BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Makhluk
hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroorganisme atau jasad renik.
Jasad renik disebut sebagai mikroorganisme bukan hanya karena ukurannya yang
kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya
yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak
dapat melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Selmikroba umumnya hanya
dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada mikroba
yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar, misalnya
fungi. Secara garis besar makhluk hidup digolongkan menjadi dunia tumbuhan (plantae)
dan dunia binatang (animalia). Makhluk hidup yang ukurannya besar dengan mudah dapat
digolongkan kedalam plantae atau animalia, tetapi mikroorganisme yang ukurannya
sangat kecil ini sulit untuk digolongkan ke dalam kingdom plantae atau animalia. Selain karena ukurannya,
sulitnya penggolongan juga disebabkan adanya mikroba yang mempunyai sifat antara
plantae dan animalia.
Perkembangbiakan
mikroorganisme sendiri sangatlah bervariasi. Ada yang dapat berkembang biak secara aseksual maupun seksual.
Perkembangbiakan mikroorganisme pada dasarnya sama dengan perkembangbiakan makhluk
hidup yang lain, yakni membutuhkan tempat
dan kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat bereproduksi secara optimal.
Kondisi yang sesuai ini dicapai dengan berbagai
metode muilai dari yang sederhana sampai yang sulit, ada yang harus diatur sedemikian rupa sehingga baru dapat
tumbuh, ada pula yang dengan kondisi pada umumnya sudah dapat tumbuh.
Berbagai
kemungkinan potensi reproduksi mikroba yang dapat terjadi di berbagai lingkungan
membuat kita harus waspada ketika mikroorganisme yang tumbuh berpotensi untuk merugikan atau membahayakan
kehidupan manusia. Kita perlu mempelajari
berbagai siklus reproduksi pada berbagai jenis mikroorganisme (bakteri,
cendawan, protozoa, algae dan virus) ini dengan tujuan agar dapat memanfaatka nmikroorganisme terkait siklus
reproduksinya serta dapat mengurangi resiko yang ada terhadap jenis-jenis bakteri
yang merugikan.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
¾
Bagaimana proses
reproduksi pada bakteri?
¾
Bagaimana proses
reproduksi pada cendawan/fungi?
¾
Bagaimana proses reproduksi
pada protozoa?
¾
Bagaimana proses reproduksi
pada algae?
¾
Bagaimana proses reproduksi
pada virus?
1.3.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
¾
Untuk mengetahui proses
reproduksi pada bakteri?
¾
Untuk mengetahui proses
reproduksi pada cendawan/fungi?
¾
Untuk mengetahui proses
reproduksi pada protozoa?
¾
Untuk mengetahui proses
reproduksi pada algae?
¾
Untuk mengetahui proses
reproduksi pada virus?
1.4.
Manfaat
Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
¾
Bagi mahasiswa diharapkan
makalah ini dapat memberikan gambaran tentang proses reproduksi pada berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, cendawan, protozoa, algae dan virus.
BAB II
TINJUAN
PUSTAKA
A.
Reproduksi
Bakteri
Bakteri bereproduksi secara vegetatif dengan
membelah diri secara biner. Pada lingkungan yang baik bakteri dapat membelah
diri tiap 20 menit. Pembuahan seksual tidak dijumpaipada bakteri, tetapi
terjadi pemindahan materi genetik dari satu bakteri ke bakteri lain tanpa
menghasilkan zigot. Peristiwa ini disebut proses paraseksual. Ada tiga proses
paraseksual yang telah diketahui, yaitu transformasi, konjugasi, dan
transduksi. (Anonimous, 2011)
Menurut Pelczar
(2008) Proses reproduksi paling umum di dalam daur pertumbuhan yang biasa pada
populasi bakteri ialah pembelahan biner melintang. Pembelahan biner melintang
adalah suatu proses reproduksi aseksual; setelah pembentukan dinding sel
melintang maka satu sel tunggal membelah menjadi dua sel, dan disebut sel anak.
Pembagian
sel dengan cara membelah umum terjadi pada semua sel yang sedang tumbuh aktif
pada tumbuhan dan hewan. Namun, pada tumbuhan dan hewan multiselular, pembagian
sel secara aseksual hanya mengakibatkan pertumbuhan individu tumbuhan atau
hewan itu. Pada bakteri, proses tersebut mengakibatkan terbentuknya dua
organisme baru; masing- masing lalu dapat mengulangi lagi proses tersebut,
sebagaimana tampak pada gambar 6-4.
B.
Reproduksi
Fungi
Menurut
Pelczar (2008) Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan spesies
dibentuk dalam jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual:
1. Konidiospora
atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium.
Konidium yang besar lagi bersel banyak dinamakan makrokonidium. Konidium
dibentuk diujung atau disisi suatu hifa.
2. Sporangiospora.
Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di
ujung hifa khusus (sporangiosfor). Aplanospora ialah sporangiospora noonmotil.
Zoospora ialah sporangiospora yang motil, motilitasnya disebabkan oleh adanya
flagelum.
3. Oidium
atau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel – sel
hifa.
4. Klamidospora.
Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap keadaan
yang buruk, terbentuk dari sel – sel hifa somatik.
5. Blastospora.
Tunas atau kuncup pada sel 0 sel khamir disebut blastopora.
Spora
seksual, yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus, terbentuk sedikit lebih
jarang, lebih kemudian, dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan
spora aseksual. Juga, hanya terbentuk dalam keadaan tertentu.
Seksual
:
1. Askospora.
Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundi atau kantung yang dinamakan
askus. Biasanya terdapat delapan askospora didalam setiap askus.
2. Basidiospora.
Spora bersel satu ini terbentuk diatas struktur berbentuk gada yang dinamakan
basidium.
3. Zigospora.
Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung –
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia, pada
beberapa cendawan melebur.
4. OOspora.
Spora ini terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium.
Pembuahan telur, atau oosfer, oleh gamet jantan yang terbentuk didalam
anteredium mengjasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau dua
beberapa oosfer.
Meskipun
suatu cendawan tunggal dapat membentuk spora aseksual dan seksual dengan
beberapa cara pada waktu yang berlainan dan dalam keadaan yang berbeda,
struktur serta metode pembentukan spora-spora itu cukup konstan untuk digunakan
dalam identifikasi dan klasifikasi.
C.
Reproduksi
Protozoa
Protozoa
berkembang biak melalui berbagai proses aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual berlangsung dengan pembelahan sel atau pembagian sel. Anak – anak sel
dapat berukuran sama atau tak sama. Jika ada dua sel anak, maka proses pembagiannya
ialah pembelahan biner, jika terbentuk banyak sel maka berlangsung pembelahan
bahurangkap (multiple fission). Pembelahan dapat terjadi secara melintang atau
secara membujur sepanjang selnya. Bertunas (berkuncup, yaitu suatu bentuk
reproduksi aseksual, juga umum.
Reproduksi
seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa. Konjugasi, yang merupakan
penyatuan fisik sementara antara dua individu yang dibarengi dengan pertukaran
bahan nukleus, hanya dijumpai pada siliata.
Beberapa
protozoa mempunya daur reproduksi yang rumit, sebagian dari padanya harus
berlangsung dalam inang vertebrata sedangkan sebagian lagi harus terjadi dalam
inang – inang lain. Sebagai contoh, banyak spesies tripanosoma menghabiskan
sebagian daur hidupnya dalam sistem peredaran inang – inang vertebrata dan
sebagian lagi dalam avertebrata pengisap darah, seperti misalnya serangga Pelczar
(2008).
D.
Reproduksi
Algae
Alga
bereproduksi melalui dua cara yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi melalui pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan zoospora.
Reproduksi secara seksual terjadi melalui isogami dan oogami.
a. Reproduksi
Aseksual
Reproduksi
aseksual terjadi melalui pembelahan sel menghasilkan dua sel anak yang
masing-masing akan menjadi individu baru. Reproduksi dengan cara pembelahan sel
umumnya terjadi pada alga bersel tunggal. Alga berbentuk koloni tanpa filamen
atau yang berbentuk filamen umumnya bereproduksi melalui fragmentasi.
Fragmentasi adalah terpecah-pecahnya koloni menjadi beberapa bagian.
Selain melalui
pembelahan sel dan fragmentasi, alga juga dapat bereproduksi melalui
pembentukan zoospora. Zoospora merupakan sel tunggal yang diselubungi oleh
selaput dan dapat bergerak atau berenang bebas dengan menggunakan satu atau
lebih flagela. Setiap zoospora merupakan calon individu baru.
b. Reproduksi
Seksual
Reproduksi
seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot dan tumbuh menjadi
individu baru. Terdapat dua tipe reproduksi seksual, yaitu isogami dan oogami.
Pada tipe
isogami, gamet jantan dan gamet betina berukuran sama besar dan umumnya dapat
bergerak. Jika zigot hasil peleburan gamet betina dengan jantan mengalami
dormansi, maka disebut zigospora.
Pada tipe
oogami, ukuran gamet jantan berbeda dengan ukuran gamet betina. Gamet betina atau
telur berukuran besar dan tidak bergerak, sedangkan gamet jantan berukuran
kecil dan dapat bergerak. Jika zigot yang terbentuk tidak berkecambah tetapi
mengalami dormansi, maka disebut oospora (Raven et al. 2005; Solomon et
al. 2005).
E.
Reproduksi
Virus
Untuk
berkembang biak virus memerlukan tempat atau lingkungan yang hidup. Oleh karena
itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk
bereproduksi.
Ada dua
macam cara virus menginfeksi bakteri, yaitu secara litik an secara lisogeni. Pada
infeksi secara litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil
melakukan reproduksi, sedangkan pada infeksi secara lisogenik,virus tidak
menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintregasi dengan DNA sel bakteri,
sehingga jika bakteri membelah atau berkembang biak virus pun ikut membelah.
Pada prinsipnya cara
perkembangbiakan virus pada hewan maupun pada tumbuhan mirip dengan yang
berlangsung pada bakteriofag, yaitu melalui fase adsorpsi, sintesis, dan lisis.
(Anonimous, 2011)
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
REPRODUKSI
DAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
A.
REPRODUKSI MIKROORGANISME
Perkembangbiakan
mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Yang paling banyak
terjadi adalah perkembangbiakan aseksual. Pembelahan aseksual terjadi dengan :
1. Pembelahan biner ( binary
fission).
pembelahan biner
adalah pembelahan dari satu sel induk membelah menjadi dua sel
anak. Kemudian masing-masing sel
anak membentuk dua sel anak lagi dan seterusnya.
2. Pembelahan ganda (multiple
fission).
Pembelahan ganda
(Multiple fission) adalah pembelahan satu sel induk menjadi beberapa sel anak.
Contohnya pada Paramaecium sp.
3. Perkuncupan (budding)
A.1
Reproduksi Pada Bakteri
Reproduksi
Bakteri ialah perkembang-biakan bakteri. Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual. Pembiakan secara aseksual
dilakukan dengan pembelahan, sedangkan pembiakan seksual dilakukan dengan cara transformasi, transduksi , dan konjugasi.
Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda
dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada
eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran
materi genetika ( rekombinasi genetik ).
Berikut ini beberapa cara pembiakan
bakteri:
1. Vegetatif/Aseksual
a.
Pembelahan Biner
Perbanyakan sel
dengan cara ini, kecepatan pembelahan sel ditentukan dengan waktu generasi. Waktu generasi adalah waktu
yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah
, dimana dalam pembelahannya bervariasi tergantung dari spesiesdan 3 kondisi
pertumbuhan. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan biner
melintang yaitu suatu proses reproduksi aseksual, setelah pembentukan dinding
sel melintang, maka satu sel tunggal membelah menjadi
dua sel yang disebut dengan sel
anak. Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut:
1. Fase pertama, sitoplasma
terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan
diikuti oleh dinding melintang.
3. Fase ketiga, terpisahnya kedua
sel anak yang identik.
Ada bakteri yang segera berpisah
dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan
setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni. Pada keadaan
normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika
pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel.
b.
Para Seksual
1. Transformasi
Merupakan
pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain. Pada
proses transformasi tersebut ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti
sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak
langsung. Cara transformasi ini hanya terjadi pada beberapa spesies saja, .
Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan
Pseudomonas. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya
ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia
dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah
menjadi kebal 5 antibiotik karena transformasi Proses ini pertama kali
ditemukan oleh Frederick Grifith tahun 1982.
2. Transduksi
Merupakan
pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu ke bakteri lain dengan
perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN dipisahkan dari sel
bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri). Bila
virus – virus baru sudah terbentuk dan
akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang nonvirulen
(menimbulakan respon lisogen) memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN inangnya,
Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk
profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa
sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua
macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle).
Proses inilah yang dinamakan Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton
Zinder dan Jashua Lederberg pada tahun 1952.
c.
Reproduksi Seksual/generatif
Konjugasi
Merupakan
pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain melalui suatu kontak langsung. Artinya, terjadi
transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung
pilus. Ujung pilus akan melekat pada sel penerima dan ADN dipindahkan melalui pilus tersebut.
Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan ( transfer
faktor = faktor F )
A.2 Reproduksi
Fungi.
Secara umum
fungi dikelompokkan menjadi kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium,
sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal
dan tak berfilamen. Reproduksi kapang dilakukan secara seksual dan aseksual.
Secara aseksual dilakukan dengan :
1. Pembelahan
( suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa).
2. Penguncupan
(suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inang).
3. Pembentukan
spora.
Ada beberapa macam spora aseksual
yaitu :
1. Spora
yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok-kelompok
kecil, masing-masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel tempat
terbentuknya spora disebut sporangium, dan spora tersebut disebut
sporangiospora.
2. Spora yang terjadi karena ujung suatu hifa
berbelah-belah seperti tasbih disebut konidiospora.
Sporanya disebut konidia sedangkan tangkai terdapatnya konidia disebut
konidiofor.
3. Pada
beberapa bagian-bagian miselium dapat
membesar serta berdinding tebal, bagian ini merupakan alat perkembangbiakan
yang disebut klamidiospora.
4. Bila bagian miselium tidak menjadi besar
seperti aslinya, maka bagian ini disebut artospora,, oidiospora atau oidia
saja.
Secara umum reproduksi
seksual dapat dilakukan dengan peleburan nu.kleus dari kedua
induknya. Perkembangbiakan secara
seksual dilakukan dengan isogamet atau heterogamet. Isogamet (bila perbedaan
morfologi jenis kelamin belum nampak) namun ada beberapa spesies yang nampak
perbedaan gamet besar dan kecil ( mikrogamet untuk sel jantan ) ( makrogamet
untuk betina). Beberapa macam tipe spora seksual yaitu :
1. Askospora
( spora bersel satu terbentuk didalam kantung yang disebut askus. Biasanya
terdapat 8 askospora didalam setiap askus).
2. Basidiospora
(spora bersel satu berbentuk gada yang dinamakan basidium).
3. Zigospora
(spora besar dan berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa
secara seksual serasi dinamakan gametangia).
4. Oospora
(spora terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut oogonium.
Pembuahan
telur atau oosfer oleh gamet jantan di anteridium menghasilkan oospora.
Dalam
setiap oogonium terdapat satu atau lebih oosfer).
A.3 Reproduksi Protozoa.
Reproduksi yang
dibahas disini adalah Protista yang termasuk dalam subkingdom protozoa. Protozoa berkembang biak secara
seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual berlangsung dengan pembelahan sel.
Anak-anak sel dapat berukuran sama atau
tidak sama. Jika ada dua sel anak maka proses pembelahannya adalah pembelahan
biner; jika terbentuk banyak anak sel maka berlangsung pembelahan ganda.
Pembelahan dapat terjadi secara melintang atau secara membujur sepanjang
selnya. Bentuk reproduksi aseksual umum adalah dengan cara bertunas atau
berkuncup.Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa. Konjugasi merupakan salah satu reproduksi seksual dengan cara
penyatuan fisik antara dua individu yang dibarengi dengan pertukaran bahan nukleus, ini hanya dijumpai pada ciliata.
Beberapa protozoa yang lain memiliki daur reproduksi yang rumit, sebagian
berlangsung didalam inang vertebrata dan sebagian pada inang-inang yang lain.
Sebagai contoh, banyak spesies Trypanosoma menghabiskan sebagian daur hidupnya dalam peredaran darah
inang-inang vertebrata dan sebagian lagi dalam avertebrata pengisap darah,
misalnya serangga.
A.4
Reproduksi Algae.
Alga berkembang
biak secara seksual dan aseksual.
Beberapa spesies terbatas pada salah satu proses tersebut, tetpai banyak yang
mempunyai daur hidup yang rumit yang mencakup kedua macam reproduksi. Reproduksi aseksual mencakup
pembelahan biner sederhana. Organisme ganggang yang baru dapat dimulai dari
suatu fragmen yang terlepas dari organisme multiseluler yang tua. Tetapi
kebanyakan reproduksi melibatkan spora-spora uniseluler, diantaranya akinet.
Spora aseksual alga aquatik berflagella dan motil disebut zoospora. Sedangkan
alga yang hidup didarat memiliki spora nonmotil atau aplanospora.
Semua
bentuk reproduksi seksual dijumpai pada
semua alga. Dalam proses ini terjadi konjugasi gamet yang
menghasilkan zigot. Jika gamet-gamet itu morfologinya serupa dinamakan isogami.
Jika gamet-gamet ini berbeda ukuran dinamakan heterogami. Pada 8bentuk alga
tingkat tinggi sel-sel seksual menjadi lebih mudah dicirikan antara yang jantan
dan betina. Ovum berukuran besar dan
nonmotil sedangkan sperma kecil dan motil dengan aktif, proses ini
dinamakan oogami. Jika gamet jantan dan betina terdapat pada individu yang
sama, maka spesies itu disebut biseksual. Jika gamet jantan dan betina dibentuk
oleh individu yang berlainan maka individu tersebut dinamakan uniseksual.
A.5
Reproduksi Virus.
Karena memiliki
substansi genetik, virus dapat melakukan reproduksi atau replikasi. Virus hanya
bisa bereproduksi di dalam sel/jaringan yang hidup. Reproduksi virus terjadi dengan
cara penggandaan materi genetik inang yang disebut replikasi. Virus membutuhkan
bahan-bahan dari sel makhluk lain untuk bereplikasi (bereproduksi). Replikasi
virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
a. Siklus Litik
Cara reproduksi virus yang utama
menyangkut penghancuran sel inangnya. Siklus
litik, secara umum mempunyai tahap:
1. Adsorbsi:
Penempelan virus pada inang.
2. Injeksi/Penetrasi:
virus melubangi membran sel inang dengan enzim lisozim. Setelah berlubang,
virus akan menyuntikkan materi genetiknya kedalam sitoplasma sel inang.
3. Sintesis/Replikasi:
Materi genetik dari virus akan menonaktifkan materi genetik sel inangnya, kemudian
mengambil alih kerja sel inang. DNA
dari virus, akan menjadikan sel inang sebuah tempat pembentukan virus baru.
4. Perakitan:
Molekul-molekul protein (DNA) yang telah terbentuk kemudian diselubungi oleh
kapsid, berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus.
5. Litik/Lisis/Pembebasan:
Virus-virus yang telah matang akan berkumpul pada membran sel dan menyuntikkan
enzim lisosom untuk menghancurkan membran sel. Sel yang membrannya hancur itu
akhirnya akan mati.
b. Siklus Lisogenik
Pada siklus ini
sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus. Tahap
penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus. Siklus lisogenik meliputi
tahapan:
1. Adsorbsi
2. Injeksi
3. Penggabungan
4. Pembelahan
5. Sintesis
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Setelah membaca
dari beberapa sumber yang kami dapatkan dari internet, Bakteri bereproduksi secara vegetatif dengan membelah diri
secara biner. Pada lingkungan yang baik bakteri dapat membelah diri tiap 20
menit, dan pada Fungi Secara umum dikelompokkan menjadi kapang dan
khamir. Kapang merupakan fungi yang
berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi
bersel tunggal dan tak berfilamen.
Reproduksi kapang dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi virus
terjadi dengan cara penggandaan materi genetik inang yang disebut replikasi.
Virus membutuhkan bahan-bahan dari sel makhluk lain untuk bereplikasi
(bereproduksi). Replikasi virus secara umum terbagi menjadi daur litik dan
lisogenik. Selanjutnya pada reproduksi Protista yang termasuk dalam
subkingdom protozoa. Protozoa berkembang
biak secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual berlangsung dengan
pembelahan sel. Anak-anak sel dapat
berukuran sama atau tidak sama. Jika ada dua sel anak maka proses
pembelahannya adalah pembelahan biner; jika terbentuk banyak anak sel maka
berlangsung pembelahan ganda. Dan yang terkahir adalah Alga, Alga berkembang
biak secara seksual dan aseksual.
Beberapa spesies terbatas pada salah satu proses tersebut, tetpai banyak yang
mempunyai daur hidup yang rumit yang mencakup kedua macam reproduksi.
4.2.
Saran
Pada pengamatan
reproduksi mikroorganisme harus memperhatikan cirri atau spesies dari
mikroorganisme tersebut, karena pada setiap mikroorganisme mempunyai cara dan
lama proses bereproduksi yang berbeda-beda. Dengan mengamati hal tersebut maka
kita dapat memehami lebih dalam tentang Bab Pembelajaran “Reproduksi
Mikroorganisme” ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous. 2011. ANATOMI DAN MORFOLOGI BAKTERI, JAMUR & VIRUS. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/anatomi-dan-morfologi-bakteri-jamur-virus/
Michael J.Pelczar, Jr., dan E.S.C. Chan.2008.Dasar-dasar
Mikrobiologi.UI-Press:Jakarta.
Winarsih S. 2011.
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME . PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
PASCASARJANAUNIVERSITAS PALANGKARAYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar