Pages

Ads 468x60px

Labels

Jumat, 20 April 2018

Uji Formalin dalam Bahan Pangan


UJI FORMALIN DALAM BAHAN PANGAN
A.    Tinjauan Pustaka
Formaldehida dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, pasta gigi, dan pembersih karpet. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil; Didunia kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan mayat, yang biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10% (Yuliarti, 2011).

Penggunaan formalin pada bahan pangan merupakan suatau tindak kejahatan. Formalin biasanya digunanakan sebagai bahan pengawet mayat dan pengawetan hewan untuk penelitian. Formalin juga berfungsi sebagai desinfektan, antiseptik, antihidrolik serta bahan baku industri pembuatan lem plywood, resin dan tekstil (Saparinto & Hidayati, 2010).
Formalin merupakan zat pengawet yang sering digunkan untuk mengawetkan makanan. Formalin mempunyai sifat formaldehida mudah larut dalam air sampai kadar 55%, sangat reaktif dalam suasana alkalis serta bersifat sebagai zat pereduksi kuat, mudah menguap karena titik didihnya yaitu -21°C. Alaminya formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada proses pembakaran makanan yang bercampur fenol, keton dan resin (Winarno, 2012).
Formalin dalam jumlah yang sedikit akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Itu sebabnya formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Imunitas tubuh yang rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bias berdampak buruk terhadap kesehatan (Farida, 2010).
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Akumulasi formalin yang tinggi di dalam tubuh akan menyebabkan berbagai keluhan, misalnya iritasi lambung dan kulit, muntah, diare, serta alergi. Bahkan bisa menyebabkan kanker, karena formalin bersifat karsinogenik.termasuk ke dalam karsinogenik golongan IIA          (Mudjojanto, 2010).

B.     Materi dan Metode
1.    Materi
a.    Alat
1)        Sepuluh tabung reaksi 10 ml diberi nama A dan B
2)        Pipet drop
3)        Vorteks
4)        Kertas saring
5)        Pisau
6)        Telenan
b.    Bahan
1)        Sosis ayam 10 gram
2)        Chicken nuggets 10 gram
3)        Galantin 10 gram
4)        Bakso Ikan  10 gram
5)        Bakso Udang 10 gram
6)        Aquades 12 ml
7)        KMnO4 1 N 1 tetes pipet drop
2.    Metode
a.       Mengisi tabung reaksi A dengan aquades sebanyak 2 ml
b.      Menambahkan 1 tetes pipet drop KMnO4 1N
c.       Menghomogenkan tabung reaksi A hingga tampak warna merah jambu
d.      Mengisi tabung reaksi B dengan aquades sebanyak 10 ml
e.       Memasukkan sampel 1 sebanyak 10 gram
f.       Menghomogenkan tabung reaksi B
g.      Menyaring dengan kertas saring untuk diambil filtratnya
h.      Memasukkan filtrat ke dalam tabung reaksi A
i.        Menunggu sampai 30 menit, jika warna merah jambu pudar maka menujukkan sampel tersebut mengandung formalin
j.        Mengulangi pengujian pada sampel 2 sampai 5

C.    Hasil dan Pembahasan
1.      Hasil
Tabel 1. Uji Formalin dalam Bahan Pangan
No
Nama Bahan
Pangan
Ciri-ciri
Asal
Daerah
Ada / Tidak
Berformalin
Menit
Ke-
1.
Galantin
Warna coklat
Tekstur kasar
Malaysia
Ada
10
2.
Nugget
Warna orange
Tekstur kasar
Gulon
Tidak
30
3.
Bakso Udang
Warna orange
Tekstur kasar
Slamet Riyadi
Ada
10
4.
Sosis
Warna coklat
Tekstur kasar
Gulon
Ada
10
5.
Bakso Ikan
Warna putih
Tekstur kasar
Slamet Riyadi
Tidak
30
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Mutu dan Keamanan Hasil Ternak 2015.


2.      Pembahasan
Pada praktikum pengujian kuantitatif  kandungan formalin pada galantin, nugget, bakso ikan, sosis, dan bakso udang dilakukan dengan cara mengambil filtratnya yang telah diberi aquades, kemudian diberi cairan kalium permanganate (KMnO4 1 N) sampai berwarna merah muda lalu diamati perubahan warna yang terjadi. Sampel galantin berasal dari Malaysia, sampel nugget dan sosis berasal dari Indomaret Gulon, sampel bakso udang dan bakso ikan berasal dari Indomaret Slamet Riyadi.
Adanya formalin atau tidak dalam makanan bisa dengan tes kalium permanganate. Uji ini cukup sederhana dengan melarutkan serbuk kalium permanganat di air hingga berwarna pink (merah jambu). Perubahan warna pada larutan dari warna merah jambu pudar, maka menunjukkan sampel tersebut mengandung formalin (Widarni, 2006).
          Gambar 1. Uji Formalin dalam Bahan Pangan
Dari hasil pengamatan, sampel yang positif mengandung formalin yaitu sampel galantin, bakso udang, dan sosis. Filtrate dari galantin, bakso udang, dan sosis mengalami perubahan warna bila dimasukkan ke dalam larutan kalium permanganate (KMnO4 1 N) yang semula berwarna merah muda menjadi coklat pudar, sehingga dapat diindentifikasi sampel tersebut mengandung pengawet formalin. Menurut Widarni (2006), pada analisis kuantitatif perubahan warna pada larutan KMnO4 disebabkan karena  aldehid mereduksi KMnO4 sehingga warna larutan yang asalnya pink menjadi akhirnya pudar/hilang. Hal ini menjadi dasar dalam pemilihan untuk melakukan uji kuantitatif formalin. 

D.    Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa sampel produk galantin, bakso udang, dan sosis tersebut tidak aman dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Peraturan Menteri Kesehatan telah menyatakan bahwa formalin merupakan bahan tambahan makanan terlarang, ternyata pada kenyataannya masih banyak pedagang / produsen makanan yang tetap menggunakan zat berbahaya ini. Formalin digunakan sebagai bahan pengawet makanan, selain itu zat ini juga bisa meningkatkan tekstur kekenyalan produk pangan sehingga tampilannya lebih menarik (walaupun kadang bau khas makanan itu sendiri menjadi berubah karena formalin). Makanan yang rawan campuran formalin adalah bahan makanan basah seperti ikan, mie, tahu, hingga jajanan anak anak sekolah (Afrianto, 2008).


Tidak ada komentar:

 
 
Blogger Templates