupuk kandang.
Kandungan hara organik di dalam kompos akan berperan sebagai tempat hidup dan
makanan bagi mikroba starter. Mikroba-mikroba tersebut berfungsi sebagai
penambat N dari udara, melarutkan P, membantu penyerapan hara, merangsang
pertumbuhan tanaman dan membantu mengatasi serangan penyakit. Mikroba yang dapat ditambahkan dalam pembuatan kompos
yaitu mikroba yang tahan terhadap suhu kompos tinggi, maupun ditambahkan
setelah kompos matang. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa penambahan mikroba ke dalam kompos memberikan
pengaruh positif
yang signifikan terhadap kualitas pupuk
kandang.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan pupuk?
2.
Apa yang dimaksud dengan mikrobia starter?
3.
Bagaimana peran
mikroba starter dalam pembuatan pupuk kandang terhadap perbaikan kualitas fisik
dan kimia pupuk kandang?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian pupuk dan mikrobia starter.
2.
Untuk mengetahui
cara-cara meningkatkan kualitas pupuk.
3.
Untuk mengetahui
peran mikroba starter dalam pembuatan pupuk kandang terhadap perbaikan kualitas
fisik dan kimia pupuk kandang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pupuk
Pupuk adalah
suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah
sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan pupuk
umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi, bentuk dan
kandungan unsur haranya (Hadisuwito, 2012). Jenis pupuk alami yang sering
ditemukan adalah pupuk kandang.
Pupuk kandang
merupakan pupuk yang bahan dasarnya berasal dari kotoran ternak, baik kotoran
padat maupun campuran sisa makanan dan urine ternak. Hampir semua kotoran hewan
dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kandang. Kotoran hewan seperti
kambing, domba, sapi, ayam merupakan kotoran yang paling sering digunakan untuk
dijadikan pupuk kandang (Hadisuwito, 2012).
Zat hara
yang terkandung dalam pupuk kandang tergantung dari sumber kotoran bahan
bakunya. Pupuk kandang ternak besar kaya akan unsur nitrogen
dan mineral logam
seperti magnesium, kalium
dan kalsium.
Pupuk kandang ayam memiliki kandungan fosfor
lebih tinggi. Namun, manfaat utama pupuk kandang adalah mempertahankan struktur
fisik tanah sehingga akar tanaman dapat tumbuh secara baik. Pupuk kandang tidak
hanya membantu pertumbuhan, tetapi juga dapat membantu menetralkan racun logam
berat di dalam tanah. Selain itu, pupuk kandang dapat membantu penyerapan unsur
hara dan mempertahankan suhu tanah.
Kebanyakan pupuk kandang berupa feses
yang dikeluarkan oleh hewan ketika sedang berada di kandang maupun ketika
sedang digembalakan
di lahan pertanian, misal ketika sedang memakan brangkasan
dan gulma.
Kualitas nutrisi yang terkandung di dalam pupuk kandang sangat ditentukan oleh
jenis hewan dan apa yang dimakan oleh hewan tersebut. Kotoran kuda masih
mengandung banyak rumput karena sistem pencernaannya tidak sama dengan ruminansia.
Tumpukan kotoran hewan dapat menghasilkan
panas selama proses dekomposisi sehingga dapat terbakar secara
spontan jika ditumpuk dalam tumpukan yang besar. Ketika
kotoran hewan sudah terbakar, udara akan tercemar dan menimbulkan bau tidak
sedap.
Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk bagi tanaman dapat
bermanfaat dalam mengurangi pencemaran lingkungan karena pupuk
tersebut tidak dibuang pada sembarang tempat yang dapat mengotori lingkungan
dan badan perairan umum. Selain itu, penggunaan pupuk kandang bermanfaat dalam mengurangi logam-logam berat yang bersifat racun bagi
tanaman dan juga dapat dipergunakan dalam mereklamasi lahan
yang tercemar, seperti lahan-lahan bekas tambang (Hartatik,
2010).
B. Mikrobia Starter
Starter merupakan media berisi mikroba
tertentu dan digunakan untuk memacu tumbuhnya mikroba yang diharapkan. Starter
komersil banyak dijual, misalnya ragi peuyeum, ragi kue, EM4, Starbia, Stardek dan
lain-lain. Wujud starter beragam, tergantung dari mikroba yang dikandungnya.
Starter yang mengandung jamur atau ragi berbentuk kering, sedangkan starter
bakteri berbentuk cair.
Starter merupakan media berisi mikroba
yang sudah diinaktifkan. Dalam keadaan inaktif,
kebutuhan mikroba terhadap energi menjadi rendah. Dengan demikian, pemanfaatan energi yang terkandung dalam media
starter menjadi lambat sehingga kehidupan mikroba di dalam starter dapat bertahan lama. Starter dapat dibuat dengan
mengendalikan lingkungan hidup mikroba sehingga mikroba yang diharapkan tetap
hidup dan mikroba lain tidak dapat tumbuh dan berkembang. Kegagalan pengendalian
lingkungan dapat menyebabkan populasi mikroba yang diharapkan menjadi menurun
atau aktivitasnya menurun.
Starter adalah populasi mikroba
dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media
fermentasi. Starter mikroba dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, salah satunya
adalah ragi untuk pembuatan roti. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat dan
fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik dengan media
fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang
masih segar (umur 6 hari). Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah
diinokulasi dengan biakan murni. Permukaan starter akan tumbuh mikroba dan membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan
nata. Semakin lama lapisan ini akan semakin tebal sehingga ketebalannya dapat mencapai 1,5 cm. Starter yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah
diinokulasi dengan biakan murni) tidak dianjurkan digunakan lagi karena kondisi
fisiologis mikroba tidak optimum bagi fermentasi dan kemungkinan tingkat kontaminasi sudah cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan
volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak
kurang dari 5% volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian
starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karena tidak ekonomis.
C. Pengaruh Mikrobia Starter terhadap Kualitas Pupuk Kandang
1.
Sifat Fisik Pupuk Kandang
Sifat
fisik pupuk dapat digunakan sebagai parameter dalam menilai kualitas pupuk.
Parameter dari sifat fisik pupuk meliputi nilai pH, warna, aroma maupun
tekstur. Menurut Hadisuwito (2012) bahwa ciri-ciri fisik pupuk kandang yang
telah siap digunakan yaitu dingin, remah, wujud aslinya sudah tidak tampak dan
baunya telah berkurang. Pupuk kandang yang belum memiliki ciri-ciri tersebut, belum
bisa digunakan. Para petani biasanya menggunakan pupuk kandang dengan cara
disebar dan dibenamkan. Namun, penggunaan yang paling baik adalah cara
dibenamkan. Hal ini dikarenakan adanya penguapan unsur hara akibat proses kimia
dalam tanah dapat dikurangi.
Hasil
pengomposan meningkat suhu dan pada saat tertentu suhu akan menurun. Keadaan
tersebut disebabkan terjadinya proses perombakan dari bahan organik menjadi
bahan anorganik. Oksigen dan senyawa yang mudah terdegradasi yang
terkandung dalam kompos
akan segera dimanfaatkan
oleh mikroba mesofilik
sehingga suhu akan meningkat lebih
cepat. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada
kondisi ini adalah mikroba termofilik yaitu mikroba yang aktif pada
suhu tinggi. Pada saat itu terjadi proses dekomposisi bahan organik yang
sangat aktif. Mikroba dalam kompos menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik
menjadi karbondioksida, uap air, dan panas. Setelah sebagian bahan terurai,
maka suhu akan berangsur – angsur mengalami penurunan dan terjadi pematangan
kompos (Hapsari, 2013).
Selama
tahap awal proses dekomposisi, akan terbentuk asam-asam organik. Kondisi asam
akan mendorong pertumbuhan jamur dan akan mendekomposisi lignin dan selulosa yang
terkandung di dalam kotoran ternak yang akan menjadi pupuk organik. Nilai pH
kotoran sapi cenderung bersifat asam lemah sampai netral. Namun, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Agus et
al. (2014) menyatakan bahwa pemberian larutan mikroba starter yang bersifat
basa akan cenderung meningkatkan nilai pH pupuk menjadi netral sampai agak
basa. Hal ini mendorong terjadinya perbaikan kualitas lingkungan hidup sehingga
aktivitas mikroorganisme pendekomposi lebih tinggi dan proses dekomposisi bahan
organik menjadi lebih cepat.
Agus
et al. (2014) juga menyatakan bahwa
warna pupuk kandang cenderung semakin gelap atau coklat kehitaman dengan adanya
pengomposan menggunakan mikroba starter. Hal ini disebabkan proses mineralisasi
dan humifikasi bahan organik berjalan cukup cepat. Menurut Hapsari (2013)
perubahan warna pupuk disebabkan oleh hilangnya nitrogen yang diakibatkan
karena proses dekomposisi yang terjadi di dalam pengomposan. Panas yang
dihasilkan mampu memecah ikatan lignin sehingga nitrogen menjadi berkurang
sehingga warna berubah menjadi coklat dan pengomposan menuju ke fase
pematangan.
Selain
itu, bau menyengat pada pupuk diduga merupakan bau amoniak yang dihasilkan dari
bahan-bahan pembuatan pupuk
organik yang terlalu
banyak mengandung Nitrogen yang
ratio C/N terlalu
rendah. Hasil penelitian Agus et
al. (2014) bahwa penambahan larutan mikroba starter dapat mengurangi aroma
menyengat pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi. Hal ini disebabkan
gas-gas berbau yang dikeluarkan dalam proses pengomposan dapat ditekan oleh
mikroba starter.
2.
Sifat Mikrobiologi Pupuk Kandang
Sifat
mikrobiologi pupuk kandang ditentukan oleh adanya jumlah dan jenis mikroba yang
terkandung. Jumlah mikroba pathogen dalam pupuk kandang semakin tinggi maka
nilai kualitas pupuk tersebut menjadi rendah. Berdasarkan hasil penelitian Agus
et al. (2014) bahwa pemberian mikroba
starter dalam pembuatan pupuk kandang sapi masih mengandung bakteri E. coli dan Salmonella sp.. Jumlah E.
coli dan Salmonella pada pupuk
kandang ayam jauh lebih rendah dibandingkan pada pupuk kandang sapi.
Proses
pengomposan secara natural mikrobia pathogen termasuk E. coli dan Salmonella sp.
mengalami penurunan jumlah atau kematian akibat adanya panas termofilik yang
terjadi saat proses pengomposan. Pada suhu 60-700C sebagian besar
mikroba pathogen akan mati. Suhu pada saat pengomposan meningkat hingga dapat
membunuh mikrobia pathogen, sehingga kompos yang terdekomposisi dengan baik
akan bebas pathogen. Menurut Agus et al.
(2014) kandungan mikrobia E. coli dan
Salmonella sp dalam pupuk organik
yang diberi larutan mikroba starter cenderung menurun seiring dengan lama waktu
pengomposan. Kandungan mikrobia berbahaya pada kotoran sapi relatif sedikit
dibandingkan pada kotoran ayam.
Pengggunaan
langsung pupuk kandang dalam tanaman perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan kemungkinan
adanya kandungan gulma, organisme penyebab penyakit yang terkandung dalam pupuk
kandang / kotoran hewan. Selain itu, penggunaan langsung pupuk ini juga kemungkinan
besar akan menyebabkan panas karena proses penguraian (Hadisuwito, 2012).
Menurut
Maspary (2011) pembuatan pupuk membutuhkan bakteri pengurai atau mikroba
starter. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4 ataupun
botani dan molasses sebagai energi
yang digunakan oleh bakteri. EM4 merupakan Effective
Microorganisme 4 yang berguna untuk mempercepat proses pengomposan pada
pembuatan pupuk. EM4 mengandung sekitar 80 macam genus mikroorganisme, tetapi
hanya ada lima golongan yang paling pokok yaitu
bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp
(BAL), Streptomyces sp, ragi (yeast) dan Actinomycetes. Proses pengolahan yang baik dan benar akan
menghasilkan pupuk yang tidak panas, tidak
berbau busuk, tidak
mengandung hama dan
penyakit serta tidak membahayakan
pertumbuhan ataupun produksi tanaman.
3.
Sifat Kimiawi Pupuk Kandang
Sifat
kimiawi pupuk sangat berpengaruh terhadap penilaian kualitas pupuk. Sifat
tersebut meliputi nisbah C/N dan kandungan unsur hara baik mikro maupun makro. Perubahan
yang penting pada pengomposan adalah penurunan nisbah C/N, meningkatkan persentase
hara dan ketersediaan hara serta bau yang baik.
Kompos yang matang
dapat disimpan dalam waktu
lama tanpa terjadinya perubahan biokimia
yang signifikan, menjadi asam
ataupun mengalami pemanasan
kembali.
Pupuk
kandang merupakan pupuk organik dapat berperanan sebagai bahan pembenah tanah.
Pupuk kandang dapat mencegah erosi, pergerakan tanah dan retakan tanah. Pupuk
kandang dan pupuk organic lainnya meningkatkan kemampuan tanah mengikat
kelembaban, memperbaiki struktur tanah dan pengatusan tanah. Pupuk kandang
memacu pertumbuhan dan perkembang bakteri serta makhluk tanah lainnya. Pupuk
kandang mempunyai kandungan unsur N, P dan K rendah, tetapi banyak mengandung
unsur hara mikro.
Penelitian
Hapsari (2013) bahwa secara kuantitas pupuk organic dengan penambahan inokulum
dalam pembuatan pupuk menggunakan kotoran sapi memiliki kandungan unsur hara yang
relatif lengkap. Selain itu, unsur mikro nutrisi yang ada juga cukup memenuhi
standar, karena kebutuhan dalam tanaman sangat relatif kecil namun esensial.
Hasil
penelitian Agung et al. (2014) menyatakan
bahwa setelah aplikasi mikroba starter terjadi penurunan kandungan C pada pupuk
kandang ayam, sedangkan pada pupuk kandang sapi tidak terjadi penurunan.
Penurunan kandungan C ini dapat disebabkan oleh adanya perombakan bahan-bahan organik
sehingga menjadi lebih tersedia dan dilepaskan dalam bentuk CO2.
Nilai
dari pupuk kandang tidak hanya didasarkan pada pasokan jumlahnya tetapi jumlah
nitrogen dan zat yang terkandung. Kandungan unsur nitrogen dalam pupuk kandang
akan dilepaskan secara perlahan-lahan. Unsur nitrogen yang dilepaskan dengan adanya
aktivitas mikroorganisme kemudian akan dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan
demikian, pemberian pupuk kandang yang berkelanjutan akan membantu dalam
membangun kesuburan tanah secara jangka panjang (Hadisuwito, 2012).
Menurut
Agus et al. (2014) bahwa aplikasi
mikroba starter dalam pupuk kandang ayam maupun sapi meningkatkan kandungan nitrogen
(N), kemudian mengalami penurunan pada pupuk kandang ayam,
tetapi penurunan kandungan N
total tersebut tidak
terjadi pada pupuk kandang sapi.
Nisbah C/N baik pada pupuk kandang sapi mengalami peningkatan sedikit setelah
aplikasi mikroba starter. Perubahan kandungan ammonium dan nitrat pada pupuk
kandang ayam serupa dengan perubahan yang terjadi pada kandungan N total.
Penurunan kandungan N ini disebabkan oleh volatilisasi / kehilangan nitrogen
dalam bentuk ammonia sehingga menyebabkan nisbah C/N pupuk kandang meningkat
lagi. Nisbah C/N dapat menjadi indikator yang baik bagi kematangan kompos dari
bahan selulotik seperti jerami padi. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa
kehilangan N dalam bentuk ammonia sangat menonjol pada pupuk kandang ayam,
dibandingkan pupuk kandang sapi.
Dalam
keadaan anaerobik, proses perombakan pada pembuatan pupuk menjadi tidak
sempurna. Hal ini disebabkan karbondioksida (CO2) kurang terbentuk dan
sebaliknya, ammonia (NH3) lebih banyak yang terbentuk disertai
dengan bau menyengat dari hydrogen sulfida (H2S) dan senyawa yang
mengandung sulfur yang tereduksi. Dengan perlakuan mikroba starter, bagian senyawa
sulfur dari bahan
organik banyak yang terombak
menjadi gas SO2 yang relatif
tidak berbau, dan sebaliknya H2S serta senyawa reduktif
sulfida lainnya menjadi terhambat pembentukannya.
Perombakan dengan mikroba starter sebaiknya diupayakan dalam suasan aerobic atau
dengan suasana lembab tetapi tidak sampai anaerobik sehingga kehadiran senyawa H2S
dan senyawa sulfur reduktif lainnya dapat dikurangi atau tidak terbentuk.
Penurunan
kandungan S organik (%) terlihat jelas dari kondisi sebelum aplikasi mikroba
starter dibandingkan dengan setelah aplikasi. Perubahan kandungan hara
P, kation-kation seperti K dan Mg
serta logam-logam seperti
Fe, Cu, Mn, Zn
dan logam berat
Cr setelah aplikasi mikroba
starter terjadi pada pupuk kandang ayam maupun pupuk kandang sapi (Agus et al., 2014).
Penambahan
maikroba starter menyebabkan kandungan P dan K mengalami penurunan pada pupuk
kandang ayam, sedangkan kandungan P pada pupuk kandang sapi relatif tidak
berubah. Kandungan K pada pupuk kandang sapi mengalami peningkatan setelah
aplikasi mikroba starter. Menurut Sutedjo (2010) penambahan mikrobia atau
inoculum dalam pupuk mampu meningkatkan
unsur hara makro N, P, K sehingga kualitas pupuk organik
menjadi lebih baik. Kation-kation seperti Mg, Fe dan Cu mengalami peningkatan
pada pupuk kandang ayam setelah aplikasi mikroba starter, kemudian kandungan
tersebut relatif tetap setelah aplikasi. Pada pupuk kandang sapi, kandungan
unsur Mg, Fe dan Cu relative tidak berubah hingga mengalami penurunan pada 24
jam setelah aplikasi. Kandungan Zn, Mn dan logam berat Cr mengalami penurunan baik
pada pupuk kandang ayam maupun sapi setelah aplikasi mikroba starter.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pupuk adalah
suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman.
2.
Beberapa kendala
pada
penggunaan pupuk kandang adalah sifatnya yang bulky, kandungan air yang cukup tinggi dan kandungan hara yang
rendah.
3.
Mikroba starter memiliki manfaat positif bagi tanaman
apabila ditambahkan ke dalam pupuk kandang.
4.
Mikroba-mikroba tersebut berfungsi sebagai penambat N
dari udara, melarutkan P, membantu penyerapan hara, merangsang pertumbuhan
tanaman dan membantu mengatasi serangan penyakit
tanaman.
5.
Penambahan
mikroba ke dalam kompos memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas pupuk kandang.
DAFTAR PUSTAKA
Agus,
C., E. Faridah, D. Wulandari dan B. H. Purwanto. 2014. Peran mikroba starter
dalam dekomposisi kotoran ternak dan perbaikan kualitas pupuk kandang. Jurnal
Manusia dan Lingkungan. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hadisuwito,
W dan L. R Widowati. 2012. Pupuk kandang. Jurnal Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati. Balai Penelitian Tanah, Jakarta.
Hapsari,
A. Y. 2013. Kualitas dan kuantitas kandungan pupuk organik limbah serasah dengan
inokulum kotoran sapi secara semianaerob. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sutedjo,
M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_kandang di unduh pada hari Selasa, 01 Maret 2016 pukul 20.37 WIB
http://izinpupukpestisida.blogspot.co.id/2009/10/strategi-peningkatan-kualitas-pupuk.html di unduh pada hari Selasa, 01 Maret 2016 pukul 20.37 WIB
https://www.academia.edu/10935428/Laporan_Praktikum-_Mikroba_Starter diunduh pada hari Selasa, 01 Maret 2016 pukul 21.38 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar