BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada
yang menghuni tanah, air, dan udara. Studi tentang mikroba yang ada di
lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba. Ekologi merupakan bagian biologi
yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organism atau kelompok organisme
dengan lingkungannya.
Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan
merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Udara
dapat dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan (outdoor air) dan udara
dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat
mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam
ruangan. Sebanyak 400 sampai 500 juta orang khususnya di negara yang sedang
berkembang sedang berhadapan dengan masalah polusi udara dalam ruangan.
Udara bukan merupakan habitat asli dari mikroba,
tetapi udara sekeliling kita sampai beberapa kilometer di atas permukaan bumi
mengandung bermacam-macam jenis mikroorganisme dalam jumlah yang beragam. Peran
udara dapat juga sebagai sarana infeksi nosokomial (infeksi rumah sakit).
Bidang-bidang terapan dari mikrobiologi udara adalah pada bidang kesehatan,
bidang industry, ruang angkasa, dan lain-lain. Dilihat dari hal diatas,
jelaslah bahwa mikrobiologi lingkungan merupakan salah satu bidang mikrobiologi
terapan. Sebagai ilmu terapan, maka secara langsung jasad-jasad yang terdapat
di dalamnya berperan dalam lingkungan hidup, yang terutama terdiri dari tanah,
air, dan udara. Bahkan perananan mikroba dalam lingkungan hidup pada saat
sekarang adalah sebagai jasad yang secara langsung atau secara tidak langsung
mempengaruhi lingkungan; dan juga baik jasad yang secara langsung maupun
secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan.
1.2 Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah konsep mikroorganisme udara ?
2.
Jenis mikroorganisme apa saja yang ditemukan di udara ?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberadaan
mikroorganisme di udara?
4.
Bagaimankah distribusi mikroba di udara?
5. Contoh penyakit apa saja yang bias ditularkan melalui udara
serta cara pengobatannya?
6.
Bagaimanakah upaya pengendalian penyakit yang terbawa
udara ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui bagaimanakah konsep mikroorganisme udara.
2.
Untuk mengetahui jenis mikroorganisme apa saja yang ditemukan di udara.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi keberadaan mikroorganisme di
udara.
4.
Untuk mengetahui bagaimankah distribusi mikroorganisme di udara.
5.
Untuk mengetahui contoh penyakit apa saja yang bias
ditularkan melalui udara setrta cara
pengobatannya.
6.
Untuk mengetahui bagaimanakah upaya
pengendalian penyakit yang terbawa udara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mikroorganisme udara
Udara tidak
mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh terapung
begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas
organisme-organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa
serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri
di udara, batuk, dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan
partikel di udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar
untuk mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah
pernapasan atas. Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin
mencapai tapak-tapak infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak
mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat
ditunjukkan dalam cuplikan udara. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu
volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah
orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi
mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau hujan es
akan cenderung mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh
partikel-partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu.
Kelompok mikroorganisme yang
paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur (termasuk didalamnya
ragi) dan juga mikroalgae. Kehadiran jasad hidup tersebut didalam udara, ada
yang didalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif
(umumnya spora).
2.2 Jenis mikroorganisme yang ditemukan di udara
Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang
mencemari udara juga ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan,
misalnya dari saluran pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan
bersin, dan partikel-partikel debu, yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran
besar dan tersuspensikan, dan dalam “inti tetesan”
yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang
memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer;
sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan
hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi.
Nasib akhir mikroorganisme yang berasal dari udara
diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya (termasuk keadaan
atmosfer, kelembaban, cahaya matahari dan suhu), ukuran partikel yang membawa
mikroorganisme itu, serta ciri-ciri mikroorganismenya terutama kerentanannya
terhadap keadaan fisik di atmosfer
Alga, protozoa, khamir, kapang, dan
bakteri telah diisolasi dari udara dekat permukaan bumi. Contoh mengenai
jasad-jasad renik yang dijumpai di atmosfer kota diperlihatkan pada tabel
berikut:
Tinggi (meter)
|
Bakteri (genus)
|
Cendawan (genus)
|
1.500 – 4.500
|
Alcaligenes
Bacillus
|
Aspergillus
Macrosporium
Penicillium
|
4.500 – 7.500
|
Bacillus
|
Aspergillus
Clasdosporium
|
7.500 – 10.500
|
Sarcina
Bacillus
|
Aspergillus
Hormodendrum
|
10.500 – 13.500
|
Bacillus
Kurthia
|
Aspergillus
Hormodendrum
|
13.500 – 16.500
|
Micrococcus
Bacillus
|
Penicillium
|
Sumber: Irianto (2002)
.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Mikroorganisme Di Udara
Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi dan distribusi jenis
mikroorganisme di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan fisiologis
mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak daripada
sel vegetatif.
Hal ini terutama karena sifat
spora dorman yang memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak
menguntungkan seperti pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi
ultraviolet. Demikian pula spora fungi
berlimpah di udara karena spora merupakan alat penyebaran penyebaran
fungi. Ukuran mikroorganisme merupakan
faktor yang menentukan jangka waktu mereka untuk tetap melayang di udara.
Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan mudah dibebaskan ke udara
dan tetap di sana selama jangka waktu lama.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroorganisme udara adalah suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain.
Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan
viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa
kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu.
Kelembaban
relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah juga mempengaruhi mikroorganisme.
Hampir semua virus mampu bertahan hidup lebih baik pada RH
17 sampai 25%. Namun, virus
poliomyelitis bertahan lebih baik pada RH 80 – 81%. Kemampuan mikroorganisme bertahan hidup lebih ditentukan oleh RH dan suhu.
Pengaruh angin
juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi
sedikit aliran udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang
relatif lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa
mereka lebih jauh. Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara.
Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet
semakin tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroorganisme yang masih mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroorganisme dalam fase spora dan bentuk-bentuk resisten lainnya.
2.4
Distribusi Mikroorganisme di
Udara
·
Mikroorganisme Di Luar Ruangan
Mikroorganisme yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutama Alternaria,
Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub
maupun tropis. Mikroorganisme yang
ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki
yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora
fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan
lain-lain.
·
Mikroorganisme di dalam Ruangan
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang
menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroorganisme seperti bakteri tuberkulum, streptokokus, pneumokokus, dan staphylokokus.
Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa.
Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung
mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga
ditularkan melalui debu dan udara.
·
Mikroorganisme
Udara di Rumah Sakit
Meskipun rumah
sakit adalah tempat pengobatan berbagai penyakit, ada kasus dimana penyakit
menular tambahan diderita pasien pada saat rawat inap. Udara di dalam rumah
sakit dapat bertindak sebagai reservoir mikroorganisme patogen yang ditularkan
oleh pasien. Infeksi yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit
tersebut disebut infeksi nosokomial dan patogen yang terlibat disebut sebagai
patogen nosokomial.
Infeksi
nosokomial di rumah sakit mungkin dibawa oleh staf atau pasien yang masuk ke
rumah sakit. Infeksi nosokomial yang banyak ditemukan yaitu berasal dari
Haemophilus. influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, anggota Enterobacteriaceae dan virus pernafasan.
2.5 Macam- macam penyakit yang ditularkan melalui udara oleh
mikroorganisme beserta pengobatanya
- Tuberkulosis atau TBC
Tuberkulosis
atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam penularannya. Penderita
TBC biasanya mengalami batuk yang berkepanjangan sebagai gejala utama selama
beberapa minggu yang diikuti dengan demam tinggi. Pada umumnya penularan TBC
terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si penderita,
yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas
penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari terkumpulnya
kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampi tahunan
membuat penyakit ini digolongkan penyakit kronis.
TBC bisa diobati, asalkan benar-benar mempunyai keinginan dan semangat
yang besar untuk sembuh. Adapun obat
TBC yang utama adalah Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin dan
Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan
yang sering digunakan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makroloid, dan Amoksilin
dikombinasikan dengan Klavulanat. Pengobatan ini dilakukan selama 12 bulan
untuk keseluruhan. Faktor utama dari pada kesembuhan adalah prilaku dan
lingkungan dimana sipenderita itu tinggal, kedisiplinan dalam minum obat dan
dan dukungan orang-orang disekitar si penderita.
2.
Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges,
yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis
dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang
menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.
Bakteri
yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya:
1.
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
2.
Neisseria meningitidis (meningococcus).
3.
Haemophilus influenzae (haemophilus).
4.
Listeria monocytogenes (listeria).
5.
Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus
aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
Tanda dan Gejala Penyakit
Meningitis Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita meningitis
diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher yang
berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya
adalah photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya terang), phonophobia
(takut/terganggu dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak
kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.
.
Adapun beberapa antibiotik yang
sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis
antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime).
Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes
akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem),
Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Treatment atau therapy lainnya adalah yang
mengarah kepada gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam
(paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain sebagainya. Pencegahan
Tertularnya Penyakit Meningitis
3. Flu Burung
Avian Influenza
atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit
ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang manusia. Flu burung terkadang
sulit terdeteksi pada stadium awal, karena gejala klinis penyakit ini sangat
mirip dengan gejala flu biasa,antara lain demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek,
nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Namun, dalam waktu singkat penyakit ini
dapat menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan (pneumonia). Jika tidak
dilakukan penanganan segera, pada banyak kasus penderita akan meninggal dunia.
Upaya
pencegahan penularan virus flu burung adalah senantiasa menjaga sanitasi
lingkungan. Pola hidup yang tidak menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
akan mempercepat penyebaran virus ini. Selain itu, rajinlah mencuci tangan,
jangan sembarangan mengorek lubang hidung jika jemari belum dicuci dengan
sabun. Waspadai semua kotoran unggas
peliharaan, kandang, sangkar maupun kotoran burung liar.
4. Pneumonia
Pneumonia atau
yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala yang
mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain
batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa
lemas.Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae
dan Hemopilus influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam
tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Selain dapat menimbulkan infeksi pada paru-paru,
bakteri berbahaya itu juga dapat mengakibatkan radang selaput pada otak
(meningitis) serta infeksi pembuluh darah yang amat fatal.
5. Sars
Sindrom
pernapasan akut parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan
penyakit yang ditandai dengan gejala awal gangguan pernapasan berupa napas
pendek dan terkadang disertai batuk. Penyebab SARS adalah Coronavirus, yaitu
virus yang bersifat menular dan umumnya menyerang saluran pernapasan atas,
virus ini juga dapat menyebabkan flu.
Sars adalah
stadium lanjut dari pneumonia sehingga gejala awal yang dialami penderita juga
mirip dengan flu biasa. Namun, demam yang menyerang penderita SARS dapat
mencapai 38 derajat Celcius yang terkadang disertai dengan menggigil, sakit
kepala, perasaan lesu, serta nyeri tubuh.
Belum
ditemukan vaksin untuk mencegah penyakit ini, sehingga yang dibutuhkan adalah
sikap waspada agar tidak terjangkit. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara
lain: Mencuci tangan sesering mungkin. Bila bersentuhan dengan sesuatu yang
banyak mengandung kuman atau kotoran, gunakan alkohol untuk membunuh bakteri yang
menempel di kulit. Hindari menyentuh mulut, mata,
hidung dengan tangan yang kotor.
Gunakan masker apabila menderita batuk/pilek agar kuman dan bakteri tidak menyebar ke orang lain. Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit, karena itu kurangi frekuensi mengunjungi ruangan dengan tingkat infeksi tinggi.
Gunakan masker apabila menderita batuk/pilek agar kuman dan bakteri tidak menyebar ke orang lain. Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit, karena itu kurangi frekuensi mengunjungi ruangan dengan tingkat infeksi tinggi.
2.6 Pengendalian penyakit yang
terbawa udara
1) Imunisasi
Dengan
pemberian vaksin rubella pada anak-anak laki-laki dan perempuan sejak dini
2) Pengubahan kandungan jasad
penyebab infeksi di udara dengan penyaringan, sterilisasi atau pengenceran.
Penyaringan udara yang diputar ulang dengan mengalirkan jumlah udara melalui
penyaring dengan memerlukan sistem ventilasi komplek ditambah penggunaan energi
yang besar. Teknik pengendalian di udara dengan pengenceran dengan melakukan
penggantian udara dalam dengan udara luar secara terus-menerus. Terdapat juga
metode untuk mengendalikan penyakit yang disebarkan melalui udara, yaitu :
a) Metode sinar
ultraviolet
Digunakan
pada ruangan yang sesak dengan daya tembus jelek, merusak mata sehingga sinar
harus diarahkan ke langit-langit
b) Metode aliran udara
satu arah
Digunakan di
laboratorium industri ruang angkasa dengan batasan mahal untuk pemanasan atau
pengaturan udara
c) Metode sirkulasi
ulang, udara tersaring
Digunakan di
tempat apa saja dengan batasan penyaring harus sering diganti.
d) Metode pembakaran
Digunakan
pada ventilasi udara dari cerobong yang didalamnya terdapat organisme yang
menginfeksi sedang dipindahkan (Volk and Wheeler, 1989).
Upaya untuk
membebaskan udara dalam ruangan dari mikroba .Saat ini telah banyak dijual penyejuk udara/ AC dengan kemampuan anti
mikroba. Cara sterilisasi udara yang digunakan pada penyejuk udara tersebut
antara lain sebagai berikut:
1.
Mengalirkan udara melalui filter yang mengandung Leuconostoc Citreum
(bahan efektif untuk menangkal avian influenza dari tumbuhan kimchii), Ag-Z
(nano silver zeolite), Houttuyina (tumbuhan obat alami dari Korea),
dan Triclosan (pembunuh jamur, bakteri, dan kuman). Keempat zat kimia itu
akan bekerja secara efektif membunuh semua jenis bakteri, kuman, dan virus flu
burung.
2.
Mengalirkan udara melewati tetesan air yang telah dialiri arus listrik.
3.
Mengalirkan udara melewati ion perak.
BAB III
KESIMPULAN
Pemindahsebaran mikroorganisme melalui udara
serimg dinamakan infeksi asal udara dan infeksinya dittulakan melalui udara.
Wahana pemindahsebaran ini adalah tetesan air liur, sekresi pernafasan lain,
debu tercemar dan fomit (benda mati yang tercemat oleh pathogen dan membantu
penyebaranya). Penyebaran infeksi asal debu, dapat menjadi bertambah bila orang
bergerak ketempat-tembat dengan fentilasi yang kurang baik. Setiap kegiatan
yang menimbulkan debu, seperti melepskan pakaian, mengatur tempat tidur, menyapu
lantai menambah resiko infeksi asal debu.
Beberapa penyakit asal udara tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia.
Penularan mikroba ini, bergantung pada pemindah sebaran asal udara yang cepat
dari satu orang ke orang lain, kadang-kadang dengan pemindahan langsung seperti
melalui ciuman. Misal virus campak. Namun mikroba lain, seperti bakteri
tuborkulosis dapat bertahan hidup untuk jangka waktu lama di luar tubuh.
BAB IV
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,Iqbal.2012.Mikroorganisme Udara.http://iqbalali.com/2008/04/28/ada-mikroba-di-udara/
akses 10 Juli 2012
Anonymous.2012.Mikroorganisme
Udara. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2011/07/bab-1-alat-alat-dalam-laboratorium.html
akses 11 Juli 2012
akses
11 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar