Uraian
|
|
ukuran
|
|
|
|
Kampong
|
Bebek
|
Puyuh
|
broiler
|
Bentuk telur
|
Oval memanjang
|
Oval membulat
|
Oval memanjang
|
Oval membulat
|
Warna kerabang
|
Putih
|
Biru kehijauan
|
Putih bercak hitam
|
Coklat
|
Kebersihan kerabang
|
Bersih
|
Bersih
|
Sedikit kotor
|
Bersih
|
Keutuhan kerabang
|
Utuh
|
Utuh
|
Utuh
|
Utuh
|
Tinggi rongga Udara
|
0.8 mm
|
0.9 mm
|
0.85 mm
|
2.4 mm
|
Berat Jenis Telur
|
|
|
|
|
Hasil pengamatan
Pembahasan
1.
Bentuk
telur
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan selama percobaan praktikum bahwa bentuk telur
Ayam kampung dan telur puyuh oval memanjang.Telur ayam broiler dan telur bebek memiliki
bentuk oval membulat.Bentuk telur tersebut diukur dengan menggunakan kasat mata
.
Semakin tinggi indeks telur maka
kualitas telur semakin baik. Bentuk telur adalah oval, dan tedapat bagian
lancip dan tumpul pada kedua ujungnya. Berat telur yang berbeda dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu umur, pakan,
dan genetic )Butcher dan Miles (2003).
Dari hasil pengamatan diatas
telah sesuai dengan pendapat Butcher dan Miles (2003) bahwa bentuk telur yang
baik adalah oval.Sedikit ada perbedaan karena bentuk telur dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu : genetik dan umur induk. Induk yang baru mulai
bertelur bentuk telur yang dihasilakn cenderung runcing, memanjang, sedangkan
induk yang semakin tua menghasilkan telur yang semakin ke arah bulat bentuknya.
2.
Warna kerabang
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan selama percobaan praktikum bahwa Warna kerabang
dari telur Ayam kampong adalah putih,telur bebek berwarna biru kehijauan, telur
puyuh berwarna putih bercak hitam dan ayam broiler berwarna coklat .Warna
kerabang ini juga mempengaruhi normal atau tidaknya telur tersebut. warna
kerabangdari telur tersebut ditentukan
dengan menggunakan kasat mata .
Ciri-ciri
warna telur puyuh terdapat bercak-bercak kehitaman. Ada suatu petunjuk yang
memperlihatkan bahwa bercak-bercak itu tidak hanya kehitaman tetapi juga warna
lain, dan warna dasarnya adalah keputihan. Warna
telur dipengaruhi oleh adanya zat warna yang dikumpulkan dalam kerabang saat
pembentukannya dalam uterus (Sugiharto, 2005).
kerabang telur ayam sebagian
besar berwarna putih atau beragam kecoklatan, putih kekuningan atau coklat
terang, coklat tua, dan coklat gelap serta coklat muda. Warna telur adalah warna
kerabang telur tersebut. Pigmen yang dihasilkan di uterus pada saat kerabang
diproduksi bertanggung jawab pada warna Suprijatna et al., (2005)
Dari hasil pengamatan diatas
telah sesuai dengan pendapat (Sugiharto, 2005)
bahwa warna kerabang dari setiap ternak memiliki warna yang sesuai.
Warna kerabang dari telur Ayam kampong adalah putih,telur bebek berwarna biru
kehijauan, telur puyuh berwarna putih bercak hitam dan ayam broiler berwarna
coklat .Hal
ini karena Warna coklat disebabkan oleh
pigmen hematoforfirin, sedangkanwarna hijau kebiruan disebabkan oleh pigmen
biliverdin. Telur ayam broiler didominasi oleh pigmen hematoforfirin, sedangakn
telur bebek di dominasi olehpigmen biliverdin.
3.
Kebersihan
kerabang
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan selama percobaan praktikum bahwa Kebersihan
kerabang dari telur Ayam kampong bersih,telur bebek bersih, telur puyuh bersih
dan ayam broiler bersih.
Kerabang yang bebas dari material asing dan noda atau perubahan warna yang
dengan mudah/segera terlihat.Telur masih
bisa dikatakan bersih bila hanya ditemukan sedikit noda atau bila noda tersebut
tidak terlalu banyak untuk dapat mengurangi kebersihan telur secara keseluruhan. .
Kerabang telur merupakan bagian
terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi mengurangi kerusakan fisik
maupun biologis, serta dilengkapi dengan poripori kulit yang berguna untuk
pertukaran gas dan dalam dan luar kulit telur, tebal kerabang telur berkisar
antara 0,33 - 0,35 mm. Tipisnya kulit telur dipengaruhi beberapa faktor yakni :
umur type ayam, zat-zat makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan
komponen lapisan kulit telur. Kulit yang tipis relatif berpori lebih banyak dan
besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan dan
pembusukan lebih cepat (Sumarni, 2004).
Dari hasil pengamatan diatas
telah sesuai dengan pendapat (Sumarni, 2004) bahwa kebersihan kerabang dari
setiap ternak memiliki tingkat kebersihan yang sesuai.Telur
puyuh satu-satunya telur di hasil percoban kami yang kurang bersih kerabangnya
karena kerabang dari telur puyuh lebih tipis dibandingkan dengan telur-telur
yang lain. Tebal atau tipisnya kerabang merupakan faktor utama kebersihan
karena semakin tipis kerabangnya maka mikroba akan mudah masuk dan menyebabkan
kualitas telur menurun drastis.
4.
Keutuhan
kerabang
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama percobaan
praktikum bahwa Keutuhan kerabang dari telur Ayam kampong ,telur bebek, telur
puyuh dan telur broiler semuanya utuh.Telur memang terkenal mudah pecah oleh
karena itu keutuhan dari kerabang harus diperhatikan baik-baik.Kerabang merupakan kulit terluar
dari telur ,maka apabila kerabang tidak utuh isi dari telur akan keluar dan
bakter cepat masuk sehingga mudah busuk.
membran kulit telur mengandung
enzim lipozim yang dipercaya bersifat bakteriosidal terhadap bakteri gram
positif. membran telur tidak efektif untuk mencegah masuknya mikroba yang
menghasilkan enzim proteolitik. protein lapisan tersebut akan mudah dihancurkan
oleh enzim bakteri Winarno dan Koswara (2002).
Dari hasil pengamatan diatas
telah sesuai dengan pendapat Winarno dan
Koswara (2002) bahwa keutuhan kerabang dari semua ternak menunjukan bahwa
kualitas telur praktikum ini bagus.Kerabang telur memiliki fungsi
melindungi dan menangkal bakteri yang ada di luar.Kerabang apabila terbuka di
dalam sudah tidak ada penangkal bakteri dan akhirnya telur tersebut mengalami
penurunan kualitas.
5.
Tinggi
rongga udara
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan selama percobaan praktikum bahwa tinggi rongga
udara dari telur Ayam kampong adalah 0.8 mm ,telur bebek 0.9 mm , telur
puyuh 0.85 mm , dan ayam broiler 2.4 mm .Warna kerabang ini
juga mempengaruhi normal atau tidaknya telur tersebut. warna kerabangdari
telur tersebut ditentukan dengan
menggunakan kasat mata . kantong udara bila semakin lama, umur telur relatif makin
lama. Membesarnya rongga udara disebabkan oleh menguatnya air di dalam isi
telur .
kualitas
telur dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran kedalaman ruang udaranya. Pembagiannya
yaitu :
a. Kualitas AA memiliki kedalaman ruang udara 0,3 cm.
b. Kualitas A memiliki kedalaman ruang udara 0,5 cm.
c. Kualitas B memiliki kedalaman ruang udara lebih dari 0,5 cm Sudaryani (2003).
a. Kualitas AA memiliki kedalaman ruang udara 0,3 cm.
b. Kualitas A memiliki kedalaman ruang udara 0,5 cm.
c. Kualitas B memiliki kedalaman ruang udara lebih dari 0,5 cm Sudaryani (2003).
Dari hasil pengamatan diatas
apabila disesuaikan dengan pendapat dari Sudaryani (2003) maka ditemukan hasil
sebagai berikut :
a.
Telur Ayam kampong berada di kualitas AA
b.
Telur bebek berada di kualitas AA
c.
Telur puyuh berada di kualitas AA
d.
Telur Ayam Broiler berada di kualitas AA
Kesimpulannya adalah semakin kecil tinggi
rongga udara maka semakin bagus kualitas dari telur tersebut. Urutan dari yang
paling bagus hingga yang paling biasa adalah
telur ayam kampong –telur puyuh-telur bebek-telur ayam Broiler.Survey di
pasar membuktikan bahwa harga telur ayam kampong lebih mahaldibandingkan ayam
broiler hal ini disebabkan kualitas
tinggi rongga udara ayam kampong lebih bagus daripada ayam broiler.
6.
Berat
jenis telur
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan selama percobaan praktikum bahwa berat jenis
telur Ayam kampong… telur puyuh… Telur ayam broiler … dan telur bebek …. .Fungsi dari berat jenis
adalah untuk membandingkan
massa jenis bahan dengan massa jenis air.
Jika suatu benda dicelupkan ke
dalam suatu zat cair, maka benda itu pun mendapat tekanan ke atas yang sama
besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut. benda
menjadi lebih ringan bila diukur dalam air daripada di udara, karena dalam air,
benda mendapat gaya ke atas. Sementara ketika di udara, benda memiliki
berat yang sesungguhnya (Purba, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of
Microbiology. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology.
Mc Graw Hill Book Company. New York.
Prescott, L.M. 2003. Microbiology 5th edition. Mc Graw Hill.
New York
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar
Sinanti, Jakarta.
Muchtadi,Tien.2010.Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan.Alfabeta:Bogor
Affandi, Franciscus dan Gunawan, Hadi. 2008. Upaya Pigmentasi
Melalui Pakan. Buletin Service. Diterbitkan oleh Divisi Agro Feed Business
Charoen Pokphand Indonesia. No 97 Tahun IX
Banong S. 2012. Manajemen Industri Ayam Ras Petelur.Masagena
Press, Makassar.
Buckle, et al. 1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh Hadi
Purnomo dan Adiono.Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Card E. Leslie and Malden C. N. 1966. Poultry Production Lea
den Febiger. Philadelphia
Ikromah. 2011. Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler
sebagai Subtitusi Tepung Ikan di Dalam Ransum terhadap Produksi dan Warna
Kuning Telur Ayam Arab (Gallus turcicus).
http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=07620037
Jones, DR, 2006. Conserving and Monitoring Shell Egg Quality
. Proceedings of the 18 thth Annual Australian Poultry Science Symposium , pp.
157 – 165.
Nuraini. 2006. Isolasi kapang karotenogenik untuk
memproduksi pakan kaya β karotendan aplikasinya terhadap ayam ras pedaging dan
petelur. Disertasi. ProgramPascasarjana Universitas Andalas Padang
Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg.
John Wiley and Sons Inc., New York.
Sarwono, B.B. Murtidjo dan A. Daryanto. 1994. Telur,
Pengawetan danManfaatnya. Penebar Swadaya, Jakarta
Sirait, H. Celly. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat
Penelitian danPengembangan Peternakan, Bogor
Standar Nasional Indonesia. 2008. Kualitas Telur Konsumsi
SNI 3926_2008. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.
Dwiyanto, K dan
Prijono, N. 2007. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati. Garaha Ilmu, Yogyakarta
Hadiwiyoto, S. 1993. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging Dan Telur. Liberty, Yogyakarta.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. Gramedia Wrdiasarana Indonesia, Jakarta.
Kurnianto, E. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Noor, R. R. 1996. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nugroho, E dan I. G. K. Mayun. 1990. Budidaya Burung Puyuh. Eka Offset, Semarang.
Ranto dan Maloedyn S. 2009. Panduan Lengkap Beternak Itik. Agro Media, Jakarta.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Itik. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1991. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta.
Sastroamidjojo. 1991. Ilmu Beternak Ayam Jilid 1. NV Masa Baru, Jakarta.
Setiawan, I. 2010. Daya Tetas Telur Ayam Kampung. centralunggas.blogspot.com
Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suharno, B dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta
Suprijatna, E. et al. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiadi, P. 2000. Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Presentase Kematian Embrio. Poultry Sci. 2 (1): 25-32.
Syamsir, E. 1993. Studi Komparatif Sifat Mutu dan Fungsional Telur Puyuh dan Telur Ayam Ras. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syarief, R dan Irawati. 1990. Pengetahuan Bahan Pangan untuk Industri Pertanian. PT. Medratama Sarana Prakasa, Jakarta.
Srigandono, B. 1996. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Warwick, E.J. dan J. E. Legalates. 1995. Pemuliaan Ternak. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Hadiwiyoto, S. 1993. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging Dan Telur. Liberty, Yogyakarta.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. Gramedia Wrdiasarana Indonesia, Jakarta.
Kurnianto, E. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Noor, R. R. 1996. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nugroho, E dan I. G. K. Mayun. 1990. Budidaya Burung Puyuh. Eka Offset, Semarang.
Ranto dan Maloedyn S. 2009. Panduan Lengkap Beternak Itik. Agro Media, Jakarta.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Itik. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1991. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta.
Sastroamidjojo. 1991. Ilmu Beternak Ayam Jilid 1. NV Masa Baru, Jakarta.
Setiawan, I. 2010. Daya Tetas Telur Ayam Kampung. centralunggas.blogspot.com
Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suharno, B dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta
Suprijatna, E. et al. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiadi, P. 2000. Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Presentase Kematian Embrio. Poultry Sci. 2 (1): 25-32.
Syamsir, E. 1993. Studi Komparatif Sifat Mutu dan Fungsional Telur Puyuh dan Telur Ayam Ras. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syarief, R dan Irawati. 1990. Pengetahuan Bahan Pangan untuk Industri Pertanian. PT. Medratama Sarana Prakasa, Jakarta.
Srigandono, B. 1996. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Warwick, E.J. dan J. E. Legalates. 1995. Pemuliaan Ternak. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Sugiharto, R. S. 2005. Meningkatkan
Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Suprijatna, E. U. 2005. Atmomarsono dan
R. Kartasudjana. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tim Redaksi Agromedia Pustaka.
2001. Beternak Puyuh. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Warwick ,E. J. M. Astuti, W.
Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Universitas Gajah
Mada Press, Yogyakarta.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius,
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar