BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Pembangunan peternakan di Indonesia
memiliki prospek yang cerah dimasa yang akan datang, hal ini disebabkan karena
besarnya jumlah penduduk sehingga secara matematis permintaan akan produk
peternakan seperti daging, telur dan susu akan semakin meningkat pula. Salah
satu sub sektor peternakan yang berperan dalam penyediaan protein hewani adalah
dibidang perunggasan. Telur merupakan salah satu bahan pangan hewani yang
paling lengkap gizinya. Kandungan gizi telur ayam dengan berat 50 gram terdiri dari protein 6,3 gram,
karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral.
Permintaan terhadap telur yang tinggi oleh masyarakat mengakibatkan
peternakan ayam skala kecil, menengah dan industri ayam modern tumbuh pesat.
Untuk memenuhi kebutuhan telur sebagai sumber protein hewani, peternak tidak
hanya memproduksi telur ayam ras tersebut dalam jumlah yang banyak, tapi perlu
untuk mengetahui strategi pemasaran yang baik demi kelancaran penyaluran telur
ayam hingga ke konsumen. Penjualan merupakan fungsi sub-sistem pemasaran. Usaha
penjualan mencakup serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam proses pemindahan
hak milik produk dari produsen atau lembaga perantara pemasaran yang mempunyai
hak kepemilikan kepada konsumen.
Untuk mewujudkan sistem pemasaran yang
baik, para peternak pada industri peternakan ayam ras petelur di Dusun. Barang
Genitri Desa. Kedungrejo Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang menjual telur ayam
rasnya melalui beberapa cara yaitu ada yang langsung menjual ke konsumen (jalur
pendek), ada pula yang menggunakan jasa perantara (jalur panjang) seperti lembaga
pemasaran yang dapat terdiri dari pedagang pengumpul, pasar tradisional,
poultry shop, pedagang pengumpul besar/agen, dan rumah makan/restoran. Harga
jual telur dari peternak ditentukan berdasarkan kesepakatan harga antara
peternak dengan konsumen atau lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem
pemasaran.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan
usaha peternakan ayam petelur.
2. Mengetahui kelayakan finansial pendirian sebuah usaha
peternakan ayam petelur.
3. Memahami gambaran
umum ekonomi, perilaku dan
kinerja kelembagaan usaha ternak ayam ras petelur.
1.3
Manfaat
1.
Memberikan wawasan
kepada mahasiswa mengenai kelayakan sebuah usaha peternakan ayam petelur.
2.
Memahami tentang
kelayakan finansial sebuah usaha peternakan baik itu berupa modal, pendapatan,
dan keuntungan.
3. Mahasiswa
dapat menambah pengalaman serta relasi dengan peternak ayam ras petelur.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Wawasan
Pembangunan Peternakan merupakan komponen
penting dalam pembangunan pertanian. Menurut Halim (2007), bahwa
pembangunan sub sektor
peternakan merupakan bagian
integral dari pembangunan sektor
pertanian. Dari pengalaman
empiris menunjukan bahwa tidak
ada satu negarapun
yang berkelanjutan digerakan
oleh sektor industri
dan jasa berbasis teknologi
modern tanpa didahului
dengan pembangunan sektor pertanian yang tangguh. Pengembangan
sub sektor peternakan harus di mulai
dari cara pandang terhadap
peternakan itu sendiri.
Berdasarkan pendapat Saragih (2008), menyatakan bahwa jika selama
ini peternakan harus di pandang dari aspek budidaya pada
tingkat budidaya peternakan
saja, maka pada
era industrialisasi peternakan
harus dilihat secara keseluruhan sebagai
suatu konsep agribisnis dan
agroindustri berbasis peternakan
sebagai sektor pemimpin.
Menurut Soehadji (2004),
pembangunan peternakan yang semula hanya hanya menitikberatkan pada
budidaya ternak harus
diperluas.
Peternakan harus
dipandang sebagai industri biologis yang
dikendalikan manusia. Komponen
peternakan meliputi peternak sebagai subjek
pembangunan yang harus
ditingkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Ternak
sebagai objek yang
harus ditingkatkan produksi
dan produktivitasnya. Lahan
sebagai basis ekologi
pendukung pakan lingkungan budidaya dan teknologi sebagai satu rekayasa
(teknis dan sosio ekonomis) untuk mencapai tujuan.
Selanjutnya Zaenal Fanani (2006)
menerangkan bahwa tujuan pembangunan
peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan peternak, terpenuhinya
konsumsi pangan asal
ternak, tersedianya bahan baku
industri dan ekspor,
menciptakan peluang kerja
dan kesempatan berusaha,
meningkatkan peran kelembagaan serta keseimbangan pemanfaatan dan
pelestarian sumber daya
alam akan terwujud
dengan strategi pembangunan peternakan yang
terarah. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka perlu
dilakukan pendekatan sistem agribisnis.
Kondisi pertanian akan tetap didominasi oleh pertanian rakyat. Untuk
dapat berdampingan dengan
perusahaan besar petani
perlu dibina terutama
dalam penguasaan teknologi, akses
terhadap sumber permodalan,
sehingga dapat hidup berdampingan melalui
pemilikan saham secara
bersama. Ini berarti masing-masing sub sistem agribisnis dapat berkembang
saling menguntungkan dan saling membutuhkan. Pembangunan pertanian harus dapat
mengembangkan keseluruhan sub sistem dalam sistem agribisnis ini secara simultan
dan harmonis, dengan tetap memperhatikan
keunikan masing-masing sub sistem
yang terlibat dalam
proses modernisasi pertanian.
Telur adalah komoditi ekonomi, karena
memang ada permintaannya. Tetapi permintaan konsumen terhadap telur ini
dipengaruhi selera, dan selera ini dipengaruhi antara lain, oleh tingkat
pendidikan konsumen itu. Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan
jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan
tertentu. Periode waktu tersebut dapat satu tahun dan keadaan-keadaan yang
harus diperhatikan antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang
lain, pendapatan konsumen, dan lain-lain (Rasyaf, 2001).
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina
dewasa yang dipelihara khusus untukdiambil telurnya. Asal mula ayam unggas
adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara
serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah
dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada
produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya
maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam
yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur
dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna
kulit telur hingga kemudian dikenal ayam
petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan
dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti
yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan
sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal
dengan ayam petelur unggul (Warintek, 2010)
Konsumen akan membuat keputusan dalam
hal pemilihan membeli suatu barang. Keputusan itu meliputi pilihan produk,
merek, waktu pembelian, jumlah pembelian, dan tempat pembelian seperti pasar
tradisional atau pasar swalayan. Konsumen akan mencari informasi mengenai
pilihan akan keputusannya tersebut (Sumarwan, 2005). Penjual/pedagang dapat
memilih antara menjual barang itu untuk mendapatkan uang atau menahan barangnya
untuk dipakai sendiri. Keinginan atau keseganan penjual menahan barangnya
menentukan permintaan akan barangnya sendiri. Dan fungsi penawaran merupakan penawaran
yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu harga barang bersangkutan, biaya produksi, harga faktor
produksi, teknologi, harga produksi komoditas lain dan jumlah
pedagang/produsen.
Pada
kenyataannya usaha peternakan ayam petelur merupakan usaha yang secara cepat
dapat menghasilkan protein hewani dan 4 dengan harga yang relatif lebih murah
bila dibandingkan usaha ternak lainnya, maka siklus perputaran usaha ini sangat
besar dan cepat. Namun demikian usaha peternakan ayam petelur tersebut masih
sangat fluktuatif harganya karena komponen yang mendukung proses produksinya
sangat bergantung pada keadaan ekonomi global dunia. Sehingga usaha peternakan
ayam petelur sangat rentan dalam perkembangannya, karena itu peluang untuk
mendapat keuntungan ataupun kerugian juga sangat besar kemungkinannya (Sunaryo Hadi, 2009).
Upaya memperoleh keuntungan yang besar dan berkelanjutan
merupakan sasaran utama bagi semua kegiatan usaha termasuk di dalamnya usaha peternakan
ayam petelur, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku
usaha peternakan ayam petelur tersebut. Untuk mencapai sasaran tersebut perlu
adanya langkah upaya, salah satu diantaranya dengan mengetahui kelayakan suatu
usaha peternakan ayam petelur. Berpijak dari keadaan di atas maka diperlukan
suatu analisis untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan dari suatu
usaha peternakan ayam petelur.
Teknik
Pengumpulan Data
Kegiatan
yang telah dilakukan dalam pengumpulan data adalah melakukan observasi lapangan
dengan cara melihat langsung keadaan usaha peternakan yang menjadi objek
kegiatan serta melakukan wawancara dengan pemilik peternak berkaitan dengan
kegiatan usaha peternakannya yang meliputi tatalaksana pemeliharaan serta
biaya-biaya yang digunakan dalam usaha peternakan ayam ras petelur yang
dikelola. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang
mencakup keadaan umum wilayah dan keadaan usaha peternakan, manajemen
pemeliharaan serta biaya-biaya yang dikeluarkan peternak serta diklasifikasikan
sesuai pokok yang dikaji dan dibuat dalam bentuk tabel, kemudian dilakukan
analisa secara kuantitatif.
BAB
III
HASIL
OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A.
Identitas
Peternak
Nama peternak : Pak M. Amin
Umur peternak : 26 tahun
Alamat peternak : Dusun.
Barang Genitri Desa. Kedungrejo Kec.Pakis
Jumlah keluarga dalam satu
rumah : 4 orang
B.
Identitas Peternakan
Nama peternakan : UD AMANAH
Tahun berdirinya : Akhir Desember 2010
Sejarah berdirinya :
Komoditi peternakan : Ayam Ras Petelur
Jumlah komoditi : 2000 = 120kg/hari
Asal Pullet : Surya Unggas
Harga pullet : Pullet Rp 60.000/ekor
C.
Manajemen Pemeliharaan
Pakan : Coomfeed
Jenis pakan yang
diberikan : 1000 ekor = 1,2 kwintal
Jumlah pemberian pakan : 1,2 kuintal/hari
Waktu pemberian pakan : Pukul 07.00 dan Pukul 15.00
Asal pakan : Coomfeed
Harga pakan : Rp 425.000 (Rp 4250
/kg)
D.
Kandang
Jenis kandang : Baterai bambu
Bahan kontruksi kandang
:
Bambu
Tempat pemberian pakan :
Dari bambu dan kayu
Tempat pemberian minum :
Paralon yang disalurkan melalui kran
Luas bangunan kandang :
L= 3m p=21m x 3 =
Jarak kandang dengan perumahan
: -/+ 1 meter
E.
Vaksin dan obat-obatan
Penyakit yang pernah menyerang
: Pilek ringan
Vaksin dan obat yang
digunakan : Medion
Harga vaksin dan obat : Rp 35.000 /1000ekor
Waktu pemberian :1 bulan
Jumlah yang diberikan : ND/bulan AI/3 bulan sekali
F.
Sanitasi
Perlengkapan sanitasi : Dengan pengobatan
tetes/25/ekor
Jangka waktu pembersihan
kandang : 2 bulan sekali
Ada tidaknya penerangan/sumber
air : Ada
G.
Pemasaran
dan pendapatan
Lokasi pemasaran : Area
Malang, Jember, Probolinggo
Penanganan terhadap telur
rusak : Dibagikan ke tetangga/dijual
kembali
Harga jual telur bagus dan
rusak : Telur bagus
11- 15 ribu dan telur yang jelek kisaran 10 ribu
Jumlah telur yang mampu
dihasilkan : 120 kg/hari
Penanganan terhadap ayam
afkir : Dijual
Harga jual ayam afkir : Mengikuti
harga ayam broiler
Harga jual kotoran
manure : Rp 15.000/karung
Keuntungan per bulan : : Rp 25.000.000
Hari
|
Jumlah
ayam
|
Konsumsi 150gr/ekor
|
Produksi telur/butir
|
Berat
telur/gram
|
FCR
|
1
|
2160
|
270.000
|
1800
|
112.500
|
2,4
|
2
|
2160
|
270.000
|
1875
|
117.187
|
2,3
|
3
|
2160
|
270.000
|
1966
|
122.875
|
2,19
|
4
|
2158
|
269.750
|
1899
|
118.687
|
2,27
|
5
|
2158
|
269.750
|
2006
|
125.375
|
2,15
|
6
|
2157
|
269.250
|
1750
|
109.375
|
2,46
|
7
|
2156
|
269.500
|
1800
|
112.500
|
2,39
|
Total
|
15.109
|
1.618.625
|
13.176
|
818.499
|
|
FCR
= KONSUMSI PAKAN/PRODUKSI TELUR
FCR 1 = 270.000/112.500
= 2,4
FCR 2 = 270.000/117.187
= 2,3
FCR 3 = 270.000/122.875
= 2,19
FCR 4 =
269.750/118.687
= 2,27
FCR 5 = 269.750/125.375
= 2,15
FCR6 = 269.250/109.375
= 2,46
FCR7 = 269.500/112.500
= 2,39
HHP
= PRODUKSI TELUR/TOTAL JUMLAH AYAM
= 13.176/15.109
= 0,872
3.1 Karakteristik Responden dan
Usaha Pemeliharaan Ayam Petelur
Pada
Praktikum yang saya lakukan pada tanggal 1 Maret 2013 dilakukan observasi
kepada responden yang bernama Bapak
M. Amin yang beralamat di Dusun. Barang Genitri Desa. Kedungrejo Kecamatan
Pakis, Kabupaten Malang. Alamat peternakan tersebut berdampingan dengan
rumahnya yang hanya berjarak kurang lebih 2 meter. Bapak M. Amin berumur 26 dan
beliau sekarang sedang menempuh Studi S1 Program Ekstensi di Universitas Islam
Malang. Anggota keluarga beliau dalam satu rumah berjumlah 4 orang. Usia
Responden ini merupakan usia produktif dan masih muda di mana beliau masih
menempuh Pendidikan S1.
Usaha
yang dirintis oleh Bapak Amin ini dimulai pada akhir Desember 2010 dengan
sistem mandiri. Usaha ini berawal saat bangku SMA di pesantren ketika beliau
melakukan pengabdian Masyarakat ke peternak yang ada di desa, sejak itu
muncullah ide untuk merintis usaha peternakan ayam petelur. Beliau pertama kali
membeli bibit Pullet sebanyak 2000 ekor yang didatangkan dari Perusahaan Surya
Unggas dengan harga bibit Rp 60.000/ekor. Modal awal yang dikeluarkan Pak Amin
untuk merintis usaha ini dengan dana 90 Juta. Modal tersebut diperoleh dari
peminjaman Bank BRI. Dengan dana 90 Juta tersebut sudah digunakan untuk membuat
kandang, membeli bibit Pullet, dan pembelian pakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar