BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negosiasi merupakan proses untuk mencapai
kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik dari pihak-pihak tertentu
dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu
dengan yang lain.
Negosiasi
diperlukan dalam kehidupan manusia karena sifatnya yang begitu erat dengan
filosofi kehidupan manusia dimana setiap manusia memiliki sifat dasar untuk
mempertahankan kepentingannya, di satu sisi, manusia lain juga memiliki
kepentingan yang akan tetap dipertahankan, sehingga, terjadilah benturan
kepentingan. Padahal, kedua pihak tersebut memiliki suatu tujuan yang sama,
yaitu memenuhi kepentingan dan kebutuhannya.
Apabila
terjadi benturan kepentingan terhadap suatu hal, maka timbul lah suatu
sengketa. Dalam penyelesaian sengketa dikenal berbagai macam cara, salah
satunya negosiasi. Secara umum, tujuan dilakukannya negosiasi adalah
mendapatkan atau memenuhi kepentingan kita yang telah direncanakan sebelumnya
dimana hal yang diinginkan tersebut disediakan atau dimiliki oleh orang lain
sehingga kita memerlukan negosiasi untuk mendapatkan yang diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa pengertian negosiasi?
1.2.2
Apa tujuan negosiasi?
1.2.3
Bagaimana penentuan strategi negosiasi?
1.2.4
Apa saja tahapan negosiasi ?
1.2.5
Bagaimana persiapan negosiasi ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian negosiasi.
1.3.2
Untuk mengetahui tujuan negosiasi.
1.3.3
Untuk mengetahui cara menentukan
strategi negosiasi.
1.3.4
Untuk mengetahui tahapan negosiasi.
1.3.5
Untuk mengetahui persiapan negosiasi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Negosiasi
merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi
kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen kerjasama
dankompetisi. Termasuk di dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika
berkomunikasi, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu.
Negosiasi
adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat tanpa kita sadari dan terjadi
hampir di setiap aspek kehidupan kita dan merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
Negosiasi
merupakan cara yang lebih baik dalam mencari solusi dibanding dengan sebuah
pengadilan ataupun kekerasan. Untuk mendapatkan solusi terbaik, negosiasi dilakukan
dengan menjalin hubungan yang baik dan dengan professional.
Semua orang
memerlukan kemampuan negosiasi yang baik, karena negosiasi hampir setiap saat
terjadi tanpa kita sadari.
Negosiasi yang tidak efektif
dalam organisasi akan berdampak :
1. Tidak dapat mempertahankan
kontrol emosi dalam diri dan lingkungan
2. Tidak tercapainya tujuan
dikarenakan masing-masing pihak belum dapat mempunyai persepsi yang sama.
3. Timbulnya suatu konflik yang
menyebabkan hubungan menjadi kurang baik
4. Timbulnya stress pada orang
yang terlibat pada negosiasi.
5. High Cost dalam sisi waktu,
pikiran, tenaga dan biaya.
2.1Pendekatan Negosiasi:
1. Distributive Bargaining Strategy
Pendekatan
ini biasanya menghasilkan win-lose situation. Pendekatan ini tidak disarankan
untuk penyelesaian masalah atau persoalan sebaliknya dapat digunakan dalam
situasi jangka pendek. Pendekatan ini cocok untuk digunakan dalam situasi di
mana kita tidak berkesempatan untuk mendapatkan win-win solution. Hal tersebut
berlaku atau dapat dilakukan pada kondisi genting, di mana hubungan yang baik
dianggap tidak penting dibandingkan masalah yang dihadapi.
2.Integrative Bargaining Strategy
Pada saat
pihak negotiator yakin bahwa win-win solution dapat tercapai, tujuannya adalah
menghasilkan satu atau lebih solusi yang baik dan dapat diterima oleh kedua
belah pihak. Pendekatan ini hanya dapat dilakukan jika kedua belah pihak
sepakat untuk lebih mempertahankan hubungan yang baik. Pendekatan ini juga
membutuhkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan baik dan kreatif,
sehingga dapat menghasilkan sebuah tujuan yang dapat disetujui oleh kedua belah
pihak.
2.2Negosiasi dengan Hati
Pada dasarnya
negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali, mengelola dan mengendalikan
emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di antara kita
tidak menyadari bahwa negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada
di dalam hati atau jiwa seseorang. Ini seperti gambaran sebuah gunung es, di
mana puncak yang kelihatan merupakan hal-hal yang formal, tuntutan yang
dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau prosedur perusahaan, maupun hubungan
atau relasi bisnis yang didasarkan pada hitungan untung rugi.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh individual yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).
Jadi sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal, kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
2.3Langkah-langkah
Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh individual yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).
Jadi sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal, kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
2.3Langkah-langkah
Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian negosiasi
Negosiasi
adalah suatu cara bagi dua atau lebih pihak yang berbeda kepentingan baik itu
berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan dalam mencari kesepahaman
dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan dari masing-masing pihak
sehingga tercapai suatu kesepakatan atau kesepahaman kepentingan baik itu
berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan.
Negosiasi
menurut Suyud Margono adalah: “Proses konsensus yang digunakan para pihak untuk
memperoleh kesepakatan di antara mereka.” Negosiasi menurut H. Priyatna
Abdurrasyid adalah: “Suatu cara di mana individu berkomunikasi satu sama lain
mengatur hubungan mereka dalam bisnis dan kehidupan sehari-harihnya” atau
“Proses yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita ketika ada pihak lain
yang menguasai apa yang kita inginkan”
Sedangkan
negosiasi menurut Jaqueline M. Nolan-Haley adalah: “Negotiation may be
generally defined as a consensual bargaining process in which parties attempt
to reach agreement on a disputed or potentially disputed matterí.”
Terjemahan bebasnya adalah: “Negosiasi dapat diartikan secara umum sebagai
konsensual dari proses penawaran antara para pihak untuk mencapai suatu
kesepakatan tetang suatu sengketa atau sesuatu hal yang berpotensi menjadi sengketa.”
3.2
Tujuan negosiasi
Ø Tujuan agresif - berusaha memperoleh keuntungan dari
kerugian (damage) pihak lawan.
Ø Tujuan kompetitif - berusaha memperoleh sesuatu yang
lebih (getting more) dari pihak lawan ,
Ø Tujuan kooperatif - berusaha memperoleh kesepakatan
yang saling menguntungkan (mutual gain)
Ø Tujuan pemusatan diri - berusaha memperoleh keuntungan
tanpa memperhatikan penerimaan pihak lain,
Ø Tujuan defensif - berusaha memperoleh hasil dengan
menghindari yang negatif ,
Ø Tujuan kombinasi
3.3
Tahapan Negosiasi
Dalam
pelaksanaan negosiasi sesungguhnya tidak ada standardisasi proses atau tahapan
baku yang menjadi tolak ukur baik tidaknya negosiasi. Tahapan-tahapan negosiasi
dapat berkembang dengan sendirinya tergantung pada permasalahan yang dihadapi.
Meskipun demikian, secara umum proses bernegosiasi memiliki pola sama, yaitu
sebagai berikut.
1. Persiapan. Pada tahap ini,
negosiator mulai mengadakan kick off meeting internal untuk keperluan
pengumpulan informasi relevan yang lengkap, pembentukan tim apabila diperlukan.
Dalam rangka pembentukan tim, perlu diadakan “pembagian peran”, peran yang ada
biasanya adalah:
a. Pemimpin tim negosiator
dengan tugas memimpin tim, memilih dan menentukan anggota tim, menentukan
kebijakan khusus, dan mengendalikan anggota tim lainnya.
b. Anggota Kooperatif yang
menunjukan simpati kepada pihak lain dan juga bertindak hati-hati agar pihak
lain merasa kepentingnnya tetap terlindungi. Peran ini seolah-olah mendukung
penawaran pihak lain.
c. Anggota Oposisi yang bertugas
untuk membantah argumentasi yang dilakukan pihak lain, anggota ini juga
berusaha untuk membuka kelemahan dan merendahkan posisi tawar pihak lain.
d. Sweeper yang bertugas sebagai
problem solver pemecah kebuntuan dalam negosiasi, dan bertugas menunjukkan
inkonsistensi pihak lain.
Selain pembentukan tim, pada
tahap ini perlu bahas mengenai strategi yang akan di lakukan, apakah rigid atau
fleksibel atau keduanya. Strategi juga dapat tentukan berdasarkan kemampuan tim
yang ada.
2. Proposal. Pada tahap ini,
negosiator dapat memilih, apakah langsung melakukan penawaran pertama atau
menunggu pihak lain yang mengajukan penawaran. Dalam tahap ini, negosiator
sudah harus siap mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada. Meneliti serta
membaca strategi pihak lain adalah tepat jika dilakukan pada tahap ini.
3. Debat. Tahap ini merupakan
tahap terpenting dalam suatu proses negosiasi. Dengan dilakukannya debat, kita
dapat mengetahui seberapa jauh kepentingan kita bisa dipertahankan atau
diteruskan dan seberapa jauh kepentingan pihak lain akan kita terima. Tahap ini
diisi dengan argumentasi dari masing-masing pihak. Dari argumentasi tersebut
dapat terlihat strategi dan fleksibilitas pihak lain.
4. Tawar menawar. Setelah
diadakan proposal dan debat, negosiator mengadakan tawar menawar atas
kepentingan pihaknya maupun pihak lain. Dalam tahap ini argumentasi sudah tidak
terlalu diperlukan, yang diperlukan adalah fakta, data, dan kemampuan untuk
mencapai tujuan negosiasi.
5. Penutup. Suatu negosiasi
dapat berakhir dengan berbagai kemungkinan. Antara lain, negosiasi berhasil,
negosiasi gagal, negosiasi ditunda, negosiasi dead-lock, para pihak walk-out,
dan lainnya. Apabila negosiasi berhasil, direkomendasikan untuk membuat semacam
memorandum of understanding (MoU) untuk keperluan para pihak menekan pihak
lainnya untuk menjalankan kesepakatan hasil negosiasi (contract enforcement).
3.4 Strategi Negosiasi
1. Tawar menawar distributif, negosiasi yang berusaha membagi sumberdaya yang
jumlahnya tetap; situasinya menang-kalah.
2. Kue tetep, keyakinan bahwa ada sejumlah
barang atau jasa untuk dibagi di antara para pihak.
3. Tawar menawar interagratif, negosiasi
yang mencari satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan solusi
menang-menang atau saling menguntungkan.
3.5 Persiapan Negosiasi
Setelah memastikan persoalan yang dapat Anda
negosiasikan, maka selanjutnya adalah menentukkan apa yang Anda ingin capai,
dan dengan siapa, pada setiap tahap negosiasi. Kenalilah tujuan-tujuan Anda, faktor-faktor
yang sangat penting, dan hal-hal yang dapat Anda relakan dalam kondisi
tertentu. Hanya setelah Anda menentukkan sasaran Anda, maka dapat dimulai
mempersiapkan negosiasi.
Dengan waktu yang Anda miliki, usahakanlah untuk
mengetahui sebanyak-banyaknya tentang pihak lain :
1.
Apakah dia independen atau bagian dari
suatu tim?
2.
Apakah dia memiliki wewenang untuk membuat keputusan tanpa harus mengadakan
rujukan balik?
3.
Jenis orang seperti apakah dia?
4.
Bagaimana tingkat pengalamannya sebagai
seorang negosiator?
5.
Jenis pendekatan apa yang mungkin
digunakan untuk mencapai hasil terbaik?
6.
Apakah kepentingan-kepentingannya, dan dengan urutan prioritas yang bagaimana?
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Negosiasi
adalah suatu cara bagi dua atau lebih pihak yang berbeda kepentingan baik itu
berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan dalam mencari kesepahaman
dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan dari masing-masing pihak
sehingga tercapai suatu kesepakatan atau kesepahaman kepentingan baik itu
berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar